Dedikasi Memanusiakan Manusia Thursday, 04 August 2022 03:27

Laksamana Pertama TNI dr. IDG Nalendra DI,, Sp.B., Sp. BTKV (K)., lahir di Surabaya, Jawa Timur, 16 Agustus 1963 adalah seorang perwira tinggi TNI Angkatan Laut yang saat ini menjabat sebagai staff khusus Kasal.

Mandiri dari Kecil 

Nalendra lahir dari keluarga angkatan laut Indonesia. Ayahnya, Peltu (Purn.) I Dewa Made Pegeg, adalah seorang prajurit angkatan laut dengan pangkat asisten letnan. Salah satu saksi hidup pelaku sejarah pertempuran Laut Arafuru sebagai ABK RI Matjan Kumbang (653), yang bersama-sama RI Matjan Tutul (650) dan RI Harimau (654) bertempur dengan penuh heroik di Laut Arafuru melawan kapalkapal kombatan dan pesawat tempur dari Kerajaan. Ia bertugas sebagai pengawas atau juru mesin dan senjata di RI Matjan Kumbang.

Setelah lulus dari TK, Nalendra kecil dititipkan oleh orang tuanya kepada pamannya di Bumi Blambangan, Banyuwangi. Ia bersekolah di sekolah dasar. Kisah Nalendra berjualan pisang goreng terjadi di sekolah dasar. Ia berusaha untuk belajar hidup mandiri dan tidak ingin menjadi beban keluarga pamannya. Kehidupan seperti itu dilakoninya sampai Nalendra lulus dari SMP di Banyuwangi. Setelah diterima di SMA Negeri 1 Surabaya pada tahun 1979, Ia pindah ke Surabaya.

Biasa mandiri, sembari sekolah di Surabaya, Nalendra nyambi bekerja, kendati tinggal bersama pakdenya yang seorang dokter, I Dewa Gede Malik. Saat itu, Ia membantu budenya jualan di toko. Nalendra remaja juga menjadi sales ayam potong. Belajar dan bekerja, hampir tidak ada waktu luang buat Narendra bermain-main laiknya remaja pada umumnya.

FK UNAIR Hingga TNI AL

Setelah lulus SMA, Nalendra diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1982 dan mendapatkan beasiswa Supersemar. Menjadi bagian dari Ksatria Airlangga, Nalendra sangat bangga dan bersungguh-sungguh dalam menempuh perkuliahan. Semasa berkuliah, Nalendra aktif sebagai pengurus Senat. Baginya, organisasi merupakan jalan untuk belajar dan mengembangkan diri. Selain itu, berorganisasi dapat memperluas relasi dan pertemanan. Tidak hanya itu, Ia juga aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).

Pada tahun 1988, setelah lulus dari FK UNAIR dan mendapatkan gelar dokter umum, Nalendra mendaftar dan diterima di Sekolah Perwira Sukarelawan Angkatan Laut, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (sekarang TNI). Perjalan kariernya dimulai dari beasiswa ABRI menjadi letnan dua sampai dengan pangkat Laksamana Pertama dalam kemiliteran.

Sembari berdinas sebagai anggota TNI, Nalendra juga menempuh pendidikan dengan mengambil bidang keprofesian Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskuler.

“Semuanya berjalan lancar hingga menduduki jabatan-jabatan strategis di dinas kesehatan Angkatan Laut,” ujar dokter Nalendra.

Ubah Ancaman Menjadi Peluang 

Dalam perjalanan kariernya, Nalendra membuat sebuah buku yang berjudul “Strategi Nalendra Ubah Ancaman Menjadi Peluang”. Dalam buku tersebut, ditulis bagaimana perjalanan Rumkital (Rumah Sakit Angkatan Laut) Dr Ramelan dalam membangun sistem pelayanan prima. Nalendra mengungkapkan awalnya ia mengelola rumah sakit dengan dengan analisis yang sangat sederhana. Dengan analisis ini, posisi rumah sakit Dr Ramelan sangat memungkinkan untuk berkembang secara baik.

“Setelah kita tahu posisi rumah sakit, saya mengembangkannya, yakni dengan mengubah budaya kerja dan budaya mutu rumah sakit menjadi lebih baik, sehingga saya lakukan langkah yang kadang-kadang diluar ilmu,” jelasnya. 

Langkah pertama yang dilakukan adalah intervensi perut untuk anggota, yaitu meningkatkan kesejahteraan anggota/karyawan. kedua melakukan langkah melengkapi sarana prasarana untuk menunjang pelayanan.

“Filosoϐi Jawa Nguwongke Uwong atau memanusiakan manusia mampu membuat 2.193 orang bergerak bersama membawa Rumkital Dr Ramelan mencapai pelabuhan akhir. Sebagai rumah sakit terdepan milik masyarakat, bukan saja sebagai andalan keluarga besar TNI AL semata,” imbuhnya.

Perubahan besar-besaran budaya kerja dari hulu hingga hilir, juga ditunjang keberanian Nalendra mengeluarkan kebijakan tidak populis. Juga penyediaan sarana dan prasarana rumah sakit memadai secara besar-besaran. Ruang operasi salah satunya.

”Awalnya kami hanya mampu melakukan operasi 12-15 pasien per hari. Tetapi dengan penyediaan peralatan kekinian dan sarana memadai, target operasi 40 pasien per hari bisa terwujud,” ungkapnya.

Ksatria Airlangga Berprestasi 

Tahun 2021, Nalendra memperoleh anugerah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim Award. Anugerah tersebut bertajuk Tokoh Penanganan Covid-19. Nalendra mendapat anugerah tersebut karena kiprahnya sebagai penanggungjawab dan Kepala Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya.

Pemberian penghargaan kepada dokter Nalendra atas keberhasilan RSLI Surabaya menekan angka kematian pasien Covid-19 kategori inovatif. Konsep “Be Happy” menjadi inovasi dokter Nalendra untuk persoalan psikis pasien Covid-19 yang harus diperhatikan, sejak mereka datang sampai mereka pulang atau setelah dinyatakan sembuh (tes PCR swab negatif).

Berbagai aktivitas rekreasi mental ini difasilitasi oleh relawan pendamping dari awal sampai mereka pulang. Sampai ada permasalahan di perusahaan dan tempat tinggalnya difasilitasi para relawan.

“Kami menyediakan fasilitas konsultasi psikologis bagi para tenaga kesehatan dan pasien. Untuk hiburan lain, juga tersedia ruang karaoke, gim, perpustakaan, hingga kafe,” ujarnya.

Selain itu, tambahnya, bagi mereka yang punya hobi fotograϐi, karena tempatnya di taman, mereka bisa mengambil foto disana. Bahkan, imbuhnya, untuk mengatasi kegelisahan utama pasien yang kehilangan waktu mencari naϐkah, RSLI mengumpulkan relawan untuk memberikan donasi bagi keluarga pasien yang nyaris kehilangan nafkah.

Disamping monitoring dan perawatan pasien, juga diadakan morning report. Isinya, menggali permasalahan yang dihadapi para tenaga kesehatan saat bertugas. Hal tersebut ternyata memberikan rekreasi mental bagi mereka. Beberapa kegiatan yang diikuti pasien mulai dari berjemur pagi, melakukan senam pagi yang dipandu dokter dan juga perawat, serta olahraga lainnya yang diminati pasien.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

Tags :