Abdi Negeri dengan Prestasi dan Setulus Hati Monday, 22 August 2022 04:42

Sosok Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ponorogo saat ini diduduki oleh Ksatria Airlangga jebolan Fakultas Kedokteran Hewan 1985. Dia adalah Sapto Djatmiko Tjipto Rahardjo, Alumnus FKH UNAIR yang menggemari estetika seperti pada tanaman hias Bonsai, hingga kendaraan klasik.

Bapak tiga anak itu, menyambut baik kedatangan tim JLKA di kediamannya ketika sesi wawancara berlangsung. Sembari menyeruput secangkir Americano dan ditemani suara ikan koi yang bermain di kolam depan rumah, Sapto mengajak tim untuk bernostalgia di masa perkuliahannya dulu.

“Mulanya saya ingin kuliah di FK, namun rezekinya di FKH. Saya sebagai perantau saat itu harus mampu beradaptasi dengan cepat, baik lingkungan maupun perkuliahan,” ungkap Lelaki kelahiran Tulungagung, 30 Januari 1967 itu.

Dulu, sambung Sapto, motivasi terkuat hadir ketika ingin meraih nilai tertinggi di kelas, dari situlah jiwa kompetitif muncul dan tumbuh. Sayangnya semasa kuliah Sapto mengaku tidak sempat bergabung di organisasi, karena kesibukan kuliah yang sangat padat.

Selepas perkuliahannya selesai, Sapto mulai meniti kariernya di dunia kerja. Dia mengikuti berbagai tes rekrutmen dan sempat mendapat panggilan kerja seperti di industri baja, namun karena restu orang tua menginginkannya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hingga pada tahun 1992 dia berhasil menjadi abdi negara sebagai PNS.

Karier yang Kontras dari Perkuliahan 

Posisi pekerjaan pertama yang diterimanya yakni sebagai staf di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), hal ini sangat kontras, mengingat latar belakang pendidikannya sebagai seorang dokter hewan. Hal itu tak lantas membuatnya kecewa dan menyerah, melainkan malah memompa semangatnya untuk menghadapi tantangan yang sudah berada di depan mata.

“Awalnya saya sempat kaget, namun karena semangat dan dorongan dari keluarga dan rekan-rekan kerja, saya dengan sepenuh hati menjalani pekerjaan tersebut. Alhamdulillah, dalam kurun waktu 1,5 tahun setelah diangkat menjadi PNS saya memperoleh promosi sebagai Kepala Seksi (Kasi),” paparnya.

Lebih lanjut, dia mengaku sangat bersyukur telah mengikuti nasihat dan arahan orang tuanya yang memintanya menjadi PNS. Karena, tak lama berselang kariernya dimulai, pada 1998 terjadi krisis moneter yang memporak-porandakan ekonomi Indonesia.

“Jalani pekerjaan dengan ikhlas, terus beramal dan berdoa, apa yang memperoleh restu orang tua berarti juga direstui Allah. Saya sangat bersyukur tidak mengedepankan ego saat itu,” imbuhnya.

Selama berkarier, Sapto tergolong sosok yang berprestasi, hal itu dibuktikan dengan pencapaiannya menjadi Kepala Dinas pada usia 42 tahun. Saat itu dia diamanahi menjadi Kepala Dinas Pariwisata Ponorogo, selama kepemimpinannya Sapto banyak menuangkan gagasan-gagasan konstruktif guna membangun pariwisata di Ponorogo.

Pemasifan Kesadaran Budaya Reog hingga Memanfaatkan Sampah untuk Menambah Nilai Ekonomi Masyarakat

Diketahui, Sapto pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Ponorogo, namun karena latar belakang pendidikannya sebagai dokter hewan, dia tidak lama menduduki posisi tersebut. Kemudian dia dimutasi menjadi Asisten Administrasi Umum Sekretariat Kabupaten Ponorogo, hingga menduduki posisi Kepala Dinas Pariwisata pada tahun 2012.

Sebagai Kepala Dinas, Sapto tidak serta merta tutup mata dengan kondisi di lapangan. Dia merupakan sosok yang peka dan mau mendengar aspirasi masyarakat untuk mewujudkan Ponorogo lebih baik. Seperti halnya ketika masih menjabat sebagai Kadin Pariwisata, dia melakukan inspeksi dan menambah jumlah Dhadhak Merak (Topeng yang digunakan dalam tarian Reog seberat 65-80 Kg, red) hingga lebih dari 200.

“Tujuannya bukan sebagai hiasan, melainkan dengan ditambahnya jumlah Dhadhak Merak, pasti akan merangsang semangat nguri-uri budaya di masyarakat dan seniman Reog,” jelasnya.

Selain itu, Sapto juga mengajak generasi muda untuk turut melestarikan dan mencintai budaya asal Ponorogo tersebut. Salah satu langkahnya dengan memeriahkan Festival Reog Nasional yang digelar setiap tahunnya dengan improvisasi dan inovasi-inovasi menarik setiap tahunnya. Selanjutnya dia dipercaya menduduki jabatan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ponorogo pada 2017.

“Bagi saya, berkarier dalam suatu tempat tidak boleh lama-lama, karena dapat membuat inspirasi stagnan. Jadi kita harus berani mengambil langkah untuk maju dan memberi kesempatan orang lain,” tandasnya.

Maka, sambungnya, dalam berkarier harus mau belajar dan menerima hal baru, terutama menyukai tantangan dan siap beradaptasi. Selama menjadi Kadin DLH, Sapto fokus pada penataan estetika dan kebersihan di Ponorogo.

Salah satu upaya yang dilakukannya adalah dengan melakukan pembenahan, hingga inovasi kreatif pengolahan sampah menjadi barang bernilai ekonomi tinggi, seperti diolah menjadi briket bahan bakar.

“Supply sampah dari TPS yang akan ada di setiap kecamatan, karena supply sampah saat ini bukan hanya dari kota, melainkan dari desa juga. Hal itu karena penduduk desa saat ini juga semakin banyak, jadi pengelolaannya harus tepat dan terarah, agar tidak menimbulkan masalah kedepannya,” ujarnya.

Pada akhir, Sapto berpesan bahwa dalam menjalani pekerjaan harus ikhlas dan optimis. Tujuannya agar mendapat berkah, dan dapat menjadi motivasi dalam meraih prestasi kerja.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

Tags :