Berawal dari Gigi yang Patah Thursday, 16 September 2021 02:28

Menjadi tenaga medis adalah impian Muhammad Arifin sejak remaja. Pilihannya lalu jatuh kepada profesi dokter gigi. Alasannya sederhana, karena ingin terampil memperbaiki gigi. Semua bermula dari insiden kecil yang dialami Arifin—sapaan akrabnya—ketika dirinya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu, pria asal Karanganyar ini sedang asyik bermain. Celakanya, ia kemudian terjatuh, sehingga gigi depannya patah. “Dari insiden itu, timbul keinginan untuk menjadi dokter gigi agarbisa memperbaikigigi yang patah. Akhirnya, setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), saya daftar di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga pilihan pertama. Masuk tahun 1993,” ujarnya.

Arifin bercerita,selama menjalani perkuliahan, ada banyak pengalaman menarik yang ia dapatkan, salah satunya saat dipilih menjadi ketua angkatan 1993 atau komisaris tingkat (komting). Gelar komting itu, kata dia, dinobatkan kepadanya dan berlaku seumur hidup. “Sampai sekarang, kalau bertemu teman-teman masih dipanggil mas komting,” tuturnya.

Tak hanya pengalaman menarik, sejumlah tantangan pun harus dihadapi Arifin, terutama saat memasuki program profesi atau masa klinik. Sebab, seluruh mahasiswa diwajibkan untuk mencari pasien, mulai anak-anak hingga orang dewasa agar bisa melakukan praktik. “Pencarian pasien dilakukan apabila kasus pasien yang akan kita kerjakan di departemen tertentu tidak tersedia di klinik kampus. Kalau perlu pasien anak-anak, nyari ke beberapa sekolah atau pas bikin gigi palsu, ya nyari orang tua yang giginya ompong,” ungkap Arifin.

Arifin melanjutkan, para mahasiswa juga harus mengawasi pasien hingga selesai kontrol. Tidak jarang, ada pasien yang meninggal sebelum kegiatan perawatan berakhir. Hal itu banyak ditemui di departemen prostodonsia karena mayoritas pasien telah berusia lanjut. “Saya juga pernah dimarahi sama dosen bedah mulut yang terkenal galak,” kenang Arifin. Selain fokus di bidang akademik, pria kelahiran Agustus ini juga pernah terlibat aktif dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan, yakni Persatuan Senat Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI), kelompok paduan suara, klub sepak bola, serta kejuaraan rektor cup.

Mengambil Pendidikan Militer Karena Terinspirasi Kakek

Memasuki tahun ke tiga perkuliahan, tepatnya pada 1995 hingga 1996, Arifin mendapat informasi mengenai beasiswa Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia pun mendaftarkan diri. “Selain dokter gigi, sejak kecil saya juga ingin menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) karena melihat kakek yang veteran. Jadi, saya daftar beasiswa TNI dan diterima. Dari situ, saya memperoleh uang beasiswa selama tiga tahun,” jelasnya. Arifin mengatakan, sebelum menerima beasiswa, dirinya harus mengikuti beberapa tes, antara lain, lari, push up, dan berenang. Hal itu sesuai dengan tes standar penerimaan TNI.

“Yang berkesan dari tes itu, waktu tinggi badan saya diukur. Karena tinggi badan saya ngepres, jadi nyaris tidak lulus. Sampai teman-teman lain menyebut kami yang berpostur kecil dengan sebutan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Kecil (ABRIK),” kelakarnya. Sebagai penerima beasiswa, Arifin memiliki kesempatan yang besar untuk berkarir dalam bidang militer. Oleh karena itu, usai lulus dari FKG UNAIR pada tahun 1999 dan mengambil program profesi, ia segera melanjutkan pendidikan di Akademi Militer (Akmil) Magelang. “Ketika menempuh pendidikan militer, tantangan yang saya hadapi juga tidak kalah berat karena sebelumnya saya orang sipil. Dulu nggak tau rasanya ditempeleng, tapi di Akmil kena tempeleng kopral yang merupakan instruktur saya,” beber suami drg. Tri Haryani itu.

Selama satu tahun, pemilik klinik Centro Dental Clinic ini ditempa menjadi calon perwira prajurit karir (SEPA PK). Dia kemudian lulus pada tahun 2000 dengan pangkat letnan dua. Setelah itu, Arifin kembali menjalani pendidikan militer kematraan yang berfokus pada TNI Angkatan Laut (TNI AL) mulai tahun 2001 hingga 2018. Pendidikan militer terakhir yang diikutinya adalah pendidikan reguler di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (DIKREG SESKOAL). Pasca menyelesaikan pendidikan dari SESKOAL, pria yang hobi berkuda ini resmi dilantik sebagai komandan di tempatnya berdinas, yakni Batalyon Kesehatan 1 Marinir (Yonkes-1 Mar) dengan pangkat Letnan Kolonel Laut (K) drg. Muhammad Arifin, Sp.Ort., M.Tr.Opsla.

Sepanjang karirnya, Arifin pernah diberi berbagai mandat, antara lain, menjadi perwira staf personalia, perwira staf operasi, perwira staf logistik, dan komandan kompi. Selain itu, ia juga ikut dalam menangani bencana alam, evakuasi ambulan laut, pendirian rumah sakit lapangan, bakti sosial, serta pekerjaan lain yang berhubungan dengan kedinasannya. “Kemudian, saya juga pernah mengikuti beberapa operasi kemanusiaan yang berkaitan dengan proses identifikasi forensik korban, seperti pada kasus kebakaran pabrik petasan, kecelakaan pesawat Sukhoi, dan Lion Air.

Sampai sekarang, saya tetap aktif di bidang kemanusiaan dan menjadi anggota tim Disaster Victim Identification (DVI),” sambungnya. Meski disibukkan dengan urusan militer, semangat Arifin untuk terus mempelajari ilmu kedokteran gigi tidak berhenti begitu saja. Pada tahun 2010, ia mendapat kesempatan untuk berkuliah di Program Studi Spesialis Ortodonti FKG Universitas Padjajaran (UNPAD). “Karena saya berdinas di Yonkes-1 Mar, ada pilihan mengambil spesialis bedah mulut atau ortodonti. Saya pilih ortodonti karena risikonya tidak besar, tapi menantang. Misal, harus merapikan gigi tonggos dan memahami operasi bedah rahang. Selain itu, ortodonti punya nilai seni yang tinggi. Jadi sudah tercapai dua cita-cita, yakni TNI dan dokter gigi,” tuturnya.

Dari Observasi Natuna Hingga Wisma Atlet Kemayoran

Sejak pandemi virus corona melanda Indonesia, rutinitas Arifin kian bertambah, terutama pasca ditunjukmenjadi Satgas Covid-19 oleh satuannya di Batalyon Kesehatan 1 Marinir. Tugas pertama Arifin bersama Satgas Covid-19 adalah melakukan observasi terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) yang kembali dari Wuhan di Natuna pada Februari lalu. Setelah tugas pertama selesai, Arifin dan satgasnya kembali diminta untuk melaksanakan observasi Anak Buah Kapal (ABK) dua kapal pesiar, yakni Kapal World Dream serta Kapal Diamond Princess yang berasal dari Jepang dan Filipina.

Pelindung Diri (APD) yang lengkap. Awalnya, tidak mudah menghadapi para WNI ini, terutama para ABK. Mereka sempat ngancem-ngancem yang aneh-aneh, lalu demo, hingga diupload dimedia sosial sebagai bentuk protes karena ingin cepat pulang. Namun, berhasil kami handle,” jelasnya. Tak disangka, kinerja Arifin bersama satuannya dalam dua observasi WNI dinilai baik oleh para pimpinan. Dia pun diberi kepercayaan untuk menjadi komandan lapangan di Rumah Sakit Darurat Corona (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta. Selama di RSDC, Arifin memiliki tugas baru, yakni memastikan penanganan masyarakat yang terinfeksi virus corona agar berjalan dengan baik. Selain itu, ia juga harus mengawasi keselamatan serta mengontrol kinerja dari seluruh tenaga medis dan paramedis.

“Pengalaman dari dua observasi sebelumnya menjadi pelajaran bagi saya dan satuan dalam menjalankan tugas di RSDC. Kami bekerja sejak bulan Maret sampai pandemi virus corona selesai. Jargon tim kami (tim kobra, red) adalah pantang pulang sebelum corona tumbang. Motto kami, cepat, tepat, dan akurat,” tegasnya. Arifin menyebutkan, selain tim medis dari TNI dan Polri, ada unsurunsur lain yang membantu dalam penanganan pandemi di RSDC, seperti Kementerian Kesehatan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Tim medis juga dibekali dengan fasilitas kesehatan mumpuni serta kapasitas tower yang mampu menampung ribuan pasien. Sejak awal dibuka hingga saat ini, sudah banyak yang berhasil disembuhkan.

“Saat ini kami hanya merawat pasien dengan gejala ringan atau sedang, tetapi jika Intensive Care Unit (ICU) sudah beroperasi maksimal, kami bisa menerima pasien dengan kriteria berat,” sambungnya. Namun, Arifin mengakui bahwa perjuangan tim medis tidak mudah. Sebab, pasien yang mereka rawat berasal dari berbagai latar belakang, termasuk Warga Negara Asing (WNA). “Misalnya, pasien kluster jamaah tabligh Gowa yang nekat sholat berjamaah. Lalu, ada pasien yang nekat ingin terjun dari tower karena swabnya tidak kunjung negatif. Untung terpergok tim perawat, sehingga berhasil diselamatkan. Atau ABK kapal pesiar, karena terbiasa hidup enak, minta aneh-aneh seperti merokok,” ceritanya. Melihat sikap pasien yang beragam, Arifin pun menekankan kepada tenaga medis yang tergabung dalam tim Cobra agar senantiasa sabar dan bekerja sepenuh hati. Tak jarang, dirinya harus turun tangan untuk memberi pemahaman mengenai bahaya corona melalui pendekatan yang berbeda-beda kepada pasien di RSDC.

“Tantangannya dalam hal komunikasi. Jadi, saya ikut briefing mereka. Akhirnya, mereka mengerti. Saya orangnya open. Saya berikan kontaksaya dan join digrup pasien, sehingga kalau ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab perawat,bisa dibantu. Kalau ada apa-apa yang bersifat urgent, saya selalu menemui langsung untuk kasih solusi. Tidak pernah lewat telepon,” terangnya. Bapak dua anak ini tak menyangkal jika dirinya pernah merasa khawatir tertular virus corona. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menjadi terbiasa karena semakin mengerti tentang ilmu pengendalian infeksi. Virus corona juga dapat dicegah melalui penerapan protokol kesehatan yang benar. “Karena saya tauladan bagi anak buah. Saya tanamkan prinsip, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain, pada mereka agar semangat. Anggap pasien layaknya keluarga, gembira di penugasan, dan jalani dengan ikhlas. Alhamdulillah, sampai sekarang mereka selalu memberikan pelayanan kesehatan dengan baik,” pungkasnya.

Profil Singkat

Nama : drg. Muh. Arifin, Sp. Ort, M. Tr.Opsla

Pangkat : Letnan Kolonel Laut

Tempat/ Tanggal Lahir : Karanganyar, 22 Agustus 1975

Jabatan : Komandan Yonkes 1 MAR

Alamat : Villa Nusa Indah 5 Blok SE 3 No 22 Ciangsana Cibubur Bogor

Riwayat Pendidikan

  • SD TH. 1987
  • SMP TH. 1990
  • SMA TH. 1993
  • S1 FKG UNAIR TH. 1997
  • S2 SPESIALIS ORTODONTI FKG UNPAD TH. 2015

 

Tags :