Buat Terobosan Gandeng Perusahaan Swasta Monday, 31 July 2017 04:05

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kini banyak diminati siswa. Jika sebelumnya lulusan SMK dinilai belum siap kerja, kini anggapan itu mulai luntur. Tak sedikit lulusan SMK yang bisa langsung bekerja di perusahaan atau membuka usaha sendiri.

Di Surabaya, kondisi itu tak terlepas dari kerja cerdas Dr. Ikhsan S.Psi., M.M., Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya. Dia membuat terobosan kurikulum dengan menggandeng dunia usaha. Apa saja yang dibutuhkan dunia usaha dimasukkan kurikulum. Terobosan lain adalah rapor online. Rapor tersebut juga bisa diakses orang tua siswa. Setelah diisi setiap semester, rapor akan terkunci oleh sistem. Dengan demikian, guru tidak bisa memanipulasi nilai siswa.

Rapor online juga akan menjadi filter bagi calon mahasiswa undangan. Beberapa kali terjadi, calon mahasiswa undangan punya catatan prestasi memuaskan berdasarkan rapor manual. tapi, setelah diterima di ptn, ternyata prestasinya tidak istimewa. Rapor online itu kini bisa diakses perguruan tinggi untuk mengeliminasi kekacauan itu.

Dalam hal rapor online ini, Surabaya menjadi pelopor nasional. Sebagai kepala dinas pendidikan, Dr. Ikhsan dituntut inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan dan output-nya. Siswa harus punya integritas tinggi, intelek, keimanan kuat, dan sehat.

Mengawali Karir di Dispenda Jatim

Ikhsan mengawali karir sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Provinsi Jawa Timur pada 1995. Di luar jam dinas, dia mengajar di akademi Sekretaris-Manajemen Indonesia (ASMI) Surabaya. Di lembaga itu dia juga menjabat sebagai kepala jurusan.

Selain itu, dia punya lembaga konseling, Potensi Humanika, yang didirikan bersama teman-temannya. Dengan aktivitas sebanyak itu, Ikhsan harus pandai-pandai membagi waktu. Apalagi, dia juga kuliah S-2 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya.

Bungsu dari lima bersaudara itu memang pekerja keras. Nasihat almarhum ayahnya selalu menyemangatinya. ’’Jika ingin menjadi orang sukses, harus punya waktu (saat masih muda) untuk bekerja keras.’’

Setelah merampungkan S-2 dengan predikat cumlaude pada 1996/1997, Ikhsan memutuskan menikah di usia 28 tahun. Bekerja di tempat ’’basah’’ tak membuat Ikhsan puas. Dia justru ingin mengembangkan potensinya lebih maksimal di lingkup yang lebih kecil. Karena itu, pada tahun 2000 dia memiih berkarir di Pemkot Surabaya sebagai staf Bappeda.

Tiga tahun kemudian pindah posisi sebagai kasubag penyusunan anggaran. Obsesinya untuk mengembangkan diri diwujudkan dengan melanjutkan studi program doktor di Unair pada 2004 dan lulus pada 2007.

Karirnya terus menanjak. Tahun itu Ikhsan menjabat sekretaris Bappeda, kemudian Kepala Bapemas KB (2009). Sejak 2012 bapak dua anak itu menjadi kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya.

Merantau ke Surabaya

Ikhsan bukan berasal dari kalangan berada. Ayahnya meninggal dunia kala dia duduk di bangku SMA kelas II, di kota kelahirannya, Pontianak, Kalimantan Barat. Lulus SMA dia diterima di Fakultas Psikologi, Unair. Dia pun nekat merantau ke Surabaya, meski tak punya sanak saudara di Kota Buaya ini.

Sebagai perantau Ikhsan kuliah sambil bekerja. Pada semester akhir dia bekerja sebagai staf HRD di PT Indospring Gemilang. Dia berpikir saat itu semua mata  kuliah  dan seluruh beban SKS-nya sudah terpenuhi. Namun, ketika yudisium,  namanya tak tercantum. Ternyata, dia kurang 1 SKS. Ada tambahan SKS yang tak  terpantau karena sibuk bekerja. Akibatnya, dia tidak bisa lulus tepat waktu.

Sumber : Buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga

Tags :