Dulu Pengajar Bimbel, Kini Eksporter Kopi Luwak Terbaik di Dunia Thursday, 13 July 2017 02:47

Drh. Sugeng Pujiono memiliki perjalanan karir di dunia usaha yang tergolong inspiratif. Pria 53 tahun asal Gresik ini ketika menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair pernah menjadi tenaga pengajar salah satu lembaga

bimbingan belajar (bimbel) di Surabaya.

Setelah meraih gelar dokter hewan di almamaternya, sugeng bekerja sebagai marketing di PT Sanbe Farma. ”Saya ditempatkan di Medan pada 1987–1989,” katanya.  

Setelah dua tahun di Medan, dia dipindah ke Banjarmasin. Seperti di Medan, Sugeng menjadi marketing selama dua tahun 1989–1991.

Selesai tugas di Banjarmasin, Sugeng dipindah ke surabaya. Waktunya lima tahun (1991–1996). Bukan lagi sebagai marketing. Di Surabaya, karir Sugeng dinaikkan menjadi kepala cabang.

Pria berdarah Madura ini lantas hijrah ke Bandung menjadi regional manager (1997–2001). Karirnya terus naik. Menjadi sales manager (2002–2006). Marketing manager (2007–2008) dan general manager (2009–2013).

Usaha Kopi Luwak dan Obat Hewan

Tidak semua orang berani resign dari tempat bekerja ketika karirnya sedang di puncak. Tetapi, Sugeng berani melakukannya. Pada 2013 dia keluar dari PT Sanbe Farma.

Pada Maret 2013 dia mendirikan dua perusahaan sekaligus. Pertama, PT Issu

Medica –pabrik obat hewan. Kedua, CV Kopi Luwak Cikole –pabrik kopi luwak.

Kini produksi kopi luwak cikole untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mancanegara. ”Tujuannya Jepang, Korea, Tiongkok, Prancis, dan Amerika,” kata bapak dua anak ini.

Menurut sugeng, kopi luwak hasil produksinya merupakan yang terbaik di dunia. Branding yang dikampanyekan ialah ”The most expencive coffee in the world.”

Selain itu, pria yang menikahi perempuan asal Banjarmasin ini mendirikan pusat penangkaran luwak di Indonesia. Dia juga membuka kafe khusus kopi luwak di Bandung. Banyak penikmat kopi luwak yang menyukai hasil produksinya.

Model Produksi dan Destinasi Wisata Luwak

Karena cukup berhasil menjalankan usaha kopi luwak, Sugeng diminta Kementerian Pertanian (Mentan) menjadi salah satu penyusun draf Peraturan Kementerian Pertanian (Permentan) no. 16/2015 tentang Pedoman Produksi Kopi Luwak di Indonesia.

Kementan juga menjadikan proses produksi kopi luwak cikole sebagai proyek percontohan model produksi kopi luwak di indonesia.

Karena lama bergelut dengan kopi luwak, hobi suami Elisabeth Allia (48) ini juga tidak jauh-jauh dari luwak.

”Saya suka mengawinkan luwak,” ujar Sugeng lantas tersenyum sambil menggendong luwak kesayangan di rumahnya.

Sugeng mengatakan, hobi itu juga sebagai bagian dari upayanya mendorong percepatan evolusi luwak dari hewan liar Menjadi pet animal (hewan kesayangan). Dari hobi itu pula dia memiliki pusat penangkaran luwak di lembang, Kabupaten Bandung.

Kini pusat penangkaran luwak milik Sugeng menjadi destinasi wisata populer di Lembang. Rata-rata per minggu ada 200 wisatawan mancanegara yang mengunjungi lahan penangkaran luwaknya. Mereka ingin tahu lebih dekat tentang luwak sekaligus minum kopi luwak. Di tempat penangkaran luwak itu pula Sugeng memberikan program interpreneurship kepada mahasiswa ITB, Unpad, dan mahasiswa perguruan tinggi lain yang berminat.

Menjadi 500 Dunia

Agar Unair masuk 500 perguruan tinggi kelas dunia, Sugeng memberikan masukan. “perbanyak riset aplikatif. Bukan riset untuk riset,” tegas ayah dari Felisia Puji Ambarwati (23) dan Mario Puji Satrianto (17) ini.

Unair, saran Sugeng, juga bisa menjadikan mahasiswa mandiri. Dengan demikian, setelah lulus, mereka tidak menjadi barisan pencari kerja. ”Mahasiswa Unair  harus  mandiri dengan berani buka  usaha sendiri,”ujarnya

Sumber : Buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga

Tags :