Cerminan Seorang Aktivis dan Akademis Friday, 15 October 2021 07:50

Dr. dr. Mohamad Isa, SpP. (K), merupakan alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga angkatan tahun 1987, yang kini tengah menjabat sebagai Ketua Tim Penyakit Emerging RSUD Ulin-Banjarmasin. Sebagai alumni UNAIR yang sempat merasakan pergolakan sosial dan politik pada tahun 80-an, dr. Isa mengungkapkan bahwa pada zamannya kehidupan kampus tidaklah senyaman saat ini. Lantaran pada zamannya berkuliah tengah diberlakukan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK).

“Dulu kita tidak sebebas sekarang, militer dimana-mana, kampus diawasi oleh mereka setiap hari. Karena memang maksud dari NKK/ BKK itu ya mengarahkan mahasiswa untuk fokus ke bidang akademik dan mengurangi urusan politik,” ungkap dr. Isa. Semasa berkuliah pada tingkat sarjana di FK UNAIR, putra asli Surabaya itu merupakan bagian dari DEMA (Dewan Mahasiswa) UNAIR dan organisasi masjid yang ada di Kampus A, atau sejenis dengan Organisasi Kerohanian Islam Mahasiswa pada saat ini.

“Secara sadar atau tidak sadar, mayoritas dari mahasiswa pada zaman saya memang berjiwa aktivis semua, karena kondisi sosial yang mengubah kita. Yang paling masih saya ingat yaitu ketika penurunan Presiden Soeharto tahun-98, sangat pecah saat itu,” imbuhnya. Meskipun sangat aktif dalam dunia organisasi mahasiswa, dr. Isa tetap ingat bahwa niat awalnya memasuki Universitas Airlangga hanyalah untuk belajar, sehingga ia tetap bertanggung jawab pada bidang akademik. Ia kembali mengungkapkan, bahwa kondisi lingkungan kampus di UNAIR, utamanya FK, pada saat ini dengan zamannya dahulu, sungguh jauh berbeda.

Menurutnya, pada zamannya berkuliah sebagian besar mahasiswa FK pasti saling mengenal, meskipun itu beda tingkatan atau semester. Sehingga pada zamannya, melihat mahasiswa FK lintas tingkatan/ semester berkumpul menjadi satu di lingkungan kampus hingga larut malam untuk belajar bersama, merupakan hal yang sangat wajar. “Mahasiswa sekarang sudah berbeda. Dulu hampir semua angkatan kenal, solidaritasnya tinggi, kami sering tutor dan belajar bersama, sampai satpam saja hafal dengan kami. Sekarang? Yang saya lihat individualitasnya tinggi, mungkin saja pengaruh digitalisasi,” ujar dr. Isa.

Dr. Isa berani berujar seperti itu, karena memang dirinya saat ini juga tengah menjabat sebagai dosen sekaligus Kepala Program Studi (KPS) PPDS Pulmonologi, Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin-Kalimantan Selatan. Sehingga ia secara langsung mengetahui perbedaan atmosfer antara mahasiswa saat ini dengan zamannya berkuliah dahulu. Tidak cukup dengan belajar bersama lintas tingkatan/semester hingga larut malam di kampus, dr. Isa sempat merasakan dirinya mencari penghasilan tambahan dengan cara menjadi guru kimia di salah satu SMA di kota Surabaya dan mentor bimbingan belajar atau privat. Mungkin saja pengalaman tersebut yang turut mengantarkan dr. Isa hingga mampu menjadi dosen dan KPS seperti saat ini.

“Ya, sejak dulu memang saya ini, ya belajar, ya ngajari. Bukan karena saya merasa pintar, hanya saja memang saya butuh uang tambahan saat itu,” guraunya. Berkat keaktifannya dalam menjadi aktivis mahasiswa, bidang akademik kampus, hingga guru SMA dan bimbingan belajar, ayah dua anak tersebut bahkan telah mendapat tawaran kerja sebelum dinyatakan lulus atau sebelum dilantik menjadi dokter. Ia mengungkapkan, bahwa saat itu dirinya sedang penugasan ke luar pulau, tepatnya di Bima-NTB. Saat sedang praktik menjadi dokter di salah satu puskesmas daerah Bima-NTB, Ia mendapat tawaran untuk bekerja di RSUD Ulin-Banjarmasin. “Kalau pakai istilah sekarang, saya pada waktu itu diinden lah. Untuk alasannya kenapa bisa gitu, ya mungkin saya mahasiswa yang berbeda, hahaha. Jadi, satu hari setelah dinyatakan lulus, saya langsung terbang ke Kalimantan, dan alhamdulillah-nya, semua kebutuhan ditanggung pada saat itu,” jelasnya.

Seiring berjalannya waktu dan semakin terlihatnya kinerja dari dr. Isa, Ia bahkan merangkap sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Menurutnya, tugas dari jabatan tersebut hanyalah untuk memanajemen RIS Banjarmasin, dan Ia tidak terikat jam kerja dari jabatan tersebut, sehingga masih bisa membagi fokus untuk bekerja di RSUD Ulin. Sebagai alumni Universitas Airlangga, dr. Isa turut berpesan kepada pihak kampus, bahwa mahasiswa masih perlu ditanamkan rasa cinta dan bangga kepada Almamater. Menurutnya, segala aspek ke-UNAIRan wajib ditanamkan rasa kebanggannya sejak momen mahasiswa baru.

“Karena ketika kita sudah lulus, yang akan menjadi pertanyaan masyarakat di sekitar kita pasti asal Almamaternya, apalagi di lingkungan kerja. Jadi saya berharap, lulusan kita tidak minder untuk menyebut nama Universitas Airlangga sebagai kampusnya, apapun jurusannya,” harapnya. Sedangkan untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran, Ia berharap semoga profesi dokter semakin dihargai oleh masyarakat. “Menjadi dokter itu baik. Menjadi pengusaha juga baik. Namun yang tidak baik ada. Ketika menjadi dokter, namun berpemikiran seperti pengusaha. Itulah yang membuat kita kurang dihargai oleh masyarakat,” pungkasnya.

Tags :