Adrian Perkasa, alumnus program studi S-1 Ilmu Sejarah.
UNAIR NEWS - Ia memang berasal dari kalangan keluarga dokter. Ketika di bangku SMA, ia pernah meraih prestasi di bidang olimpiade Biologi. Namun, ia berulang kali keliling dunia berkat kecintaannya terhadap Ilmu Sejarah. Ialah Adrian Perkasa. Sejarawan muda yang kini mulai dilirik dunia.
Adrian Perkasa lahir di Tulungagung, 28 tahun silam. Ayahnya adalah seorang dokter. Adrian kecil sudah memiliki kecintaaan yang besar terhadap bangunan candi, oleh sebab sang ayah, sering mengajaknya ke Trowulan ketika perjalanan menuju Surabaya karena menempuh studi di UNAIR.
Selanjutnya, karena sebuah tugas, ayahnya ditempatkan di Unaaha, sebuah desa terpencil di Sulawesi Tenggara. Di SD yang ia sebut lebih mirip dengan kondisi yang ada di film Laskar Pelangi itu, ia mendapatkan motivasi besar dari salah seorang gurunya.
“Kalau kamu mau keliling dunia, kamu harus suka baca,” ujar Adrian menirukan perkataan gurunya ketika SD.
Adrian kecil sudah terbiasa membaca diktat-diktat sejarah. Buku-buku sejarah begitu sulit didapat ketika itu. Kelak, ketika dewasa, ia menyadari bahwa buku-buku bacaan yang ia baca ketika SD adalah bahan materi yang diajarkan di bangku perkuliahan.
Ketika SMA, materi seputar sejarah tak banyak Adrain tekuni. Ia bahkan sempat memiliki prestasi di bidang olimpiade Biologi. Namun kemudian, Ilmu Sejarah lah yang ia pilih ketika masuk ke perguruan tinggi.
“Waktu daftar dimarahi. Sejarah mau jadi apa? Teman-teman pun sebagian besar masuk di kedokteran, kedokteran gigi, kedokteran hewan,” ujar laki-laki kelahiran Tulungagung, 27 Juni 1988 itu.
Tahun 2006, Adrian memutuskan menjalani dua kuliah sekaligus, S-1 Ilmu Sejarah dan S-1 Hubungan Internasional di Universitas Airlangga. Studi inilah yang kemudian menjadi awal ia berkeliling dunia dengan bermodal ilmu sejarah.
Memilih dunia akademis
Ketika menjalani dua studi sekaligus, Adrian menyadari bahwa Ilmu Sejarah banyak memberinya kesempatan untuk terus berkembang. Skripsinya menjadi skripsi bertema sejarah pertama yang diterbitkan oleh penerbit nasional dengan judul Orang–Orang Tionghoa dan Islam di Majapahit. Buku itupun mendapat dukungan dari Profesor Islam kenamaan, Ahmad Syafii Maarif.
“Dari situ aku mikir, dunia akademisi itu ternyata menarik. Di dunia akademisi ini, orang tidak dibedakan berdasarkan asal usul golongan, tua maupun muda, tapi berdasarkan prestasi,” ujar Adrian.
Adrian sempat bergabung di Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pelestarian warisan pusaka. Adrian semakin ‘langganan’ ke luar negeri berkat buku dan makalah penelitian bertema sejarah yang ia tulis. Berbagai negara di belahan dunia menjadi tempat ia berwisata edukasi, seperti Prancis, Taiwan, Hong Kong, Italia, Singapura, Portugal, dan sejumlah negara lainnya.
“Aku jadi tambah sering keliling Indonesia, bahkan dunia, gara-gara sejarah,” ujar aktor film Ketika Cinta Bertasbih dan Cinta Suci Zahrana ini.
Karena ketertarikan di bidang akademis itu, Adrian kemudian melanjutkan studi S-2 di Universitas Gadjah Mada. Ia pun nyaris tak meminta biaya dari orang tua karena berbagai beasiswa ia dapatkan. Ketika menempuh studi S-2, ia juga menjadi penerima Graduate Student Fellowship di Asia Research Institute National University of Singapore, pada tahun 2013.
Adrian telah menjadi dosen tetap non PNS di Departemen Ilmu Sejarah, UNAIR, sejak 2016 lalu. Tahun 2017 ini, ia sedang menyiapkan sebuah proyek penelitian dengan akademisi tingkat dunia. Ia mendapatkan dana dari Uni Eropa dan berjejaring dengan akademisi dari Universitas Harvard dan National University of Singapore untuk melakukan penelitian seputar kampung-kampung kuno di Surabaya.
Apa saja peluang lulusan sejarah?
Adrian menyadari betul, ilmu sejarah adalah bidang yang memiliki banyak peluang karir di masyarakat, namun tidak banyak orang yang melihat peluang ini.
“Kita sangat dibutuhkan. Hari ini pemerintah dalam negeri sangat membutuhkan persebaran inventarisasi kampung kuno lawas. Banyak sekali peluang, sayang kalau calon mahasiswa tidak melihat peluang itu,” ujar laki-laki yang saat ini dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan untuk membuat buku sejarah Lamongan ini.
Adrian berujar, melalui sejarah, manusia tahu identitas mereka. Melalui sejarah kita diajari untuk menjadi manusia yang terbiasa berpikir kritis.
“Hari ini kita banjir informasi. Kita sangat berhati-hati terhadap segala informasi yang ada. Ada verifikasi sumber. Itu yang sangat penting hari ini. Apalagi kita tahu bangsa ini dibangun tidak hanya satu malam saja,” ungkap Adrian.
Orangtua memang sempat meragukan keputusan Adrian untuk mendalami Ilmu Sejarah. Namun hari ini, ia bisa membuktikan bahwa Ilmu Sejarah yang kerap diremehkan orang, justru memiliki banyak peluang karir. Kuncinya, tanggungjawab dan sungguh-sungguh.
“Dulu orang tua sempat protes. Yang pasti sekarang bangga. Karena kita sudah diberi keluasaan untuk memilih. Kebebasan harus disertai dengan tanggung jawab,” pungkasnya. (*)