Menolong dan Memberikan yang Terbaik adalah Pegangan Hidup Wednesday, 31 August 2022 04:58

Sejak Februari 2020, Ema Setyawati diangkat menjadi Direktur Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru. Sebelumnya Ema telah memiliki perjalanan karier yang begitu panjang. Selama 20 tahun Ema berkecimpung dalam dunia kesekretariatan. Menurutnya dunia kerja yang ia tekuni sama se kali tidak berkesinambungan dengan jurusannya selama kuliah.

Setelah lulus dari Universitas Airlangga, tak selang waktu yang lama Ema mengikuti suaminya yang bertugas di Jakarta. Pada saat itu, yaitu tahun 1994 terdapat kebijakan pemerintah untuk wajib kerja sarjana, Ema pun berpindah dari Surabaya ke Jakarta dan menjalankan wajib kerjanya menjadi guru di Sekolah Menengah Farmasi Kesehatan Angkatan Darat hingga tahun 1996.

Pada bulan Maret 1996 Ema kemudian diterima menjadi CPNS dan mendapatkan penempatan pertamanya di bagian PPL (Penyusunan Program dan Laporan) yang pada saat itu Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan - belum menjadi BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan). Dari sana Ema harus belajar banyak hal. Mulai bagaimana menyusun perencanaan, bagaimana menyusun anggaran, membuat indikator, menyusun tools untuk evaluasi, hingga bagaimana membuat analisis dari data-data.

Kemudian pada saat perubahan Dijenpom menjadi BPOM, berdasarkan Keputusan Presiden No. 166. Pada tahun 2001, Ema diangkat menjadi Kasubag termuda. Artinya 5 tahun sejak menjadi CPNS, dan saat itu Ema juga sedang mengambil kuliah S2 di program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Di sana karier mulai berjalan. Pada saat itu ia masih merupakan PNS golongan 3B, harusnya untuk menjadi Kasubag memiliki golongan 3C, akan tetapi kebijakan yang berlaku saat itu Kasubag dapat diangkat satu tingkat di bawah tingkat terendah. Namanya kenaikan pangkat pilihan. Ema menjadi Kasubag sampai pada tahun 2006.

Selama berkarier, Ema memiliki banyak prestasi yang telah dicapai. Ia pernah diangkat menjadi Kasubag termuda, menjadi panitia penerima barang jasa tahun 1999, hingga kenaikan golongan dari 3C ke 3D hanya dalam waktu satu setengah tahun, padahal seharusnya 4 tahun.

Tahun 2006 ia diangkat menjadi Kabag. Pada saat itu golongannya masih 3D. sedangkan untuk menjadi Kabag, golongan terendah harusnya 4A. Dalam 4 tahun Ema pindah Kabag sebanyak 4 kali. Ema sendiri pun tidak tahu apa yang menyebabkan itu terjadi.

Tahun 2012 Ema dipromosikan untuk menjadi Kepala Biro Umum BPOM. Golongannya pun masih 4B pada saat itu, artinya satu tingkat di bawah tingkat terendah. Harusnya 4C. Hingga pada tahun 2016 barulah ia dipindahkan ke bagian teknis. Teknisnya pun di bagian pangan, bukan Farmasi, yaitu di Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Dari sana Ema mengaku bisa belajar banyak mengenai kimia.

Pada tahun 2018 ia masuk Direktorat Pengawasan Pangan Olahan Risiko Sedang dan Rendah BPOM RI. dan pada tahun 2020 diangkat menjadi Direktur Pengawasan Pangan Olahan Risiko Sedang dan Rendah.

Melakukan Perencanaan dan Memberikan yang Terbaik 

“Jika saya merencanakan sesuatu saya juga harus memikirkan siapa yang akan mengimplementasikannya. Dari PPL saya jadi tahu banyak tentang SDM. Mulai dari hubungan kerja, indikator, anggaran, kompetensi, jumlah apoteker harusnya berapa, dan lain-lain. Mungkin itu yang membuat saya bisa mendapatkan percepatan karier”, ungkap Ema.

“Karena banyak berkecimpung di luar teknis atau jurusan saya yaitu farmasi, saya malah dapat memperkaya pola pikir. Karena banyak mempelajari SDM. Tahun 2006 ketika saya menjadi Kabag, di sanalah kompetensi itu direncanakan dan dikembangkan, sudah mengenal bagaimana mengelola SDM, dll. Saya merasa lebih nyaman belajar tentang kesekretariatan. Mungkin karena S2 ambil SDM dan suka membaca bukubuku SDM. Pola pikir perencanaannya sangat kental sekali”, lanjutnya.

Ema bahkan sudah memperkirakan dan membuat perencanaannya hingga 10 bahkan 20 tahun ke depan. Ema merupakan salah satu dari tim pengembang Quality Management System (QMS) BPOM, pengembang sistem perhitungan beban kerja, dan masih banyak lagi.

Menurut Ema, ilmu dunia itu katon atau bisa dilihat dan bisa dipelajari. Itu prinsipnya. Banyak motivasi hidup yang dijalankan oleh Ema. Ia juga menyampaikan bahwa sebagai manusia harus selalu mensyukuri apa yang ada.

“Ibu saya selalu bilang, lek diwenehi enak ojok kurang kepenak. (Kalau sudah dikasih enak jangan merasa kurang enak). Selain itu, bagi saya membuat orang lain senang dan puas itu rasanya luar biasa. Ketika pimpinan saya meminta saya untuk menjadi sesuatu, maka saya harus belajar dengan banyak, sehingga membuat pimpinan saya puas dengan apa yang saya kerjakan. Hidup itu kan cuma sekali. Kalau kita tidak berbuat baik saat ini, terus kapan. Jadi berbuatlah yang terbaik saat ini. Karena kalau bukan saat ini kapan lagi gitu”, pesan Ema.

Setiap orang akan selalu diuji dengan masalah. Begitu juga dengan Ema. Selama menjalankan kariernya Ema sempat dirundung beberapa masalah yang cukup berat. Hal itu hingga membuatnya kehilangan banyak berat badan. Yang Ema percaya adalah bahwa Allah itu Maha Baik, Allah dapat menolong dengan banyak cara. Dan berkat pertolongan Allah masalah-masalah yang terjadi padanya dapat dilalui.

“Motivasi saya yang pasti adalah saya punya Allah. Kapanpun saya punya masalah entah itu ringan entah berat, yang utama adalah mengadu kepada Allah. Dan itu pengalaman betul. Allah itu maha baik, dan itu pasti”, ungkapnya.

Alumni itu Guyub Rukun dan Saling Membantu 

Kesan yang paling tak terlupakan ketika kuliah di Unair dulu bagi Ema adalah skripsinya yang baru selesai dalam waktu 2 tahun. Menurutnya itu benar-benar tidak terlupakan. Pada saat kuliah dulu, Ema Dan temantemannya sangat bangga karena bisa membuat dan meracik obat di laboratorium saat itu.

dekat daerah Kapasan untuk keperluan praktik membuat obat. “Kalau bisa dapet botol salep itu bangga sekali rasanya. Bisa pamer ke temanteman juga. Dan kalau praktik juga harus bawa buku yang beratnya 4 kg. Jadi kalau sudah waktunya praktik itu udah mirip bawa rongsokan”, candanya.

Pesan yang Ema sampaikan untuk adik-adik yang masih duduk di bangku kuliah adalah sebagai mahasiswa haruslah percaya diri dan tidak boleh kuper (kurang pergaulan). Karena menurutnya banyak sekali ia temui alumni-alumni Unair yang kurang PD dan juga kuper. Dan ini sangat disayangkan.

“Ketika diberikan kesempatan untuk magang, tolong dimanfaatkan untuk betul-betul bekerja. Magang itu belajar kerja. Bekerja itu awalnya pasti akan merasa asing. Tapi jika kalian tidak malu bertanya, PD dan tidak kuper kalian akan mendapatkan banyak manfaat”, tegas Ema.

“Jangan kuper, jangan kurang PD, dan jangan merasa paling bagus. Jangan sampai tidak tahu dan tidak bertanya. Aktif pada kegiatan mahasiswa itu penting. Karena banyak perusahaan yang melihat dari sana. Kalian memang harus mempunyai IPK bagus, dan itu penting. Tapi IPK bagus saja bukan jaminan. Karena di luar sana masih banyak ilmu yang bisa kalian timba. Dan bikin bangga kampus ya!”, lanjut Ema.

Ema juga berpesan untuk para alumni, terutama yang muda-muda. “Terbukalah dengan sesama alumni. Saling tolong-menolong dan memberikan informasi. Untuk menjadi orang besar itu jangan merasa bahwa orang lain adalah musuh. Tapi berpikirlah bahwa itu adalah kolega, pelanggan, bahkan mentor. Jika bisa menolong kenapa tidak ditolong saja? Kita harus saling menolong.” pesan Ema di sesi akhir wawancara.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

 

Tags :