Kritisi PLTA Poso, Tiga Mahasiswa HI UNAIR Sabet Juara Dua Lomba Karya Tulis HAM Internasional Tuesday, 11 October 2022 04:56

UNAIR NEWS – Deretan prestasi sivitas akademika UNAIR kembali bertambah pada Jumat (7/10/2022). Deanita Nurkhalisa, Dorothea Anjani Dawolo, dan Nisita Hafia Ramadhani berhasil menyabet juara dua dalam 2022 Student Human Rights Paper Competition. Kontestasi internasional itu digelar oleh Human Asia, suatu lembaga advokasi HAM dari Korea Selatan.

Tiga mahasiswi Hubungan Internasional (HI) UNAIR itu menuliskan karya tulis berjudul Merging Renewable Energy Transition and Human Rights Discourse: A Study on Poso Hydroelectric Power Plant. Dalam rangkaian perlombaan, mereka memaparkan karya tulis mereka dalam suatu konferensi. Deanita menjelaskan bahwa tulisan ini mengkritisi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Poso, Sulawesi Tengah, yang dalam prosesnya meninggalkan pelanggaran HAM dan memarginalkan masyarakat setempat.

“Transisi energi dari sumber berbasis fosil menuju sumber yang terbarukan harusnya mencapai keberlanjutan yang adil (just sustainability). Pembangunan infrastruktur energi terbarukan haruslah menerapkan prinsip FPIC (Free, Prior, and Informed Consent) dari masyarakat lokal. Namun, itu tak terjadi di PLTA Poso,” ujar Sisi, sapaan akrab dari Nisita Hafia.

Lanskap pelanggaran HAM di lokasi PLTA Poso adalah kehilangannya akses warga pada mata pencaharian, yang mayoritasnya adalah petani. Anjani menjelaskan bahwa hal ini dikarenakan aktivitas PLTA malah justru merendam sawah-sawah warga. Hal ini juga berdampak pula pada tradisi-tradisi kultural mereka yang bertumpu pada dinamika masyarakat agraris.

“Korporasi kadang hadir untuk memberikan ganti rugi berupa uang tunai dan beras. Tetapi jumlah itu jelas tidak cukup, karena mereka bisa mendapatkan jauh lebih banyak ketika sawah mereka masih ada. Sudah gitu, kehadiran PLTA juga tidak menggratiskan listrik masyarakat setempat,” tutur Anjani.

Deanita menjelaskan bahwa PLTA Poso ini dibangun oleh Poso Energy, konsorsium dari Kalla Group yang dimiliki oleh mantan Wakil Presiden RI dan oligark Jusuf Kalla. Ia berargumen bahwa kekuatan ekonomi-politik oligarki menjadi alasan mengapa PLTA Poso dapat tetap beroperasi, sekalipun ia melanggar HAM dan mendapat seabrek kecaman publik. Hal ini dapat dilihat melalui potret rencana bahwa PLTA Poso diprioritaskan menjadi sumber energi pabrik smelter nikel.

“Hal ini guna mendukung industri hilirisasi nikel yang diprioritaskan oleh Jokowi, sebuah proyek yang secara lingkungan juga destruktif. Jadi, PLTA yang merupakan energi terbarukan, justru digunakan untuk mendukung industri ekstraktif. Disini kita bisa melihat bahwa nestapa masyarakat Poso bisa diabaikan demi ambisi-ambisi pemerintah, serta kepentingan oligarki,” tegas mahasiswi angkatan 2019 itu.

Pada akhir, tulisan mereka menyimpulkan bahwa PLTA Poso merupakan bentuk pseudo-transition (transisi palsu). Mengingat bahwa elan transisi energi adalah untuk melawan ancaman ireversibel dari krisis iklim, potret energi terbarukan yang justru destruktif pada akhirnya akan kontraproduktif dalam pencapaian elan tersebut.

Penulis: Pradnya Wicaksana

Editor: Nuri Hermawan

Sumber: https://www.unair.ac.id/2022/10/09/kritisi-plta-poso-tiga-mahasiswa-hi-unair-sabet-juara-dua-lomba-karya-tulis-ham-internasional/

Tags :