Dari Usaha, Peneliti, ke Komisioner KPU Friday, 02 June 2017 02:11

Sejak menjadi mahasiswa di FISIP Unair, Arief Budiman, S.S., S.I.P., M.B.A. Sudah bekerja. Dia aktif di berbagai bidang usaha. ”Berbagai jenis usaha saya jalani. Misalnya, menjual susu segar, membuka persewaan komputer, pengetikan, dan penerjemahan,” katanya.

Menurut pria asli Surabaya itu, keinginan memulai usaha muncul karena dia ingin menjadi pribadi mandiri. Budiman, demikian Arief Budiman biasa disapa koleganya, memiliki pandangan bahwa susah dan senang melakoni usaha itu penting sebagai modal untuk menghadapi kehidupan yang lebih nyata setelah kuliah.

Seperti mahasiswa lain, Budiman juga disibukkan oleh tugas-tugas kuliah di kampus. ”Mau tidak mau harus pintar membagi waktu agar dua aktivitas dalam waktu bersamaan itu terkelola dengan baik,” ujarnya.

Selepas menyelesaikan studi pada 2002, Budiman menambah jenis usaha lagi. Dia berjualan busana muslim, kerudung, dan batik. usaha ini dilakukan saat mengawali perjalanan hidup berumah tangga.

Pada waktu bersamaan Budiman juga bergabung di The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP). Dia termasuk generasi perintis berdirinya JPIP.

Dia menjadi peneliti di JPIP dengan fokus pada pelaksanaan otonomi daerah di beberapa provinsi. Jadi, dalam waktu bersamaan Budiman mengerjakan dua jenis pekerjaan yang jauh berbeda. ”Ini tantangan yang tidak mudah untuk dikerjakan. tetapi, alhamdullillah, semua dapat terlewati dengan baik,”kenangnya.

Terpilih Menjadi Anggota KPU Jatim

Di sela-sela tiga tahun bergelut di dunia kajian dan penelitian, Budiman mengikuti seleksi KPU Provinsi Jawa Timur (2003–2008). Namun, dia gagal lulus seleksi. ”Saya hanya berada di peringkat 10 besar. Hanya 5 (lima) besar calon komisioner KPU Jatim yang terpilih,” ujarnya.  

Namun, garis tangan berkata lain. Ketua KPU Provinsi Jawa Timur saat itu, Prof. Abdul Mukthie Fadjar, terpilih sebagai hakim Mahkamah Konstitusi (MK). Karena itu, Budiman naik untuk menggantikan Abdul Mukthie Fadjar. ”Saya menjadi anggota KPU Jawa Timur pengganti antarwaktu (PAW) pada 2004–2008 dan berlanjut pada periode berikutnya 2008–2013,” katanya.

Menjelang berakhirnya masa jabatan periode kedua KPU Provinsi Jawa Timur, Budiman mengikuti seleksi KPU RI. Dia pun terpilih menjadi komisioner KPU RI periode 2012–2017.

Urgensi Tata Kelola Pemerintahan Good Governance

Budiman berpendapat, dalam bekerja atau mengelola usaha, prinsip jujur dan adil menjadi sesuatu yang sangat penting. Hal itu berguna untuk menjaga kepercayaan konsumen. Adapun dalam menjalankan pekerjaan, yang harus dijaga adalah amanah, jujur, adil, profesional, transparan, dan integritas. Misalnya, menjalankan prinsip tata kelola pemerintahan yang good governance dalam mengemban amanah dapat terhindar dari praktik curang dan korup.

”KPU RI, sebagai tempat saya menjalankan pekerjaan terus mendorong agar proses dan hasil pemilu dikelola secara profesional berdasarkan prinsip transparansi, aksesibel, dan akuntabel,” kata alumnus Program Studi (Prodi) ilmu

Hubungan Internasional (HI) FISIP Unair ini.

KPU, lanjut Budiman, menyediakan berbagai sistem informasi yang memungkinkan masyarakat dapat mengakses proses dan hasil pemilu 2014 dan pilkada 2015.

Dia berharap ke depan, semua lembaga negara berani terbuka kepada publik. Dengan prinsip keterbukaan, legitimasi, partisipasi, dan kepercayaan masyarakat akan menguat. Dengan kata lain, menurut Budiman, tata kelola pemerintahan tidak hanya dijalankan sendiri oleh eksekutif dan legislatif, tetapi bersama-sama dengan partisipasi masyarakat.

Kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintahan yang baik amat penting. Hal itu bisa mewujudkan visi, misi, dan program untuk menyejahterakan masyarakat.

Buah dari proses Belajar di Unair

Budiman mengaku apa yang diperoleh sekarang adalah buah dari proses belajar selama di Unair.

Metode belajar yang diterapkan di Prodi HI Unair dengan menugasi mahasiswa membuat resensi buku dan resume artikel secara berkala setiap minggu, membuatnya terbiasa bekerja di bawah tekanan.

Seabrek tugas di kampus menjadi modal penting dalam kehidupan nyata di dunia kerja. Pelaksanaan Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil presiden 2014, kata Budiman, membuatnya jarang bekerja secara normal. Berangkat pagi dan pulang sampai dini hari adalah hal yang lumrah baginya.

Budiman mencontohkan, rekapitulasi penghitungan suara pileg dan pilpres hanya diberi waktu paling lambat 30 hari sesudah pemungutan suara di TPS. ”Tetapi, karena terbiasa bekerja berada di bawah tekanan luar biasa, pekerjaan di KPU dapat dilalui dengan baik,” jelasnya.

Kerja Seluruh Civitas akademika

Semasa kuliah Budiman pernah dipercaya sebagai ketua Hima prodi ilmu

Hubungan internasional. Kini dia juga menjadi ketua alumninya.

Aktif di organisasi memberi banyak pengetahuan dan pengalaman yang tidak diajarkan di dalam kelas. ”Cara bergaul, berkomunikasi, membangun tim kerja,dan mengatasi masalah dengan cepat adalah hal-hal positif dan konstruktif yang diperoleh dari organisasi,” tegasnya.

Sebagai alumnus, dia berharap Unair ke depan dapat masuk 500 perguruan tinggi terbaik di dunia. Untuk mencapai itu dibutuhkan kerja sama seluruh civitas akademika, mulai dosen, pegawai, mahasiswa, dan alumninya. Masing-masing harus memberikan kontribusi. Alumni harus mampu menunjukkan prestasi di dunia kerja di bidang apa pun. ”Dosen mesti menghasilkan karya-karya akademis yang bermanfaat untuk kemajuan kampus, masyarakat, bangsa, dan negara,” katanya.

Beberapa kelemahan juga Unair harus diatasi. Networking alumni, baik dengan jaringan di dalam maupun luar negeri, perlu diperkuat. penguatan jejaring tersebut dapat dilakukan secara institusional maupun individual.

Sumber : Buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga

Tags :