Suka Bahasa Inggris Sejak Kecil Memudahkan Berkarir di Media Wednesday, 05 July 2023 14:44

Selain pelajaran matematika, Hampir setiap Alumni Universitas ~ Airlangga (UNAIR) yang pemah duduk dibangku sekolah, menganggap Bahasa Inggris sebagai salah satu pelajaran yang sulit. Hal ini bisa dianggap wajar, sebab, Bahasa Inggris bukan merupakan bahasa ibu yang dipakai sehari-hari untuk komunikasi sejak kecil. Sehingga tidak salah mengatakan jika Bahasa Inggris seringkali dianggap “momok” menakutkan ketika diujikan di sekolah.

Pernyataan yang oleh sebagian orang dianggap benar itu temyata tidak berlaku untuk Tatang Mahardika S.S., Mantan Wakil Pimpinan Redaksi (Wapimred) Jawa Pos itu mengaku jika Bahasa Inggris adalah pelajaran yang paling dikuasai selama duduk di bangku SMA.

“Kebetulan dari semua pelajaran di masa SMA, pelajaran Bahasa Inggris termasuk yang paling saya kuasai karena itu saya begitu menyukainya,” kata Tatang. 

Selain menyukai Bahasa Inggris, Tatang yang pernah bersekolah di SMAN Sooko Mojokerto tahun 1991-1994, itu juga menganggap Bahasa Inggris mempunyai sesuatu yang dibutuhkan di masa depan. Itulah mengapa ketika Tatang lulus dari SMA, Tatang memilih melabuhkan mimpi masa depannya di jurusan Sastra Inggris Fakultas ~ Sastra Universitas Airlangga. Di tahun itu, Sastra Inggris UNAIR dianggap sebagai yang terbaik di Indonesia. 

“Karena menurut saya, masuk ke jurusan dengan bahasa asing sebagai dasar (ilmu) itu akan membuka banyak pintu kemungkinan di masa depan, karena itu saya memilih berkuliah di Sastra Inggris UNAIR tahun 1994. Waktu itu Sastra Inggris UNAIR kualitasnya terbaik,” kenangnya.

 

Mulai Berkuliah di Sastra Inggris

Berbekal sikap optimistis dengan Bahasa Inggris. Tatang menikmati setiap proses yang dijalaninya selama kuliah. Kegiatan akademiknya secara umum dilaluinya dengan lancar. Pelajaran favoritnya semasa kuliah berkaitan dengan sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. Selain sastra, Tatang juga menyukai pelajaran writing, listening, dan translating. Pelajaran-pelajaran inilah yang akan menjadi bekal Tatang mengarungi dunia kerja yang dia impikan, yaitu menjadi seorang jurnalis handal.

Selain kegiatan akademik, Tatang juga aktif di kegiatan non-akademik. Dia aktif di Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris. Mengikuti berbagai kegiatan rutin seperti debat, seminar, sampai panggung musik. Kegiatan di organisasi itu sangat membantu mengenalkan Tatang pada team work yang membantunya saat masuk di dunia kerja. “Selain itu, hal yang paling berharga selama kuliah saya adalah teman diskusi lintas jurusan. Apalagi waktu itu sebelum Fakultas Sastra berdiri, Sastra Inggris itu masuk di FISIP yang punya banyak Jjurusan. Jadi itu sangat membuka wawasan saya juga pengalaman belajar saya,” ungkapnya.

 

 

Bahasa Inggris Memudahkan Berkarir di Media

Sebelum lulus dari Sastra Inggris, Tatang magang di media The Indonesian Daily News. Tidak berlangsung lama setelah lulus, Tatang langsung diterima di media tersebut. Di tahun 2002, Tatang resign dan mulai bekerja sebagai jurnalis profesional di media ternama, Jawa Pos. Bagi Tatang, dirinya termasuk beruntung karena bisa bekerja sebagai jurnalis karena sesuai dengan passionnya. Tatang yang saat ini berposisi sebagai Redaktur Jawa Pos ini mengaku jika dasar sastra adalah membaca dan menulis. Hal itu Sangat berkaitan dengan bidang pekerjaannya yang digelutinya. Bahasa  yang menjadi kesukaannya di sekolah melengkapi kemampuannya dalam bekerja sebagai jurnalis. Bahasa Inggris yang telah dipelajari Tatang sangat membantu ketika harus melakukan peliputan di luar negeri. 

"Basic dalam sastra yang pernah saya pelajari adalah membaca dan menulis. Hal ini sangat terkait erat dengan bidang pekerjaan saya sekarang. Bahasa Inggris melengkapinya karena di jurnalistik sumber bisa datang dari mana saja. Karena itu Bahasa Inggris sangat membantu saya ketika harus melakukan liputan di luar negeri,” Kata Tatang.

 

Meliput Langsung Piala Dunia di Jerman dan Brazil

Menurut Tatang, Jurnalis adalah pekerjaan yang dapat menghadirkan begitu banyak pengalaman baru untuknya. Jurnalistik dapat membantu bagaimana mengenal orang, memahami — persoalan, bertahan di tempat-tempat baru, dan menghasilkan tulisan yang bagus di tengah tekanan tenggat liputan.

Salah satu capaian terbesar Tatang selama berkarir di bidang Jumalistik adalah ketika dirinya berkesempatan meliput langsung gelaran Piala Dunia 2006 di Jerman dan Piala Dunia 2014. “itu adalah highlight of my career, capaian terbesar saya selama berkarir di Jumalistik,” ujarnya.

 

Meliput langsung gelaran Piala Dunia itu ternyata penuh dengan tantangan. Tetapi Tatang merasa pengalaman meliput pertandingan akbar seantero dunia itu begitu menyenangkan. Terbukti, dari hasil liputannya sewaktu Piala Dunia di Brazil, Tatang dapat menerbitkan buku yang dia beri judul “Brasil dalam Semangkuk Feijao".

“Penuh dengan tantangan, bukan duka menurut saya. Tapi pengalaman yang menyenangkan banyak sekali sampai saya lahirkan sebuah buku,” tutur penggemar Pramoedya Ananta Toer ini.

Tidak lupa, Tatang juga berpesan kepada Civitas Akademika UNAIR bahwa dirinya selalu berharap UNAIR dapat lebih intens lagi terlibat dengan persoalan sekitar. Bersikap tegas untuk membela kepentingan publik, karena UNAIR mempunyai banyak pakar yang telah terbukti dengan hasil riset-risetnya

 

 Sumber :  Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi VI

Tags :