Terapkan Ajaran Ki Hajar Dewantara Selama Berkarier Thursday, 04 August 2022 03:33

Dra. I Gusti Ayu Adhi Aryapatni, Apt. adalah alumni Fakultas Farmasi UNAIR angkatan 1984. Sejak lulus pada tahun 1990, alumni yang akrab disapa Ary tersebut memutuskan untuk mengawali karier sebagai penanggung jawab apotek dan mendaftar sebagai pegawai negeri di Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) Denpasar pada tahun 1991. Berkat ketekunan dan kerja keras, Ary untuk pertama kalinya dipercaya memegang jabatan sebagai Kepala BPOM pada tahun 2012.

Ditantang untuk Tegakkan Hukum di Awal Kepemimpinan 

Ary pertama kali memegang jabatan setelah tujuh tahun menjadi staf BPOM Denpasar. Yaitu pada tahun 1998 dia diangkat sebagai kepala Sub Seksi (Kasubsi) Pengujian Makanan dan Minuman. Dari kasubsi, Ary kemudian dipercaya untuk menjadi kepala bidang pada tahun 2002, hingga akhirnya dipercaya menjadi Kepala BPOM di Batam pada tahun 2012. 

“Saat itu BPOM Batam masih cukup baru, jadi pertama kali saya menjadi Kepala BPOM di Batam, ada dua tantangan yang harus segera dikerjakan,” ucap Ary.

Dua tantangan itu adalah penegakan hukum dan akreditasi laboratorium. Saat itu, penegakan hukum bidang pengawasan obat dan makanan di Batam masih nol padahal disana ada banyak produk ilegal dan tidak terdaftar di BPOM. Baik itu produk dalam negeri atau impor. Karenanya, ketika Ary dilantik menjadi kepala BPOM salah satu pekerjaan rumah yang harus dia kerjakan adalah melakukan penegakan hukum terhadap kasus pidana di bidang pengawasan obat dan makanan.

“Salah satu tantangan di Batam adalah banyak produk obat, kosmetik dan makanan ilegal, baik produk impor karena merupakan daerah perbatasan dengan Singapura, Malaysia dan Vietnam,” jelasnya.

Kemudian, karena gedung BPOM Batam saat itu masih baru, laboratorium di sana masih belum mendapat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN). Untuk itu, Ary ditantang agar segera mewujudkannya.

“Satu tahun bekerja, akhirnya pada tahun 2013 laboratorium BPOM Batam mendapatkan akreditasi pertamanya. Tidak lama setelahnya, penegakan hukum juga berhasil dilakukan,” terang Ary

Hadapi Pandemi Tidak Lama setelah Dipindahkan 

Sekitar dua tahun mengabdi di BPOM Batam, Ary kemudian dipromosikan menjadi kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta pada awal tahun 2015. Kemudian, pada awal tahun 2018 Ary dipindahkan di BBPOM Denpasar dan pada awal tahun 2020 menjadi kepala BBPOM Semarang. Tidak seperti ketika di Batam, Denpasar, dan Jogja, tantangan besar yang dihadapi oleh Ary ketika di Semarang adalah masuknya pandemi COVID-19 di Indonesia.

“Selepas dilantik, akhir Februari 2020 saya langsung berkegiatan. Awal maret pandemi datang, mulai ada kebijakan seperti tidak boleh keluar rumah, harus pakai masker dan lain sebagainya,” terangnya.

Menyikapi hal tersebut, Ary mulai menerapkan strategi baru dalam menjalankan BBPOM. Segera dia dan tim memetakan aktivitas kantor mana saja yang bisa dilakukan di rumah atau work from home (WFH) dan aktivitas mana saja yang bisa dilaksanakan di kantor atau work from ofϔice (WFO).

Ary dan tim dipaksa untuk untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi dalam bekerja. Mulai dari pengawasan, rapat, upacara hingga bimbingan teknis (bimtek) dilakukan secara daring.

Selain itu, terdapat beberapa inovasi yang dilakukan oleh BBPOM Semarang. Diantaranya adalah Sinau Online Sareng BBPOM Semarang (SOS), yaitu program pembinaan online kepada pelaku UMKM di Jawa Tengah. Tidak hanya itu, BBPOM Semarang juga menerima SK dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah untuk melakukan atau menerima pengujian COVID-19 dari fasilitas kesehatan di Jawa Tengah.

“Walaupun BPOM tidak memiliki tupoksi untuk menguji COVID-19, namun untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, rasa kemanusiaan serta gotong royong, kami ikut berkontribusi untuk menguji COVID-19 mulai awal Agustus 2020,” jelasnya.

Ing Ngarso Sun Tulodho 

Menurut orang sekitar, karier Ary bagus. Mengingat, dari kasubsi Ary langsung dipromosikan menjadi kepala bidang. Namun menurut Ary, itu adalah hasil prinsipnya untuk bekerja yang maksimal dan membuat teamwork yang solid.

“Saya tidak bisa bekerja sendiri, karena itu saya harus kuat di tim,” terangnya.

Ary menjelaskan, kemampuan kepemimpinannya baru dia asah saat mulai bekerja. Prinsipnya dalam menjadi pemimpin adalah memberikan contoh kepada anggota dan mengayomi.

Sebagaimana ajaran Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sun tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Jika Ary ingin anggotanya rajin, dia harus menjadi rajin terlebih dulu. Jika ingin anggotanya disiplin, maka dia harus disiplin terlebih dahulu.

“Ajaran Ki Hajar Dewantara jika diterapkan dengan sungguh-sungguh, pasti akan membuat para pemimpin berhasil,” lanjutnya.

Selain itu, juga perlu mengayomi anggota. Memberikan perhatian dan menjaga komunikasi yang baik dengan anggota.

Bangga Menjadi Alumni UNAIR 

Ary mengaku bangga menjadi alumni UNAIR. Menurutnya, jika tidak belajar di UNAIR, mungkin dia tidak bisa menjadi seperti saat ini. Untuk itu, kepada adik-adik mahasiswa yang masih duduk di bangku perkuliahan, Ary berpesan agar bersama-sama menjaga nama baik almamater.

“Jaga nama baik almamater saat bekerja dimanapun. Tunjukkan bahwa lulusan UNAIR punya integritas, kapasitas dan kapabilitas yang baik,” pungkasnya.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

Tags :