Siapkan Kurikulum Untuk Pelatihan Ibu Tangguh Thursday, 08 June 2017 02:47

Beberapa puskesmas di Surabaya kini mulai mengadakan workshop Pola Berpikir Positif pada ibu Hamil. Kurikulum program yang diberi nama Pelatihan Ibu Tangguh dan Optimis di Masa Kehamilan itu kini sedang dipersiapkan. Kurikulum tersebut akan diadopsi oleh Kementerian Kesehatan dan diberlakukan di seluruh Indonesia.

Adalah alumnus Psikologi Unair, Dra. Josephine Maria Julianti Ratna, PG Dip. Sc, M.Psych, Ph.D, Psikolog, yang berada di balik konsep penyusunan kurikulum tersebut.

Menurut penelitian Josephine, usia kehamilan 3–6 bulan merupakan masa krusial bagi kesehatan anak yang dikandung. Pada usia itu seorang ibu harus berpikir positif. Dia juga tidak boleh stres. Misalnya, karena tekanan beban hidup. Dengan berpikir positif, bayi menjadi sehat dan tangguh secara kejiwaan.

Josephine mendalami studi psikologi di Australia setelah dua tahun lulus dari Unair. Sebelumnya, dia bekerja di salah satu agen iklan sebagai account executive. Di perusahaan itu dia mendapat tugas menyusun buku tentang potensi Jawa timur.

Buku itu disiapkan sebagai cinderamata bagi pemerintah Australia Barat yang waktu itu menjalin kerja sama dengan Pemprov Jatim. Buku itu ternyata menjadi jembatan bagi Josephine untuk melanjutkan studi di Australia.

Berkat buku itu komunikasi Josephine dengan pemerintah Australia semakin intens. Maka, sekitar 1992–1993, dia mengajukan beasiswa untuk melanjutkan studi di sana, dan diterima. Dia memilih belajar di Curtin University, Perth, dengan bidang studi psikologi klinis. Pilihan itu didasari pertimbangan bahwa saat itu psikologi klinis belum banyak didalami. Josephine mempelajari ketergantungan (secara psikologis) pada obat, seks, dan masalah lain. Setelah merampungkan studi S-2 pada 1995, dia kembali ke surabaya.

Josephine yang menikah pada 1993, baru hamil pada 1995. Namun, putri pertamanya meninggal di usia dini. Kondisi itu membuatnya ’’mempsikologikan’’ dirinya sendiri agar lebih tegar. Inilah momentum yang dinilai sebagai planning terbesar pada dirinya.

Di surabaya, anak pasangan dokter itu buka praktik di tiga tempat. selain itu, dia mengajar di Universitas Widya Mandala (UWM). Di universitas itu dia sempat menjadi wakil dekan (1998). Dua tahun kemudian UWM ditinggalkan karena dia lebih tertarik buka praktik psikologi dibanding menjadi akademisi.

Sementara itu, hubungan dengan australia terus berlanjut. pada 2001 dia dipercaya Kedubes Australia sebagai perwakilan Education Centre Australia di Surabaya.

Tugasnya memberikan masukan kepada warga Surabaya yang akan melanjutkan studi di Australia. Dia juga menjadi country manager untuk Indonesia di Australian technology network. Ada lima universitas di Australia yang tergabung dalam jaringan itu. Yaitu, Curtin University, Queensland University, RMIT University, University of South Australia, dan University of Technology Sydney.

Minat belajar Josephine tergolong tinggi. pada 2011 dia melanjutkan studi S-3 di Australia hingga 2015. Dia kembali harus ’’mempsikologi’’ dirinya karena suami dan anak-anaknya juga turut ke Australia. Suaminya rela melepas karirnya di beberapa perusahaan di surabaya demi studi Josephine. Dia harus mampu menjadi mahasiswa, ibu, sekaligus istri.

Dukung Unair Masuk 500 Dunia

Sebagai sosok yang berkecimpung di dunia pendidikan, Josephine sangat mendukung Unair menjadi perguruan tinggi yang diperhitungkan dunia. Kuncinya, harus punya strategi dan bisa me-maintenance. Bahkan, harus berani menutup program studi yang tidak dibutuhkan. sebaliknya, lebih membuka diri terhadap kebutuhan industri.

Selain itu, kini tidak perlu lagi senioritas untuk menjadi profesor. sebab, yang dibutuhkan adalah percepatan. Di sinilah tantangan para dosen agar lebih banyak melakukan penelitian berskala internasional. Yang tak kalah penting adalah hubungan antar alumni harus terjalin kuat.

Sumber : Buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga

Tags :