Hidup Adalah Melakukan Pergerakan Tuesday, 09 August 2022 03:23

“Yang namanya hidup itu harus bergerak. Bergerak pikirannya, bergerak hatinya, dan bergerak Ï”isiknya. Hasil itu bukan kita yang menentukan, tetep Gusti Allah yang menentukan. Tapi kalau kita tidak bergerak, ya tidak ada hasil. Kewajiban manusia itu ya bergerak. Jadi, urip iku kudu obah.” 

Begitulah pesan Didik Isdiyanto, Pengurus KUD Tani Wilis Tulungagung. Ia adalah alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga yang lulus pada tahun 1988 lalu. Pada saat lulus kuliah, Didik harus menentukan pilihan hidup untuk bekerja. Terdapat empat pilihan yang perlu dipertimbangkan oleh Didik pada saat itu. Yaitu menjadi PNS, bekerja di peternakan ayam, bekerja di perusahaan obat-obatan, atau bekerja di peternakan sapi perah.

Dari pertimbangan-pertimbangan itu kemudian Didik memutuskan pilihan bahwa ia akan lebih nyaman jika ilmu yang dimilikinya langsung menyentuh kepada masyarakat. Sehingga ia memutuskan untuk mengabdikan ilmu di peternakan sapi perah.

Didik mengungkapkan ketika di pertengahan semester 1 dan 2 kuliah dulu ia sempat berkunjung ke kawasan Nongkojajar Pasuruan. Di sana ada dokter hewan yang sedang memberikan pelayanan. Sangat membekas di ingatannya akan hal itu. Akhirnya ia pun termotivasi dan ingin bekerja di Koperasi Unit Desa agar ilmunya dapat diterapkan langsung ke masyarakat.

“Pada saat itu saya justru tidak ingin memilih koperasi yang besar. Saya justru mencari koperasi yang kecil yang belum ada dokter hewannya dan itu berada di lereng pegunungan. Akhirnya setelah saya lihat-lihat, saya memilih untuk menuju wilayah Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Saya mengajukan lamaran ke GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) Komda Jawa Timur dan mengatakan pada pengurus GKSI pada waktu itu berharap agar saya ditaruh di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung”, ungkap Didik.

Alasan Didik memilih koperasi yang kecil karena ada tantangan di sana. “Kalau saya di koperasi yang kecil itu ibarat ikan Paus di kolam, tapi kalau saya di koperasi yang besar itu seperti ikan Paus di lautan. Maksudnya, kalau ikan Paus di kolam kan kelihatan”, ungkapnya. Motivasi Didik sendiri dalam berkarier adalah ingin mengabdikan ilmu kepada masyarakat kecil.

Perjalanan Karier di KUD Tani Wilis 

Awal mula berkarier di Tani Wilis, Didik menduduki posisi sebagai petugas medis kesehatan hewan. Yaitu melayani sapi-sapi yang sedang sakit dan melayani kawin suntik untuk sapi. Pada saat itu KUD Tani Wilis memiliki peringkat di luar 10 besar Jawa Timur. Saat ini sudah menjadi nomor 5.

Pada tahun 1989, Didik diminta untuk menjadi kepala unit sapi perah. Kemudian pada tahun 1994, ia diminta untuk menjadi manajer KUD Tani Wilis sampai tahun 1999. Kemudian pada tahun 1999 bulan Mei ia mundur karena satu hal yang berkaitan dengan kesehatannya. Dia kemudian kembali menjadi kepala Unit sapi perah sampai pada Maret tahun 2006. Pada Maret 2006 sampai Februari 2020 ia diangkat menjadi Manajer KUD Tani Wilis lagi yang membawahi sekitar 140 karyawan lebih.

Di koperasi, Manajer diangkat oleh Pengurus. Pada tahun 2020, Didik dipilih untuk menjadi salah satu pengurus. Pengurus terdiri dari Ketua I, Ketua II, Sekretaris I, Sekretaris II, dan Bendahara. Didik menduduki bagian Bendahara sekaligus dengan tujuan reorganisasi pengurus.

Pengurus KUD berarti bertanggung jawab dalam menjalankan visi misi KUD. Saat ini Didik merupakan Pengurus di bagian Bendahara. Meskipun di bagian Bendahara, Didik tetap diminta untuk menjadi penanggung jawab kegiatan di unit sapi perah. Jadi tidak hanya berkaitan dengan keuangan saja, tetapi juga berpikir bagaimana ke depannya peternak semakin bagus skillnya, dan KUD juga bisa menyediakan sarana produksi ternak yang dibutuhkan oleh peternak. Untuk ke depan yang jadi fokus Didik adalah koperasi susu memiliki industri hijauan untuk kebutuhan sapi sepanjang waktu.

Penyuluhan sebagai Bentuk Perubahan 

Didik mengungkapkan, saat pertama kali ia masuk di Tani Wilis, banyak terjadi kasus kematian sapi. Penyebabnya macam-macam. Ada yang karena malnutrisi, penyakit cacing, hingga penyakit gangguan reproduksi. Sehingga ia berpikir bahwa peternak harus diedukasi. Berawal dari sanalah kemudian ia membuat kelompok-kelompok ternak yang secara rutin setiap bulan ia kunjungi dan memberikan penyuluhan kepada para peternak.

Mulanya rencana pembentukan kelompok penyuluhan itu ditolak oleh sebagian teman-teman pengelola koperasi. Mereka berpikir bahwa nantinya kegiatan itu akan merepotkan organisasi. Tetapi Didik berpikir bahwa hal yang teknis atau skill peternak sapi perah itu jauh lebih penting. Dan pada akhirnya setelah berjalan teman-temannya pun paham.

Kendala kedua yang sempat dialami oleh Didik adalah susahnya mengubah kebiasaan peternak dalam memelihara sapi. Pekerjaan untuk mengubah skill peternak ini tidak cukup hanya dengan penyuluhan selama 1 sampai 3 tahun. Menurutnya, tidak mudah memberikan informasi-informasi kepada peternak tentang manajemen. Solusinya memang harus dengan sabar melakukan penyuluhan dan menempelkan informasi di pos-pos.

Didik masih ingat betul kendala yang juga sempat dialami pada tahun 2000. Pada saat itu Nestle sebagai perusahaan yang memasok susu dari Tani Wilis menetapkan SOP penanganan susu secara ketat. Mulai dari pos penampungan dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar lebih higienis dan lebih berkualitas. Pada saat itu Nestle meminta menutup beberapa pos yang dianggap tidak sesuai SOP.

“Saya dan tim menyikapi bahwa setiap kehidupan pasti ada kendalanya. Tidak mungkin hidup itu mulus-mulus saja. Setiap hidup pasti ada tantangan, dan setiap ada kendala pasti ada solusi”, ungkap pria yang juga aktif membimbing secara rutin mahasiswa yang sedang PKL di KUD Tani Wilis itu. 

Aktif Berkarier, Berwirausaha, dan Berolahraga 

Selain aktif berkarier di KUD Tani Wilis, Didik juga memiliki sapisapi perah yang dititipkan ke beberapa peternak dengan pola bagi hasil. Ia juga memiliki toko obat-obatan hewan yang dikelola oleh istrinya di rumah. Menurutnya, menjadi pegawai hanyalah salah satu peluang hidup. Menjadi pengusaha atau memiliki usaha sendiri itu justru lebih menarik. Ia berharap bahwa lulusan jangan berpikir menjadi pegawai. Bolehlah pada awalnya menjadi pegawai tapi pada satu titik mesti memiliki usaha sendiri. Apapun itu.

Pada tahun 1998 Didik sempat mendirikan Sekolah Sepak Bola di desa Dono, tempat tinggalnya. Tetapi lima tahun lalu sudah ditutup karena pelatihnya sudah tua. Sehingga sudah tidak ada yang menangani. Untuk saat ini Didik aktif mengikuti olahraga badminton. Satu sampai dua kali dalam seminggu ia melakukan olahraga tersebut.

“Bangku kuliah itu hanya satu sisi bekal. Disiplin ilmu itu hanya salah satu sisi dari banyak sisi yang harus kita miliki saat kita terjun. Karena sisi yang lain itu bukan disiplin ilmu kita, melainkan bagaimana kita bisa memiliki ilmu kepemimpinan, komunikasi interpersonal, bagaimana kita harus sabar dan mengalah, serta bagaimana kita menghadapi yang lebih tua dan yang lebih muda. Justru itu yang penting.”

“Jadi eman kalo ketika kuliah hanya dapat ilmu saja tapi tidak mendapatkan ilmu-ilmu yang justru dibutuhkan di masyarakat. Karena pada saat sudah lulus disiplin ilmu kita itu mungkin hanya 5-6% gitu digunakan, yang 90% justru tidak terkait dengan itu”, pesan Didik.

Menurutnya, ilmu dari FKH yang paling berkesan baginya adalah ketika dosen dan senior-seniornya memberikan pesan bahwa kita harus dekat dengan peternak. Dengan cara menyampaikan informasi dengan bahasa peternak, harus sabar melakukan perubahan-perubahan dan menikmati kehidupan dengan peternak.

Saat ini, meskipun menjadi pengurus, Didik juga tetap aktif dan menikmati dalam melakukan penyuluhan dan penanganan sapi-sapi yang mengalami gangguan reproduksi. “Karena untuk gangguan reproduksi ini belum ada yang menangani. Jadi saya turun sendiri ndak papa. Malah enak Mbak kalo munggah gunung”, kelakarnya.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

 

 

Tags :