Rektor UNAIR Prof Nasih (dua dari kanan) dan Bupati Jember Faida (kanan) berperan sebagai pasangan suami istri dalam ketoprak humor ini. (Foto: Yudira Pasada Lubis)
UNAIR NEWS – Pementasan Ketoprak Humor yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Ikatan Alumni PTN se-Indonesia (Himpuni) dengan lakon Menyatukan Kembali Nusantara di Balai Budaya Komplek Balai Pemuda, Surabaya, Jumat 25 November 2016 malam, sukses menghibur pengunjung. Pada gelaran yang berlangsung sekitar dua jam empat puluh lima menit tersebut, hadirin dibuat ger-geran dan bertepuk tangan nyaris tanpa henti. Pasalnya, banyak polah aktor dan aktris dadakan yang mengundang tawa.
Tak kurang 80 tokoh yang turut memeriahkan acara tersebut. Antara lain, Rektor UNAIR Prof., Dr., Moh Nasih SE., MT., CMA., Ak., Bupati Jember Faida, Rektor ITS Prof. Joni Hermana, Walikota Jakarta Pusat Mangara Pardede, Direktur Utama BTN Maryono, serta Ketua Asosiasi Pengelola Carbon Muslich Ramelan. Tak ketinggalan, advokat senior Sirra Prayuna, Bambang Hendroyono, Ridwan Djamaludin, Haiban Hadjid, dan pengurus Himpuni lainnya.
Adegan lucu di antaranya tampak saat salah satu aktor memanggil salah satu teknisi. “Mas, mic nggonku kok gak krungu? Sampean cekno rene, Mas (Mas, mic saya kok tidak kedengaran ya? Coba dicek ke sini, Mas),” kata dia. Karena teknisi yang dimaksud tak kunjung datang, lelaki bertubuh dempal itu kembali nyeletuk. “Mas, wes ta gak popo melbu neng panggung. Gak usah isin-isin, koen gurung bayaran ta (Mas, sudah, tidak apa-apa masuk ke panggung. Tidak usah malu-malu, apa kamu belum digaji)?” cetusnya, disusul teknisi bertopi merah yang gupuh menuju panggung dan membantunya.
Sering kali, para pemain lupa dialog. Kadang, mereka berbicara tidak pada waktu yang semestinya. Seperti yang dilakukan Faida, pemeran Anita Dewi, istri dari Prabu Airlangga. “Kalau ada yang kelupaan ya wajar. Lha wong saya latihan cuma satu kali,” papar dia seraya tertawa renyah saat ditemui di belakang panggung.
Suasana guyonan juga terjadi saat Anita Dewi berdialog dengan Prabu Airlangga (diperankan Rektor UNAIR Prof. Nasih). Dalam salah satu adegan, terlihat Prabu bergelar Sri Maharaja Rakae Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananthawikrama Tunggadewa itu berada terlalu jauh dari pasangannya. Sepasang matanya pun tidak memperhatikan lawan bicaranya. “Kang, lihat aku, dong,” ujar Faida, aktris yang penuh improvisasi dalam pementasan kali ini.
Mendengar permintaan itu, Prof. Nasih segera menghadap ke arah Faida. “Oh, iyo iyo,” gumamnya. Lantas, tiba-tiba sejumlah penonton berteriak. “Kurang mepet (dekat)!”, “Iyo iku, mepet maneh ta lah (Iya itu, dekati lagi). Kan suami istri?!” demikian yang terdengar. “Ojok mepet-mepet. Gak isok muleh mengko aku (Jangan terlalu dekat. Nanti saya tidak bisa pulang),” celetuk Prof. Nasih diiringi tepuk tangan dan tawa renyah hadirin.
Yang jelas, pertunjukkan kali ini memberikan kesan tersendiri. Selain sarat guyonan, pesan dan cerita sejarah menjadi konten utama. Sutradara Aries Mukadi, seniman dari Wayang Orang Bharata, mengatakan bahwa pagelaran ini berguna untuk membangun kesadaran persatuan sebagai satu Bangsa Indonesia dan melestarikan budaya. Cerita Ketoprak ini diambil dari nukilan kisah Majapahit pada tahun 1400-an.
Dikisahkan, negeri ini berusaha mempertahankan kesatuan wilayah Nusantara dari ancaman perpecahan. Diperkirakan, kondisinya mirip dengan keadaan saat ini. Pengaruh hasutan kekuasaan asing, tekanan ekonomi, konflik politik, gangguan keamanan oleh perompak dan pemberontak, luruhnya budaya dan semakin minimnya rasa persatuan diantara pemimpin-pemimpin lokal. Hal inilah yang mengingatkan kita akan pentingnya semangat persatuan dan kesatuan Bangsa.
Berkaitan dengan Dies Natalis UNAIR, ditampilkan perjuangan Naraya Airlangga (Prabu Airlangga) pada tahun 1000 M yang mencoba menyatukan Dwipantara. Saat itu, Dwipantara terbagi oleh kekuasaan Sriwijaya di bagian barat dan Medang Mataram di wilayah timur. Kesuksesan menyatukan kedua wilayah itu menjadikan Naraya Airlangga dinobatkan sebagai Raja Kahuripan dengan gelar Sri Maharaja Rakae Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananthawikrama Tunggadewa.
“Pesan moral dari ketoprak ini adalah tentang kekompakan yang merupakan kunci utama guna memperkokoh nusantara. Kerajaaan Kahuripan yang dipimpin Prabu Airlangga itu dulunya makmur. Karena kemakmuran itu, banyak negeri yang mau bergabung. Di aspek ini bisa ditarik pelajaran pula, bahwa kemakmuran bisa menguatkan negara. Maka itu, mari bersama-sama, bersatu padu, menyejahterakan rakyat,” kata Prof Nasih saat diwawancara setelah tampil.
HIMPUNI adalah gabungan dari tak kurang 23 organisasi alumni se-Indonesia. Antara lain, Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI), Ikatan Alumni Universitas Diponegoro (IKA UNDIP), Ikatan Alumni Universitas Mataram (IKA UNRAM), Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB), Keluarga Besar Alumni Gadjah Mada (KAGAMA), Keluarga Alumni Univesitas Jenderal Soedirman (KAUNSOED), dan Ikatan Alumni Universitas Brawijaya (IKA UB)
Juga, Ikatan Alumni Insititut Teknologi Surabaya 10 Nopember (IKA ITS), Ikatan Alumni Universitas Sumatera Utara (IKA USU), Ikatan Alumni Negeri Medan (IKA UNIMED), Ikatan Alumni Universitas Andalas (IKA UNAND), Ikatan Alumni Universitas Lampung (IKA UNILA), Ikatan Alumni Universitas Padjajaran (IKA UNPAD), Ikatan Alumni Universitas Negeri Padang (IKA UNP), Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI), Ikatan Alumni Universitas Udayana (IKA UNUD), Ikatan Alumni Universitas Sam Ratulangi (IKA UNSRAT), Ikatan Alumni Universitas Sriwijaya (IKA UNSRI), Ikatan Alumni Universitas Hasanudin (IKA UNHAS), Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA UA), Ikatan Alumni Universitas Veteran (IKA UPNVJ), Keluarga Alumni Universitas Jember (KAUJE), serta Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ). (*)
Sumber : http://news.unair.ac.id/2016/11/26/ketoprak-humor-himpuni-buat-hadirin-ger-geran/