Cerita Mahasiswa FKM UNAIR Jalani Magang di BPOM Tuesday, 17 May 2022 04:17

UNAIR NEWS – Faradyah Lulut Santosa, mahasiswa Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), berhasil lolos 126 di antara 1.116 pendaftar dalam Program Pangan Aman Goes To Campus (PAGC). Program tersebut merupakan bagian dari kampus merdeka. Yakni, program sinergi antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kemendikbudristek, dan perguruan tinggi di Indonesia. 

Pihaknya menceritakan banyak memperoleh pengalaman di bidang keamanan pangan.

‘’Program ini berlangsung selama lima bulan, dua bulan pertama online dan tiga bulan terakhir offline. Saat ini terhitung bulan ketiga,’’ jelas Fara saat ditemui UNAIR NEWS pada Jumat (13/5/2022).

Sebelum terjun ke lapangan, mahasiswa gizi 2019 itu mendapat pembekalan kompetensi di bidang keamanan pangan sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Fara mengatakan dua bulan pertama,  mahasiswa disatukan tidak hanya lintas jurusan melainkan lintas universitas,  menjadi satu kelompok.

’’Bulan pertama dan kedua itu pelatihan teknis seperti kuliah. Ada pre dan post test hingga menyelesaikan studi kasus yang nantinya mendapat evaluasi dari mentor masing-masing kelompok,’’ ujarnya.

Selanjutnya, pada bulan ketiga ia berkesempatan terjun langsung memberikan pendampingan kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) pangan olahan. Mengimplementasikan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) termasuk untuk Industri Rumah Tangga hingga membantu mendapatkan nomor izin edar.

‘’Tiga bulan terakhir, ada penempatan pada masing-masing mahasiswa. Alhamdulillah saya ditempatkan di Surabaya,’’ ucapnya.

Bukan hal yang mudah bagi Fara harus manajemen waktu antara kuliah dan magang. Lantaran jumlah konversi SKS yang masih bergantung pada otonomi masing-masing prodi mengharuskannya menjalani beberapa perkuliahan. Meskipun demikian, ia masih bisa menjalaninya beriringan.

Salah satu pengalaman yang ia jumpai, kasus Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan (KLB) di sebuah desa, sebab kebersihan sanitasi yang kurang. “Waktu itu salah satu rumah menggelar hajatan, beberapa ibu-ibu membantu. Tapi, cara mengolah makanannya ada yang tidak benar. Apalagi jamban mereka dekat dengan sumur. Jadi proses pengolahan makanan yang bercampur air itu tercemar bakteri E-coli,’’ jelas mahasiswa gizi yang juga memiliki bisnis f&b itu.

Bukan hanya itu, Fara lantas menambahkan bahwa masih banyak pedagang makanan yang menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti formalin, pewarna tekstil, dan boraks. Artinya keracunan pangan tidak hanya dari produk yang kedaluwarsa. Tetapi oknum yang belum bisa membedakan mana yang bahaya dan yang tidak.

“Dari sini yang jadi pertanyaan, munculnya ketidakamanan pangan itu karena ketidaktahuan atau kenakalan yaa… Nah dari sini nih perlunya edukasi,’’ tukas Fara.

Atas berlangsungnya program ini, Fara memberikan analogi belajar di kampus sama halnya berenang di kolam. Sementara magang terjun di masyarakat dengan tantangan, kedalaman, dan arus yang berbeda itu bagaikan berenang di lautan lepas. Fara tidak hanya menerima pengalaman bekerja di BPOM, alih-alih mahasiswa ini juga mendapat sertifikasi profesi khusus pangan.

‘’Kalaupun mengikuti pelatihan sertifikasi itu secara mandiri cukup terbilang mahal. Inilah menariknya, learning by doing. Selain itu bisa mempersempit gap dunia industri dan dunia universitas, saya juga dibimbing seni menyampaikan pengetahuan ke orang lain,’’ paparnya.

Penulis: Viradyah Lulut Santosa

Editor: Feri Fenoria

Sumber: https://www.unair.ac.id/2022/05/13/cerita-mahasiswa-fkm-unair-jalani-magang-di-bpom/

Tags :