Alumni Fakultas Vokasi UNAIR Paparkan The Design Thinking Process in Entrepreneurship Friday, 04 November 2022 03:07

UNAIR NEWS – Design Thinking merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk dipahami dalam menciptakan suatu produk atau layanan, khususnya dalam ranah entrepreneurship. Selaras dengan hal tersebut, Direktorat Pengembangan Karir, Inkubasi Kewirausahaan, dan Alumni (DPKKA) Universitas Airlangga kembali menggelar Airlangga Entrepreneur Club dengan tajuk “The Design Thinking Process in Entrepreneurship” pada Kamis (3/11/2022) melalui zoom meeting. 

Cholillur Rochman Toyyib, Alumni Fakultas Vokasi Universitas Airlangga hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut. Narasumber yang akrab disapa Cholil tersebut merupakan Chief Executive Officer ENGLISH JOY, yang merupakan sebuah platform untuk belajar bahasa inggris yaitu Toefl. 

Cholil menuturkan Design Thinking merupakan pendekatan dalam membangun suatu produk atau jasa  yang berdasarkan pada  kebutuhan manusia. Terdapat 5 tahapan dalam proses Design Thinking. Apa saja ?

  1. Emphatize

Langkah awal dalam membuat sebuat design thinking yaitu memahami situasi dan kondisi yang dialami oleh customer. “Langkah ini bisa dilakukan melalui observasi langsung, merasakan langsung, dan interview dimana terdapat dua poin yang perlu dipahami yaitu pain and gain,” tuturnya. 

  1. Define

Setelah berempati tahap selanjutnya adalah memilih dan mendefinisikan permasalahan customer yang akan diselesaikan. “Pilih masalah yang paling diinginkan dan bisa untuk dicarikan solusi dari sekian banyak masalah yang ditemukan, yaitu Most Painful Problems,” ucapnya. 

  1. Ideate

Mengumpulkan sebanyak-banyaknya ide untuk menjadi solusi dan alternatif solusi terbaik. Secara prinsip, idenya harus yang sangat realistis agar pada saat bersamaan customer nyaman menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.

  1. Prototype

Membuat representasi visual dari solusi agar menjadi konkrit dan bisa diindera. Tujuannya adalah untuk menguji apakah produk atau jasa yang kita tawarkan, customer mau atau tidak. “Dalam konteks jasa digital, bisa dimulai dari membuat Low-Fidelity Prototypes, dimana proses pembuatannya lebih sederhana, cepat dan resikonya rendah,” ujar CEO English Joy tersebut. 

  1. Test : 

Prototype diuji untuk mendapatkan feedback dari konsumen. Feedback-nya dapat berupa apakah layanan yang dibangun memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi oleh customer. 

Pada akhir, Cholil menuturkan Proses Design Thinking tidak hanya berhenti di test prototype, prosesnya akan terus berlanjut dan berulang setelah melakukan evaluasi. Jadi alur sederhananya adalah learn- build-measure, kembali lagi ke learn-build-measure. 

Penulis: Mentari

Editor: Nuri Hermawan

Sumber: https://www.unair.ac.id/alumni-fakultas-vokasi-unair-paparkan-the-design-thinking-process-in-entrepreneurship/

Tags :