Handal sebagai Dokter Gigi, Terampil sebagai Pembina UMKM Jawa Timur Friday, 15 October 2021 07:56

Drg. Dwi Wahyu Indrawati merupakan salah satu alumni terbaik Universitas Airlangga. Tak hanya memiliki reputasi yang baik dalam kiprahnya sebagai dokter gigi di salah satu rumah sakit, Dwi juga menjabat sebagai owner Klinik Spesialis Health Care, Sidoarjo. “Selain di klinik Health Care, saya juga aktif membina beberapa klinik lain. Beberapa klinik ini dibuat dengan tujuan untuk bersinergi atau membuat lapangan kerja untuk adik-adik alumni kedokteran gigi,” ujar Dwi, mengisahkan kesibukannya saat ini. Dwi menyadari bahwa sebagai dokter gigi baru, akan sulit membuka praktik mandiri, khususnya jika belum memiliki peralatan yang lengkap. Untuk itu, dokter gigi baru biasanya akan mencari pengalaman terlebih dahulu dan bergabung dengan seniornya. Dwi dan beberapa temannya pun memutuskan untuk membantu dengan membina beberapa klinik.

“Saya ingin membantu dengan menciptakan sinergi antara temanteman dan klinik yang saya buat. Sistemnya adalah melalui kerja sama dengan teman-teman dokter gigi yang baru lulus,” sebutnya. Selain disibukkan dengan aktivitasnya sebagai dokter gigi, Dwi ternyata juga menggeluti bidang lain yang tak kalah menarik. Dengan pengalaman dan jejaring yang ia miliki, Dwi menjadi Pembina dan pemerhati UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, red) Jawa Timur. Ia membina berbagai UMKM yang tersebar di beberapa daerah, seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang, Trenggalek, dan Jember. Hal ini berawal dari Dwi yang aktif mengikuti organisasi, salah satunya adalah Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia. Bergaul dengan banyak orang yang berbeda profesi, memberi Dwi kesempatan untuk membentuk jejaring yang lebih luas. Pengalaman inilah yang menjadi modalnya dalam membina berbagai UMKM di Jawa Timur. 

“Saya berpikir bahwa variasi dan pembinaan UMKM di Jawa Timur sudah baik, tapi kendalanya adalah belum adanya market place yang sesuai dan masih membutuhkan network dengan bidang usaha yang lain,” ujarnya. “Saya mencoba menggali hal tersebut dan membantu dengan cara mengoreksi produk yang sudah ada. Produk tersebut kemudian diperbaiki dan saya bantu pemasarannya,” lanjutnya. Dalam membantu pemasaran produk UMKM, Dwi mencoba berbagai strategi. Salah satunya adalah dengan membuat event di pusat perbelanjaan. Disana, Dwi mencoba memberi wadah bagi para pelaku UMKM untuk menampilkan kreasinya. Harapannya adalah, para pelaku UMKM juga bisa melakukan transaksi dan memasarkan hasil usahanya lebih luas lagi. “Dengan adanya UMKM yang tampil di pusat perbelanjaan atau UMKM goes to mall, derajat dari UMKM bisa terangkat,” tegasnya.

Sempat Trauma Tak Ingin Kuliah Lagi

Masa-masa kuliah ternyata menjadi sebuah kenangan yang luar biasa untuk Dwi. Baik suka maupun duka sudah pernah ia rasakan selama menjalani tahun-tahun pendidikannya di Fakultas Kedokteran Gigi. “Selama kuliah rasanya sangat luar biasa, bahkan saya merasa selama menjadi mahasiswi kedokteran gigi, seperti nggak ada senyumsenyumnya,” ujarnya sembari tertawa.

Sebagai mahasiwa kedokteran gigi, Dwi harus rela kehilangan waktu liburnya demi menuntaskan kewajiban. Saat mahasiswa fakultas lain bisa berlibur dengan bebas, ia menghabiskan waktunya dengan bertugas di klinik. Hal ini dilakukannya karena adanya jatah pasien yang harus dipenuhi. “Saya sempat phobia, sempat trauma, karena kuliah kok seperti tidak ada liburnya. Saking traumanya, saya sampai berpikir tidak mau kuliah lagi setelah lulus,” kenangnya. “Karena itulah saya baru kembali ke fakultas untuk spesialis dan master setelah beberapa tahun, dengan usia yang sudah tidak muda lagi,” lanjut Dwi.

Setelah lulus, Dwi masih harus melanjutkan perjuangannya sebagai dokter gigi baru. Ia harus menuntaskan kewajiban ikatan dinasnya dengan melakukan PTT (Pegawai Tidak Tetap, red) di Bangkalan, Madura. Selama tiga tahun lamanya, ia harus berangkat pukul setengah lima pagi dari Surabaya dan pergi ke Bangkalan. Setelah itu, ia harus kembali ke Surabaya pada sore hari dan melanjutkan tugasnya di klinik mandiri. Pengorbanan yang luar biasa itu ia lakukan demi mendapatkan bekal untuk menjadi praktisi handal. “Meskipun sempat kesal dan mengeluh, tapi saya sangat bersyukur. Pengalaman PTT yang sangat berat ini saya anggap sebagai proses untuk aktualisasi keilmuan saya. Sebagai dokter yang baru lulus, banyaknya kasus yang ditemui bisa menjadi pengalaman yang berharga,” ungkapnya. “Dilihat dari gaji saat itu, pasti semua orang berpikir kalau tidak akan cukup. Tapi Alhamdulillah, karena ikhlas akhirnya gaji yang didapat bisa menjadi berkah dan akhirnya cukup,” tambahnya.

Harus Terus Belajar

Kesuksesan yang diraih oleh Dwi tentu saja tak lepas dari kerja keras dan keinginannya untuk selalu belajar. Wanita yang hobi membaca ini menganggap bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang terus berkembang. Agar tak tertinggal, kita harus selalu melakukan upgrade keilmuan. “Kita harus selalu belajar. Ilmu akan terus berkembang dan kita tidak boleh merasa puas dengan keadaan saat ini, “ ujarnya.

Untuk menambah pengetahuannya sebagai dokter gigi, Dwi sempat mengambil beberapa short course atau kursus di luar negeri, seperti di Jepang dan Korea. Disana, ia banyak memelajari ilmu secara praktisi. Kemudian, Dwi melanjutkan dengan mengambil pendidikan spesialis periodonsia dan S2 Ilmu Kesehatan Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR. “Saya baru kembali ke fakultas setelah puluhan tahun dan dengan usia yang tak muda lagi, tapi saya langsung terkagum dengan perbedaan yang ada. Keakrabannya dan suasanya benar-benar membuat rindu,” kenangnya.

Dwi mengaku sangat terkesan dengan sistem pembelajaran saat ini yang tak hanya menekankan pada keilmuan, tetapi juga skill lain, khususnya di bidang kepemimpinan dan entrepreneur. Baginya, hal ini merupakan metode yang sangat berbeda. “Saya sangat salut dengan metode yang diterapkan saat ini karena mahasiswa juga dididik menjadi leader melalui organisasi. Dengan begitu, mahasiswa tak hanya belajar soal ilmu yang menjadi fokus utamanya, tapi juga belajar memimpin dan menjadi seorang entrepreneur,” pujinya.

Dwi sendiri mengaku sudah aktif berorganisasi sejak di bangku kuliah. Hal itu menjadi sebuah pengalaman penting untuknya hingga hari ini. Tak lupa, ia pun menyampaikan pesannya untuk para mahasiswa yang kini masih berjuang dengan studinya. “Pesan saya adalah, harus terus belajar. Jangan sampai masa muda hanya dihabiskan untuk bersenang-senang,” tutup Dwi.

Tags :