Pengalaman kerja di badan PBB hingga berdayakan masyarakat lewat CSR Monday, 26 June 2023 09:00

Menapaki jejak karir yang berputar di antara upaya memberdayakan masyarakat menjadi takdir yang dipilih sendiri o&eh Ali Aliyuddin. Alumni Hubungan Intemasional (HI) Universitas Airlangga (UNAIR) ersebut telah menjelajahi karir di berbagai badan internasional PBB hingga pemsahaan multinasional yang semuanya berkutat pada kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Merupakan mabasiswa angkatan l994, Ali menceritakan bahwa studi dan ilmu yang ia dapat di HI UNAIR telah membawanyapada perjalanan karir tersebut. Lelaki kelahiran Mojokerto, 15 Desember 1975 tersebut menghabiskan masa kuliahnya dengan aktif di Himpunan Mahasiswa HI dan Senat.

ali mengenang bagaimana di masa itu, dirinya turut menjadi saksi dan pelaku gerakan reformasi yang dilakukan mahasiswa. Memasuki masa reformasi, Ali pun bergabung dengan University Network For Free and Fair Election (UNFREL) yang bertugas mengawasi dan memantau jalannya pemilihan umum pasca runtuhnya Orde Baru.

Selama berkuliah di FISIP UNAIR, Ali begitu mengingat nilai egalitarianisme dan diskusi substansial yang selalu dibangun dalam ekosistem kampus. Selain itu, tugas-tugas HI yang selalu berkutat pada framework of analysis menjadi bekal yang begitu berarti bagi perjalanan karirnya. “Hal itu yang membangun skill, pola pikir, dan sikap saya saat akhirnya terjun di lapangan,” terangnya.

Tsunami Aceh dan Risiko Kerja di Wilayah Konflik

“Dulu sempat merasa iri dengan kawan-kawan yang berhasil menjadi diplomat. Tapi seiring berjalannya waktu, pekerjaan saya ternyata masih in line dengan pengalaman studi saya,” kenangnya. Usai lulus dari UNAIR, Ali tidak begitu saja sukses menaiki tangga karirnya. Ia bercerita bagaimana ia harus berusaha mencari jejaring kerja  yang sesuai dengan mimpi dan studinya di HI. Ali pun memulai karimya pada tahun 2001 sebagai peneliti di Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi. Satu tahun kemudian, Ali berhasil naik level dengan bekerja sebagai project planning officer di Bank Dunia. Tidak berhenti sampai disitu, pasca tsunami Aceh 2004 Ali tergugah untuk melamar pekerjaan di United Nations Population Fund (UNFPA) sebagai national program assistant.

“Di sana tugas saya memastikan bantuan kemanusiaan tersalurkan. Selain itu kami di UNFPA juga merancang program pemulihan pasca bencana, khususnya saya di bidang hak-hak dan kesehatan reproduksi,” ungkap mantan koordinator program LSM IDEP Foundation tersebut. Momen tsunami Aceh tersebut yang kemudian semakin memperkenalkan Ali dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Ali akhirnya mulai melangkahkan kakinya pada berbagai organisasi internasional lain seperti Environmental — Service — Program (ESP-USAID), United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), United Nations Development Programme (UNDP), hingga United Nations World Food Programme (UN-WFP).

Salah satu pengalaman yang paling diingat Ali sepanjang perjalanannya di berbagai badan internasional tersebut terjadi ketika dirinya bekerja di UNFPA Tsunami Aceh 2004 dan UNDP di Papua 2012. Ketika di Papua sendiri, Ali melaksanakan — misi pemberdayaan masyarakat — untuk meningkatkan human development index di wilayah paling Timur Indonesia tersebut.

“Kama mewakili lembaga internasional sebesar PBB, tim kami sering menjadi sasaran kelompok anti-pemerintah — yang biasanya mencari atensi internasional. Saat di Aceh kami harus mendapat pengawalan karena masih berlaku daerah operasi militer akibat penembakan sporadis oleh GAM. Begitu pula di Papua yang ada OPM,” kata Ali.

Akan tetapi berbagai risiko kerja tersebut tidak menyurutkan semangat Ali untuk terus menyebar dampak baik bagi masyarakat. Salah satunya dapat dilihat pada /egacy yang ia tinggalkan ketika bekerja bersama UNICEF di Sulawesi Selatan tahun 2008 hingga 2010.

Ali bersama tim UNICEF kala itu menjalankan program dan sosialisasi terkait Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), khususnya kebiasaan mencuci tangan. “Saat itu kami sempat diabaikan karena pentingnya cuci tangan belum dipahami — oleh masyarakat. Tapi kami tidak menyerah dan terus melakukan komunikasi dengan pemerintah daerah. Hingga akhirnya program kami diadopsi oleh mereka,” ceritanya.

Sinergikan Laju CSR di Jawa Timur

Dari berbagai pengalamannya tersebut, Ali kini melabuhkan karirnya sebagai specialist relations Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) yang merupakan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). HCML sendiri menjadi cabang dari perusahaan asal Kanada dan Tiongkok.

Menjabat sejak tahun 2019, Ali bertanggung jawab atas hubungan masyarakat dan penyusunan Corporate Social Responsibility (CSR) di HCML. Berbeda dengan pekerjaannya di INGO yang hanya berhubungan dengan masyarakat, di HCML Ali diharuskan meningkatkan skill-nya untuk berhubungan dengan pemerintah, stakeholder, hingga media.

Tidak hanya itu, Ali kini turut diamanahi jabatan Ketua Forum CSR Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2020 yang lalu. Disana, dirinya berusaha mengkoordinir CSR dari berbagai badan usaha di Jawa Timur agar membentuk sinergitas dengan kebutuhan target binaan Dinas Sosial.

“Forum ini berusaha mengarahkan program CSR perusahaan agar tepat sasaran. Harapan besarnya agar human development index Jawa Timur bisa melejit. Provinsi kita kan punya tingkatu industri yang cukup bagus, makanya program CSR harus diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat,” ungkap mantan individual consultant di Bappeda Kota Surabaya itu.

Melalui berbagai capaian tersebut, Ali mempercayai bahwa ada tiga prinsip penting yang harus dipegang untuk meraih kesuksesan dalam berkarir. Prinsip tersebut adalah open mindset, open networking, dan open prayer. “Yang terakhir, kita juga harus punya special skill yang membantu dan mempermudah diri kita dalam mencapai karir,” pungkasnya.

Sumber :  Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi VI

Tags :