Dorong Potensi dan Produktivitas Anak Muda Indonesia Wednesday, 03 August 2022 02:22

Dimas Oky Nugroho atau akrab disapa Dimas, lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara 7 Februari 1978. Putra dari pasangan Abdul Rahim dan Hanny Abdullah tersebut kini mengemban tugas sebagai Tim Ahli di Kantor Kemenko Perekonomian RI periode kedua pemerintahan Presiden Joko Widodo. Dimas mengatakan bahwa tugas yang diamanahkan kepadanya saat ini bermula dari ide dan inisiatifnya untuk mendorong produktivitas anak muda di Indonesia. Dimas menggagas sejumlah program yang berfokus pada pengembangan potensi anak muda di era digital. Diantaranya melalui program kepemimpinan, wirausaha/UMKM, serta ekonomi kreatif.

Selain menjadi Tim Ahli Kepresidenan, Dimas juga menjadi Ketua Perkumpulan Kader Bangsa, sebuah institusi yang melaksanakan pelatihan kepemimpinan dan kebangsaan bagi para pemimpin muda dari Aceh hingga Papua. Dari organisasi tersebut, Dimas bersama timnya berhasil mengantarkan banyak pemuda mencapai karier impian di berbagai bidang. Seperti menjadi kepala daerah muda, anggota legislatif, pengusaha muda, ketua organisasi masyarakat, pemimpin lembaga pendidikan, pondok pesantren, budayawan, jurnalis, aktivis LSM, hingga aparat pemerintah dan perwira muda TNI/Polri. 

“Selain itu saya juga mendirikan dan memimpin lembaga konsultan media dan politik bernama Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC). ARSC berdiri sejak 2012 dan aktif menyediakan konsultasi di bidang komunikasi, politik dan kebijakan publik kepada berbagai lembaga pemerintah, partai politik dan perusahaan swasta,” terang alumnus S1 Ilmu Politik UNAIR itu.

Tak berhenti di situ, pada 2016 lalu Dimas mendirikan komunitas bernama Gerakan Anak Muda Punya Usaha (AMPUH) serta membangun bisnis kuliner dan co-working yang diberi nama Diskusi Kopi & Ruang berbagi. Bisnis yang dibangun bersama sang istri sejak 2017 tersebut kini telah memiliki tiga cabang di Kota Jakarta dan Bogor.

Aktif di Dunia Pergerakan Kampus

Ketertarikan Dimas pada aktivitas pemberdayaan pemuda tak bisa dilepaskan dari rekam jejaknya dalam dunia pergerakan kampus sejak masih menyandang status mahasiswa. Dimas merupakan alumnus Ilmu Politik UNAIR angkatan 1996. Dirinya menuturkan, detik-detik pengumuman hasil UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) masa itu bertepatan dengan gejolak stabilitas politik nasional di era Orde Baru. Dimas menuturkan hari-harinya di kampus kala itu diwarnai dengan diskusi-diskusi berbau politik, kritisisme, hingga aksi mahasiswa.

Pada tahun 1997 Dimas terpilih menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga. Dirinya bahkan juga terlibat dalam aksi demonstrasi tahun 1998 serta aktif memimpin gerakan mahasiswa di Surabaya. Kemampuan dan pengalamannya dalam dunia pergerakan, mengantarkan Dimas terpilih sebagai Presiden BEM FISIP melalui pemilu mahasiswa pertama era reformasi di tahun 1999.

“Saya aktif sebagai aktivis kampus dan pemimpin mahasiswa di masanya. Aktivitas saya sebagai mahasiswa saya jalani dengan berkumpul, berorasi, mengisi acara diskusi–baik di kampus maupun di media, menulis dan tentunya membaca banyak buku dan tulisan. Artikel saya muncul di sejumlah media lokal dan nasional,” ungkap pria yang pernah mengawali karier sebagai jurnalis tersebut.

Disamping kesibukan kuliah dan agenda organisasi, Dimas juga tertarik untuk menjajal berwirausaha. Di semester awal perkuliahan, ia bersama teman-temannya berinisiatif untuk membuka usaha laundry. 

“Kami memanfaatkan rumah sahabat dan mesin cuci yang tidak terpakai lalu merekrut asisten yang mencuci dan menyetrika pakaian. Selanjutnya saya dan teman-teman melakukan promosi dan mengambil pakaian kotor serta mengembalikannya kembali ke pelanggan yang kebanyakan adalah mahasiswa pasca sarjana UNAIR maupun ITS,” kenangnya.

Tak Ada Sukses yang Kebetulan 

Beberapa bulan sebelum menamatkan perkuliahan, Dimas telah diterima bekerja di TV 7 Jakarta. Dimas akhirnya menerima kesempatan tersebut sembari merampungkan skripsi. Pada momen kelulusan, Dimas menjadi perwakilan wisudawan yang menyampaikan pidato dan kesan pesan. Peristiwa itu, lanjut Dimas, menjadi salah satu kenangan yang tidak akan dilupakannya.

“Saat itu saya menyatakan bahwa seorang sarjana nantinya harus bisa berkontribusi membangun negara dan bangsanya. Indonesia adalah negara besar, sudah seharusnya para mahasiswa, sarjana dan seluruh anak mudanya juga memiliki karakter dan jiwa yang besar, mental juara untuk kemajuan Indonesia,” jelas Dimas.

Dimas menuturkan, tidak ada kesuksesan yang diraih dengan kebetulan. Semua pencapaian membutuhkan kerja keras, dan perjuangan. Begitupula kesuksesan yang diraihnya saat ini. Menurut Dimas, beberapa hal yang harus dimiliki seseorang dalam mencapai mimpinya antara lain, tekad untuk maju, passion atau semangat, kemampuan, relasi positif, serta mentalitas yang fokus dan pantang mundur. Bagi Dimas makna kesuksesan adalah bagaimana kehadiran seseorang dapat menghadirkan manfaat dan berkontribusi untuk orang-orang sekitar.

“Kata almarhumah Ibu saya, yang terpenting adalah letakkan segala niat dan ikhtiar kita di bidang apapun untuk sepenuh-penuhnya mencari ridho Allah, serta jangan pernah curang dan tidak jujur dalam menjalani kehidupan. Saya pikir nasihat Ibu saya ini juga bisa saya bagi kepada orang lain khususnya anak-anak muda Indonesia lainnya,” pungkas lakilaki yang menyelesaikan studi doktoralnya di University of New South Wales, Australia tersebut.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

Tags :