Optimalkan Karir untuk Terus Mengembangkan Diri dan Menjadi bermanfaat Bagi Masyarakat Thursday, 20 July 2023 10:37

Erlangga Agustino Landiyanto atau yang kerap disapa Erlangga secara resmi menjadi alumni program studi ekonomi pembangunan, Universitas — Airlangga (UNAIR) pada tahun 2005. Selepas menyelesaikan pendidikan SI, Erlangga lebih banyak berkarir di non governmental organization — (NGO) dan organisasi multilateral. Pada tahun 2005, Erlangga mendapatkan amanah untuk bekerja di World Bank sebagai asisten monitoring dan evaluasi International Finance Corporation Programs Jor Eastern Indonesia Small and Medium Enterprise Assistance (IFC PENSA).

 

Erlangga Agustino Landiyanto

“Waktu pertama pekerjaannya adalah melihat progress pelaksanaan program pengembangan UKM, masih cukup linear dengan jurusan saya,” ucapnya. 

Tidak lama setelah itu, Erlangga memegang program CARE International Indonesia sebagai manajer monitoring dan pelaporan pada tahun 2006. Kemudian dilanjutkan dengan bergabungnya Erlangga sebagai petugas survei dan riset nasional di kantor United Nations Recovery Coordinator for Aceh and Nias — Information Analysis section (UNORC-IAS) pada tahun 2007.

 

Sepak Terjang di Organisasi multilateral dan NGO

Beberapa tahun berkarir di organisasi multilateral, potensi Erlangga mulai mendapatkan perhatian. Pada tahun 2009, Erlangga mendapatkan amanah sebagai ketua tim senior untuk survey akhir UNDP pada Aceh Justice Project. Tahun 2010 karir Erlangga terus mengalami kenaikan, dengan dirinya yang menepati posisi sebagai konsultan di Unit Pendidikan Kantor Bank Dunia di Indonesia (Program BOS), Bank Dunia: Konsultan Penjangkauan Dana Perwalian Kapasitas Pendidikan Dasar (BEC-TF) untuk Unit Pendidikan World Bank di Indonesia.

Pada tahun yang sama, Erlangga mendapatkan proyek di luar negeri, yaitu di Laos sebagai konsultan salah satu NGO, CARE International untuk survey air, sanitasi, dan hygiene di Provinsi Lama dan Provinsi Daek Chung. Tidak hanya itu, 2010 juga menjadi tahun Erlangga menempati posisi sebagai specialist monitoring dan evaluasi kebijakan publik di UNICEF Papua.

Karir Erlangga terus mengalami kenaikan, dipercaya oleh berbagai organisasi nasional maupun internasional seperti Echo-Mobile, American Red Cross, CardnNo / MAHKOTA, dan Sekretariat ASEAN. Hingga akhirnya pada tahun 2021 sampai sekarang, Erlangga menempati posisi di United Nations Resident Coordination Office (UNRCO) sebagai — Development — Coordination Officer — Data and M&E.

 

Tuntutan untuk Terus Berkembang

Berbeda dengan berkarir sebagai pegawai negeri sipil, maupun pegawai tetap di sebuah perusahaan swasta. Berkarir di NGO dan organisasi multilateral memiliki tingkat persaingan yang cukup ketat dan dan penuh ketidakpastian. Tidak ada status pegawai tetap sehingga Erlangga harus berpindah-pindah dari satu lembaga ke lembaga yang lain, atau dari satu isu ke isu yang lain.

“Kita jauh dari zona nyaman, dipaksa untuk terus belajar dan mengembangkan diri,” terangnya.

Tidak heran apabila Erlangga memiliki beberapa gelar master dari tiga bidang yang berbeda. Pertama adalah gelar Master of Art yang diperolehnya dari Mahidol University, — Thailand — program Population and Reproductive Health Research from Institute — for
Population Research (IPSR). 

Kemudian dilanjutkan dengan gelar Advanced Master of Science dari University of Antwerp Belgium program Development Evaluation and Management. Serta gelar yang ketiga adalah Master of Public Administration dari University of York — untuk — program — studi International Development (MPAID). Tidak berhenti disitu. Semangat Erlangga untuk terus belajar mengantarkannya mendapatkan gelar PhD untuk program Social Policy di the School of Policy Studies, University of Bristol, Inggris.

“Saat menempuh pendidikan di University of York, Inggris yang dilakukan secara online saya juga mendapatkan beasiswa di Belgia sehingga double master saat itu,” ungkapnya.

 

Menjadi Bermanfaat untuk Masyarakat

Tantangan dan tuntutan agar bisa bertahan berkarir di NGO dan organisasi multilateral tidak menurunkan semangat Erlangga. Motivasi dalam diri yang membantu Erlangga untuk terus bertahan adalah bahwa dengan karirnya saat ini,  membuka jalan bagi dirinya untuk bisa
memberikan banyak kebermanfaatan bagi masyarakat.

Pengalaman paling berkesan yang pernah dialami olehnya adalah ketika bertugas mengerjakan proyek terkait dengan sanitasi untuk mengatasi masalah open defecation. Saat itu, proyek yang dipegangnya telah membangun banyak toilet namun bangunan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya oleh masyarakat sasaran.

Ada toilet yang seperti monumen, tidak pernah disentuh dan digunakan. Bahkan ada toilet yang digunakan sebagai kandang ayam. Dari pengalaman tersebut, Erlangga mendapatkan ilmu bahwa sebuah proyek dapat berjalan dengan baik apabila masyarakat sasaran memiliki pemahaman yang sama. Apabila masyarakat sasaran merasa butuh dan merasa bahwa toilet tersebut — penting — untuk — mencegah munculnya penyakit. Sehingga seharusnya, sebelum kebijakan membangun toilet dilaksanakan maka perlu dilakukan upaya pemahaman kepada masyarakat.

“Pengalaman tersebut adalah pelajaran bagi kami, masyarakat, dan pemerintah agar ketika membuat kebijakan atau strategi pemberdayaan maka sebelumnya perlu melibatkan masyarakat dan memahami masyarakat sasaran,” jelas Erlangga.

 

Harapan untuk Universitas Tercinta

Begitu banyak potensi yang dimiliki oleh UNAIR salah satunya adalah mahasiswa yang kreatif dan cerdas. Erlangga berharap  potensi tersebut dapat diasah dengan baik agar tidak kalah bersaing di dunia kerja. Seperti peningkatan skill bahasa inggris, pembekalan untuk memasuki dunia kerja: — dan kolaborasi lintas sektor atau multi disiplin untuk meningkatkan skill mahasiswa.

Selain itu, menurut Erlangga pada bidang penelitian perlu diperkuat lagi dengan riset yang berorientasi pasar: riset berkelanjutan dan mendalam, riset yang terintegrasi dengan fakultas lain atau multidisiplin. Riset multidisiplin penting untuk dilakukan karena dampaknya kepada masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan sangatlah kuat.

Terakhir adalah — bagaimana UNAIR bisa bekerjasama dengan pihak non kampus. Seperti pengadaan kuliah tamu baik dari kalangan akademisi maupun expert yang bekerja di industri.

“Dapat juga membuat short course dengan kurikulum yang disusun agar dapat menjawab kebutuhan pasar, kebutuhan industry, dan untuk mengembangkan sumber daya manusia,” pungkasnya.

 

Sumber :  Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi VI

Tags :