Sempat Alami Liver Saat Kuliah dan Pilihan Hati Bekerja untuk Masyarakat Kecil Thursday, 20 July 2023 10:01

 

Sejarah telah mencatat bahwa tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang hebat di Indonesia. Dengan dibekap kondisi yang sulit, terdapat seorang anak negeri yang mempunyai cita-cita mulia untuk terlibat memajukan ekonomi Indonesia. Anak itu adalah Mokhamad Farid Fauzi, SE., MDM., yang saat ini menjadi Project Manager di Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Surabaya. Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang aktif memberdayakan ekonomi masyarakat kecil di Indonesia. 

 

Mokhamad Farid Fauzi, SE., MDM.

Pada waktu itu, demi untuk dapat berkuliah, Keluarga Farid bahkan rela untuk menjual motor dirumahnya. Hal ini dilakukan karena keluarganya juga terdampak krisis ekonomi, usaha konveksi keluarganya — bangkrut. Walaupun hidup ditengah keterbatasan, hasrat untuk kuliah dilakukannya dengan semangat kuat dan persiapan yang cermat.

Diawali dengan tahap tes tulis UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Tanpa ragu, Farid memilih — Ekonomi — Pembangunan UNAIR sebagai pilihan pertama dan memilih Surabaya sebagai kota tujuannya. Hal itu dilakukan karena menganggap Surabaya sebagai ibukota provinsi dan pusat ekonomi Jawa Timur, dengan UNAIR merupakan kampus besar yang merupakan pilihan terbaik untuk merealisasikan mimpinya.

Namun, ketika pertama kali kuliah di FE UNAIR, Farid mengalami gagap budaya (culture shock) dikarenakan perbedaan budaya antara Tulungagung dengan Surabaya. Menurut Farid pada masa itu dirinya tidak siap akan hal tersebut. Pada semester awal, dia hanya mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebesar dua koma.

Hal itu semakin diperparah dengan kondisi — kesehatan Farid '— yang memburuk. Pada waktu itu dia didiagnosis mengalami Liver. Walhasil dia terpaksa harus cuti kuliah selama satu semester, tepatnya di semester ketiga. Dalam kondisi yang sulit itu,  Farid merasa kesepian karena tidak mempunyai teman. Cita-cita mulia yang terpatri saat awal kuliah seakan telah hilang.

 

Titik Balik Setelah Sembuh Dari Liver

Akan tetapi, Tuhan sepertinya tidak mengijinkan Farid menyerah. Farid dinyatakan sembuh dari liver dan itu merupakan titik balik dalam hidupnya. Setelah itu, Farid mulai serius untuk menata kuliahnya kembali.

Di kegiatan akademik, Farid mulai mendalami mata kuliah kesukaannya seperti ekonomi makro dan mikro. Kedua mata kuliah itu diajar oleh dosen Favoritnya, yakni Alm. Pak Subagyo yang mengajar ekonomi makro dan Alm. Pak Samekto yang mengajar Ekonomi Mikro. Khusus untuk Pak Samekto merupakan pembimbing skripsi yang memberikan semangat menyelesaikan kuliah, meski kuliah Farid sempat tertunda karena sebelumnya sempat menderita liver. Sungguhpun, sebagai tanda terima kasih dan hormatnya kepada dosen yang membimbingnya, Farid bahkan menyempatkan waktu untuk menjenguk Alm. Pak Samekto ketika beliau sakit di Jakarta.

Selain kedua dosen tersebut, Farid juga mengenang Drs.Ec. Tri Haryanto, MP, Ph.D., yang saat ini masih aktif mengajar di FEB UNAIR. Bagi Farid, Pak Tri membantunya dari segi keilmuan dan keuangan. Dia pernah menjadi asisten peneliti Pak Tri sebelum lulus kuliah, hal itu sangat berguna untuk pengalaman hidupnya

Bukti keseriusan Farid tidak hanya dilakukan di akademik, akan tetapi juga di kegiatan non-akademik. Farid aktif di Lembaga Pers Mahasiswa FE UNAIR, LPM SEKTOR. Disana Farid merasa tidak kesepian lagi karena menemukan teman dan kembali semangat untuk kuliah setelah menderita liver. Selama di LPM SEKTOR, Farid bersama teman - temannya pernah mengundang Gubernur — Bank Indonesia dan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) saat itu, Samsul Mu'arif, B.A., ke FEB UNAIR. Bagi Farid, LPM Sektor mengajarkan dirinya untuk berjejaring, — mengenal — dosen, profesional dengan tugas, dan yang paling utama adalah menemukan Jodoh disana.

“Yang terakhir adalah berkah terbesar menurut saya karena saya dapat bertemu jodoh di LPM SEKTOR,” ucap Farid.

Selain aktif di organisasi intra kampus, Farid juga aktif di kegiatan ekstra kampus. Dia pernah tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UNAIR. Di PMII UNAIR, Farid belajar bagaimana membela orang. Pengalamannya didapat saat dia membela Kampung Tubanan di Surabaya yang waktu itu sempat mengalami penggusuran oleh pihak pengembang swasta didukung pemerintah dan militer.

Dari situ Farid belajar advokasi untuk membela masyarakat termasuk bagaimana mengorganisir demo hingga ke DPRD Kota Surabaya. Farid menyadari baik pemerintah dan masyarakat serta swasta itu saling berkaitan, karena itu dia memilih bekerja di LSM yang dapat menghubungkan antara keduanya.

 

LSM Sebagai Pilihan untuk Membantu Masyarakat

Sejak tahun 2005 hingga sekarang. Terhitung sudah 17 tahun lamanya Farid mengabdikan dirinya di LSM PUPUK. Awal mula perjumpaannya dengan LSM adalah setelah lulus Farid menerima ajakan dari Achmad Room Fitrianto, PhD, yang merupakan senior di LPM SEKTOR dan saat ini menjadi Pengurus Pusat IKA UNAIR untuk masuk di LSM PUPUK Surabaya.

Menurut Farid, bekerja di LSM adalah pilihan paling cocok untuknya karena disamping dapat membantu orang lain, juga dapat menjaga tradisi menulis yang didapatkannya ketika kuliah. Melakukan kedua hal yang disenanginya itu, ditambah mendapatkan uang untuk menghidupim keluarga benar-benar membuatnya merasa cukup.

Selama di LSM pencapaian karir Farid juga tidaklah main-main. Dia sudah pernah melakukan pemberdayaan masyarakat kecil dari Aceh hingga ke Papua. Bahkan dirinya berkesempatan untuk mengikuti pelatihan di luar negeri seperti di Hungaria, Jerman, Kamboja, dan Thailand.

Capaian terbesarnya adalah ketika dirinya dapat melanjutkan kuliah di Filipina dengan mengambil Master in Development Management, Asian Institute — of Management tahun 2016. Disana dia mendapat ilmu-ilmu tentang pengelolaan LSM seperti kepemimpinan, manajemen keuangan, isu-isu terbaru tentang LSM, dan terkait penelitian ke masyarakat. “Selama kuliah di Filipina saya berkesempatan untuk melakukan penelitian ke masyarakat di tiga negara, yakni, Filipina, Indonesia, dan Nepal,” ungkapnya.

Sebagai alumni, tentunya Farid mempunyai pesan untuk UNAIR. Dia berharap bahwa kedepan lulusan dibekali pengajaran untuk melihat realita di masyarakat, bukan hanya teori. “Saya berharap UNAIR mau memberikan pengajaran-pengajaran itu yang terkait dengan realitas dunia luar. Sesuai dengan semboyan akademiknya yang Excellence with Morality atau karakternya yang bagus,” tutupnya.

 

Sumber :  Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi VI

Tags :