Potret Kilat Asam Garam Tokoh Rumah Sakit Swasta di Indonesia Thursday, 04 August 2022 03:56

Keberadaan rumah sakit swasta di Indonesia sebagai private partnership tentunya tidak bisa dipandang sebelah mata. Menurut data tahun 2019, sebanyak 63,5% rumah sakit di Indonesia adalah rumah sakit swasta, sisanya adalah rumah sakit pemerintah pusat dan daerah. Sehingga, rumah sakit swasta memiliki andil yang signiϐikan dalam sistem Kesehatan Nasional dan dunia perumahsakitan.

Membangun kerjasama, komunikasi, membina rumah sakit swasta serta menjadi wadah organisasi untuk aspirasi terhadap permasalah perumahsakitan di Indonesia ditangani oleh Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), yang kini dinahkodai oleh drg. Susi Setiawaty, MARS., seorang alumni Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR angkatan 1983. Susi menceritakan minatnya dalam manajemen rumah sakit, sukses membangun sektor rumah sakit swasta sebagai salah satu pilihan fasilitas kesehatan yang terpercaya di tanah air.

Ketika ditanya terkait pengalaman selama perkuliahan, ia mengaku menjalani kehidupan sehari-hari dan mendapatkan pengalaman layaknya mahasiswa pada umumnya. Ia lulus pada tahun 1988 sebagai salah satu lulusan kelompok pertama di angkatannya.

Namun sebagai mahasiswa kedokteran gigi, ia dituntut untuk memiliki kemampuan untuk bekerja secara detail. Ia mengaku bahwa terbiasanya mengadopsi etos kerja secara detail itu sangat membantu dalam kariernya yang menggeluti manajemen rumah sakit.

“Manajemen rumah sakit seperti hotel namun berbeda, di dalamnya ada hospitality dan ada pelayanan kesehatan, dengan customer yang berbeda juga, banyak sekali faktor yang harus diperhitungkan dalam pengelolaannya. Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien tentunya sesuai dengan standar dan protokol kesehatan yang ditetapkan dengan mengedepankan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Pasca lulus dan memperoleh izin praktik pada tahun 1989, Susi menjalani wajib kerja sarjana dengan ditempatkan sebagai pegawai negeri sipil di Dinas Kesehatan Gigi Kota Bandung. Ia praktik selama sepuluh tahun sambil mengenyam pendidikan magister untuk manajemen rumah sakit di Universitas Indonesia pada tahun 1996.

“Pada tahun 1999, saya mulai masuk ke dalam dunia manajemen rumah sakit swasta. Di Hermina Hospital Group, awal masuk saya mengepalai Departemen Diklat selama beberapa tahun. Saya terakhir praktik pada tahun 2000 untuk lebih fokus pada manajemen rumah sakit, karena saya merasa lebih cocok disitu. Saya turut berproses dalam pengembangan jaringan tempat saya bekerja dari 3 RS sampai saat ini berjumlah 42 RS,” tutur Susi.

Karier Susi dalam kancah manajemen rumah sakit melejit di Hermina Hospital Group, dibuktikan bahwa ia sempat memegang beberapa posisi strategis. Mulai dari memegang posisi Direktur di RS Hermina Pasteur dan RS Hermina Bekasi, hingga menjadi Direktur Regional Hermina Hospital Group, serta Corporate Secretary di PT. Medikaloka Hermina Tbk. ketika perusahaan rumah sakit tersebut go public.

Susi juga memiliki minat berorganisasi yang cukup tinggi, terutama di bidang perumahsakitan. Dua organisasi perumahsakitan dimana ia aktif dan memegang posisi strategis adalah di Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), dimana ia kini memegang jabatan sebagai Ketua Umum selama dua periode, serta Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dimana jabatannya adalah Kompartemen Organisasi dan Hubungan Antara Lembaga. Dokter gigi itu mengatakan bahwa semangat berorganisasi ini sangat membantunya dalam memperluas networking dan sosialisasinya, terutama dalam konteks pertukaran dan pengembangan ilmu.

Mereϐleksikan waktunya di ARSSI, Susi menceritakan bahwa organisasi rumah sakit swasta di Indonesia masih belum memiliki nama saat pergantian abad, waktu dimana ia mulai aktif di ARSSI. Oleh karena itu, ia merintis bersama rekan sejawat untuk membangun nama dan kompetensi organisasi perumahsakitan itu.

“Sekarang, bisa dibilang nama kami telah dipertimbangkan, terutama dalam hal ketika kami dimintai saran terkait penyusunan regulasi dan kebijakan oleh Pemerintah. Eksistensi rumah sakit swasta sudah dipertimbangkan di Indonesia dan ARSSI kerap dipercayai sebagai organisasi yang mengatur pengembangan dan hubungan antar rumah sakit swasta di Indonesia,” ucap alumni itu.

Susi menceritakan masanya ketika menjabat sebagai Ketua Umum ARSSI, organisasi tersebut telah mendapatkan undangan dari Kementerian Kesehatan beberapa negara seperti Belanda dan Jepang terkait perkembangan rumah sakit swasta di Indonesia. Menurut Susi, fakta lapangan perkembangan rumah sakit swasta di Indonesia membuat negara lain melihat potensi yang menjanjikan dalam kerja sama dengan sektor kesehatan di negara-negara tersebut.

Selama pandemi COVID-19 merebak, Susi menjelaskan bahwa ARSSI kerap digandeng oleh Kemenkes RI untuk kerjasama dan koordinasi demi melawan krisis kesehatan global ini. Ia mengatakan bahwa 800 rumah sakit swasta telah dijadikan sebagai rumah sakit rujukan dalam penanganan COVID-19. Di awal pandemi, sebelum banyak RD menjadi rumah sakit rujukan beberapa rumah sakit jaringan seperti Hermina, Siloam, Mitra Keluarga mendedikasikan satu rumah sakitnya dengan seluruh tempat tidurnya untuk perawatan pasien COVID-19.

Susi juga menambahkan bahwa ARSSI berperan aktif dalam koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam penanganan COVID-19 beserta permasalahannya seperti APD, obat obatan, dan oksigen.

“Selain itu kami juga membantu anggota dalam percepatan penyelesaian dispute klaim pembayaran COVID-19 dan insentif nakes kepada Kemenkes RI untuk dapat segera dipenuhi. Agar rumah sakit swasta tidak terganggu cash ϔlow (arus kas). Di masa pandemi kami juga mendapat donasi-donasi berupa APD, alat kesehatan seperti ventilator dari berbagai lembaga,” jelasnya.

Terakhir, Susi mereϐleksikan kariernya di bidang manajemen rumah sakit dengan wejangan singkat untuk selalu percaya diri, lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, jadilah sosok yang kau inginkan – be yourself. Ia menambahkan bahwa ramuan kesuksesan menurutnya adalah percaya diri dan mengetahui seberapa kemampuan yang dimiliki.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

 

Tags :