BANGUNAN kapal phinisi yang akan digunakan sebagai rumah sakit terapung “Ksatria Medika Airlangga”. Sudah mencapai 60 persen, dikerjakan di pusat produksi phinisi di Makassar. (Foto: Istimewa).
UNAIR NEWS - Pembangunan kapal Phinisi yang akan dioperasionalkan sebagai Rumah Sakit Terapung (RST) ”Ksatria Medika Airlangga”, yang hingga kini sudah rampung 60 persen, memperoleh tanggapan anggota Komisi IX DPR-RI, yang Jumat (24/3) kemarin berkunjung ke Universitas Airlangga. Wakil rakyat ini datang dalam rangka mencari masukan terkait tindak-lanjut program wajib kerja dokter spesialis (WKDS).
“Wow keren,” begitu kalimat perdana yang dilontarkan Okky Asokawati, anggota Komisi IX DPR-RI yang juga peragawati senior ini ketika diberitahu mengenai RST yang diinisiasi oleh sejawat dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
”Saya bergembira dan mengapresiasi banget bahwa UNAIR punya ide RS Terapung. Karena menurut saya, nusantara ini negara kepulauan dan tentu saja layanan seperti itulah yang bisa menjangkau masyarakat di kepulauan terpencil, dan ini sangat kita butuhkan,” kata pemilik sekolah QQ Modelling ini kepada unair.news.
Selama ini Okky baru mendengar mengenai sebutan perawat apung, bidan apung, dan poliklinik apung. Bahkan juga Puskesmas apung. Misalnya ia ketahui saat berkunjung ke Kalsel. Tetapi yang ia perhatikan, pada Puskesmas Terapung itu sepertinya perhatikan dari Kemenkes masih kurang, terutama peralatan medisnya. Artinya belum fokus benar kesitu.
”Kalau kedepan ini UNAIR bisa benar-benar mewujudkan RST setara tipe C ini, maka saya sangat berterima kasih, karena keterjangkauan pada wilayah-wilayah kepulauan itu memang harus kita perhitungkan, terutama SDM-nya,” kata Okky.
Ketika bertanya tentang asal para dokter yang ditugaskan pada RST “Ksatria Medika Airlangga” itu terjawab, yaitu dari UNAIR, Okky berucap “hebat-hebat”, katanya sambil manggut-manggut. Ia juga tampak respek sekali ketika diberitahu bahwa dalam RST tersebut dirancang sebagai pengabdian masyarakat sivitas dari berbagai kompetensi keilmuan yang ada di UNAIR untuk membantu pemerintah.
”Ini baru good, dan saya sangat mendukung ide ini. Kalau boleh saya memberi saran, Komisi IX kan sangat concern dengan akreditasi rumah sakit, jadi sebaiknya kalau dikehendaki RS tipe C maka alangkah bagusnya juga disesuaikan dengan bagaimana seharusnya RS tipe C itu,” kata Okky.
DEDE Yusuf (kiri) dan Okky Asokawati, dua politisi dan selebriti di Komisi IX DPR-RI. (Foto: Alifian Sukma)
Sementara Ketua Komisi IX, Dede Yusuf, ketika diberitahu ikhwal itu malah balik bertanya. ”Benarkah itu,” katanya. Ketika dua sivitas UNAIR menunjukkan progres bangunan kapal Phinisi yang akan dipakai sebagai RST, baru bintang film yang mantan Wagub Jabar itu, menyatakan ide bagus yang layak didukung. Bahkan ketika nanti diluncurkan, ia minta untuk diundang.
”Apapun itu, kalau konsepnya jemput bola, saya support, dan itu bagus,” karta Dede. Selama ini ia mengaku di Indonesia belum melihat RS apung swasta, selain KRI Dr. Soeharso yang diperuntukkan sebagai rumah sakit. Kalau klinik apung sudah ada, misalnya di Waduk Jati Luhur untuk menghampiri warga di seberang waduk yang sangat jauh jika dengan jalan darat.
”Tapi kalau masuk dalam konteks rumah sakit, hendaknya dilihat berapa kamar nanti di dalamnya, dan dengan penamaan rumah sakit maka hendaknya juga dipikirkan akreditasinya,” tambah Dede.
Diterangkan oleh Dr. Gadis Meinar Sari, dr., M.Kes., Kabag Akademik FK UNAIR, RS Terapung UNAIR dengan tipe C ini nanti juga dilengkapi ruang bedah, ruang anak, obgin (kandungan dan kebidanan) dan ruang penyakit dalam. Sehingga juga dilengkapi ruang perawatan dan pemulihan pasca operasi.
Dede mengaku pernah membuat usulan RS terapung seperti itu dengan konsep memanfaatkan kapal tongkang (kapal Roro/roll on roll off) yang dimodifikasi, tetapi tidak ditindaklanjuti. Tujuannya untuk melayani daerah kepulauan, apalagi sering pihak daerah kalau bikin usulan anggaran dengan angka fantastis tetapi SDM-nya terbatas, jadi dengan RS apung dan SDM yang baik, maka itulah sasaran usulan Dede tadi.
“Kalau itu yang akan direalisasikan oleh UNAIR, maka kita nanti harus bejalar ke UNAIR. apalagi ide ini berangkat dari gagasan alumni, ide bagus sekali,” tambah Dede, yang siang itu sambil menyantap rujak cingur.