Aktivis Lingkungan Hingga Mancanegara Tuesday, 20 September 2022 05:54

Gracia Paramitha adalah salah seorang Ksatria Airlangga yang berhasil berkiprah hingga ke manca negara. Alumnus tahun 2011 Hubungan Internasional (HI) Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) ini, merupakan project leader pendiri Indonesian Youth Diplomacy (IYD) pada tahun 2013. Ia bersama timnya, berhasil mengantarkan para pemuda berkompeten Indonesia ke luar negeri untuk mengikuti forum G-20. Dalam forum tersebut, para pemuda Indonesia diasah kapasitasnya dalam bernegosiasi dan berdiskusi bersama 20 negara dengan tingkat perekonomian tertinggi di dunia, untuk membicarakan baik isu ekonomi global, HAM, dan lingkungan.

Selain bergerak di bidang diplomasi, perempuan kelahiran Surabaya yang akrab disapa Grace ini, juga merupakan salah satu dosen di London School of Public Relations (LSPR) di Jakarta, 2013-sekarang. Perjalanan kariernya sudah dimulai ketika ia masuk di bangku perkuliahan. Di masa kuliah, Grace sempat bekerja paruh waktu sebagai presenter JTV dan menjadi pelatih program perubahan iklim dan lingkungan hidup dari British Council Indonesia (badan PBB untuk lingkungan, red).

“Saya banyak berkeliling ke berbagai negara untuk mengkampanyekan isu lingkungan. Sampai akhirnya saya berpikir, oh saya lebih cinta mengajar, lebih suka riset. Makanya saya banting setir agak pindah haluan kariernya ke akademik,” ungkapnya.

Jadi Aktivis Lingkungan

Ketika menjadi dosen di LSPR, Grace sempat mencetuskan mata kuliah baru yakni perubahan iklim dan lingkungan, karena begitu tertariknya ia pada dunia lingkungan. Dunia Grace selalu dilingkupi oleh isu lingkungan hidup meskipun dengan sektor yang berbeda. Diawali ketika ia terpilih menjadi Putri Lingkungan Hidup pada tahun 2002 oleh Tunas Hijau Club. Kemudian tahun 2009, ia terpilih menjadi delegasi Indonesia untuk PBB dalam konferensi perubahan iklim di Kopenhagen, Denmark. Tahun 2010, ia mendapatkan beasiswa Summer School dari Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat yakni “Study of United States Institute (SUSI) 2010 Programme on Global Environmental Issues”. Setelah lulus dari UNAIR, tahun 2011-2013 Grace bergabung menjadi staff bilateral Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan UNEP TUNZA Global Youth Advisor on Asia Paciϔic region. Di UNEP (United Nation Environment Program), ia terpilih menjadi penasehat muda. Selama 2 tahun, ia berkeliling hampir ke 20 negara untuk mengkampanyekan dan memberikan pelatihan kepada anak muda dari berbagai negara terkait lingkungan hidup.

“Selama ini saya konsistennya dibidang lingkungan. Saat kasus lapindo, saya sempat ikut terlibat melihat langsung kejadiannya, dan ikut diskusi juga bersama tim daruratnya dari kementerian lingkungan hidup waktu mereka berkunjung ke Surabaya,” terangnya.

Selalu Gemilang di Dunia Pendidikannya 

Menargetkan untuk menjadi profesor muda, Grace memiliki riwayat pendidikan yang sangat patut dibanggakan. Pada saat S1 di UNAIR, ia meraih penghargaan cumlaude dengan IPKnya 3,67. Kemudian pada gelar master-nya di Universitas Indonesia (UI) tahun 2011-2014, ia mendapatkan penghargaan IPK tertinggi se FISIP UI, kala itu IPKnya 3,94. Kemudian, tahun 2015 ia menerima beasiswa dari LPDP, Kementerian Keuangan untuk studi S3 dan berhasil mendapatkan gelar PhD bidang Ilmu Politik Lingkungan di University of York, Inggris tahun 2020.

Selama 4 tahun tinggal di Inggris, begitu banyak kegiatan dan pengalaman yang telah dilakukannya. Dimulai dari terpilihnya Grace sebagai orang Indonesia pertama di Badan Eksekutif Mahasiswa Pascasarjana (Graduate Student Association) kampus York bagian pengurus bidang komunitas bulan November 2016-September 2017, tampil menari ‘Endang Badinding’ dari Sumatra Barat untuk acara perayaan Imlek di York bulan Februari 2017 dan acara Indonesian Scholar International Convention (ISIC), konferensi para pelajar Indonesia di Inggris bulan Juni 2017, lalu bekerja paruh waktu sebagai International Student Ambassador di York dan tour guide sekitar York-London di Inggris bagi wisatawan Indonesia/Asia.

Di sela-sela kesibukan berorganisasi dan bekerja paruh waktu, Grace juga terus mengembangkan skill riset akademiknya melalui pelatihan atau lokakarya metodologi riset yang diadakan oleh University of Shefϔield, University of Leeds, University of St Andrews, dan White Rose Doctoral Training Centre. Makalah penelitian pun pernah dipresentasikan Grace saat konferensi ASEAS UK di Leeds pada bulan September 2018 dan Australasian Aid Conference pada tanggal 18-20 Februari 2019. Prestasi akademik selama PhD yang pernah diraih anak sulung ini adalah ϐinalis PhD Spotlight 2019.

Secercah Harapan Grace untuk UNAIR 

Motto 3B yakni belajar, beraksi, dan berbagi selalu dipegang dalam setiap perjalanan hidupnya. Menurut Grace, 3B tersebut bisa dilakukan sepanjang hidup karena tidak mengenal batas waktu dan tempat.

“Teruslah belajar jangan lupa untuk beraksi nyata dari ide-ide yang brilian, ide-ide segar yang dimiliki oleh para mahasiswa. Dan jangan lupa untuk berbagi, karena dengan berbagi justru akan memperkaya diri kita. Baik itu secara materi maupun moril, secara dukungan kita juga masih banyak teman,” pesannya untuk para mahasiswa.

Tidak lupa ia lantunkan harapan untuk alumni dan almamaternya tercinta Universitas Airlangga, ia berharap UNAIR bisa semakin banyak menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih maju, lebih hebat, dan lebih berintegritas. Mewujudkan hal itu dengan menjunjung tinggi nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, dan nasionalisme.

“Bagi saya Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika itu satu kesatuan identitas bangsa yang tidak boleh terlupakan. Harus dipertahankan sepanjang waktu,” pungkasnya.

Sumber : Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi V

 

Tags :