Para narasumber dalam acara Dialog Budaya di Aula Kahuripan, Kampus C UNAIR, Kamis (24/11). (Foto : Agus Irwanto)
UNAIR NEWS– Himpunan Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Indonesia (HIMPUNI) bekerja sama dengan Radio Republik Indonesia (RRI) menggelar acara Dialog Budaya di Ruang Kahuripan, Kampus C UNAIR, Kamis (24/11).
Acara dihadiri oleh puluhan akademisi dengan mengangkat tema Merajut Indonesia Melalui Budaya Guna Memperkuat NKRI. Acara tersebut menghadirkan empat pembicara. Ketua HIMPUNI Nur Sidiq, Anggota Dewan Pengawas RRI Dwi Hernuningsih, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR Puji Karyanto, S.S., M.Hum, dan Direktur Universitas Brawijaya Televisi Riyanto.
Mengawali pembicaraan, Nur Sidiq mengungkapkan bahwa seluruh alumni perguruan tinggi di Indonesia memiliki kewajiban dan rasa tanggung jawab atas keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
“Sebagai insan akademis, kita memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga keutuhan NKRI yang kokoh. Sehingga kita merasa perlu memberikan sumbangsih berupa ide-ide dan gagasan,” ujarnya.
Kendati keberadaan alumni tidak berada di parlemen ataupun pemerintahan, Nur Sidiq menegaskan bahwa peran alumni akan sangat dibutuhkan. “Kita tidak berada di parlemen, kita tidak berada di pemerintahan, tapi secara moral kita memiliki dukungan yang kuat,” kata dia.
“Secara singkat, kita rasa bahwa kita ini sebuah negara. Sebuah bangsa tidak akan lepas dari yang namanya gangguan, ancaman, baik dari luar atau dari dalam sendiri. Salah satu untuk menyatukan kekuatan kita ini adalah melalui budaya,” jelasnya terkait kondisi Indonesia terkini.
Seraya mengamini, Dwi Hernuningsih menambahkan bahwa Indonesia dapat disatukan melalui budaya, salah satunya adalah melalui seni.
“Saya ingin mempertegas, bahwa budaya, salah satunya adalah seni, itu adalah bahasa universal yang tidak membedakan bagaimana latar belakang orang. Melalui seni, kita bisa menyatu, bisa berkumpul bersama,” serunya.
Mewakili dari akademisi, Puji Karyanto mengungkapkan bahwa slogan Bhineka Tunggal Ika itu sudah ditanamkan dan selalu ditemui dalam kehidupan kampus.
“Kita kan dari universitas. Kalau berbicara universitas, sebenarnya sudah berbicara tentang kebhinekaan. Karena ada kata versi, itu artinya bhineka, uni itu artinya satu. Jadi, kebhinekaan itu selalu ada di sekitar kita. Tapi jangan lupa, kesatuannya ada di pendidikan,” pungkasnya. (*)
Sumber : http://news.unair.ac.id/2016/11/25/budaya-bahasa-universal-pemersatu-bangsa/