Dengan Tamiya Bisa Menjadi Wirausaha Yang Berguna Wednesday, 16 August 2017 02:20

Dede adalah seorang mahasiswa manajemen yang sekarang menempuh semester tujuh. Berbisnis memang tak selamanya memberikan jalan yang mulus. Tantangan dan cobaan bagi seorang wirausaha merupakan suatu hal yang umum didapat. Berawal dari kegagalan dalam beternak bebek, dia harus kehilangan semua asetnya karena terkena flu burung. Akan tetapi hal ini tidak membuat Dede putus asa. Dengan sisa modal 7 juta sisa dari beternak bebek dan harus dibagi untuk 3 orang ini Dede memberanikan diri untuk menekuni bisnis lain.

Pada awalnya usaha yang dilakoni ini berawal dari hobi pribadi mengoleksi mainan Diecast seperti Gundam, dan Tamiya. Setelah itu dia melihat peluang dan sepertinya  usaha ini memiliki peluang yang cukup besar. Berawal dari keinginan inilah Dede mulai mencari koneksi untuk menjadi suplier Tamiya.

Setelah mencari akhirnya Dede mendapat link ke Jepang. Dengan memiliki link dari Jepang ini minimal tiap bulan Dede mampu mendatangkan satu kardus ukuran 1x1 m yang berisi mainan dari Jepang. Usaha ini diberi nama Tamiya Shop Surabaya dan dimulai sejak Januari 2014. Respon yang didapat dari jualan ini terbukti bisa diterima masyarakat karena memang produk yang dijual adalah produk original dari Jepang.

Strategi online shop merupakan salah satu cara Dede untuk memasarkan produknya. Berbeda dari ekspektasi awal Dede jika mangsa pasar dari mainan Tamiya adalah anak-anak, namun justru kebalikannya. Rata-rata konsumen dari mainan Tamiya adalah mereka yang sudah berumur dan rata-rata sudah berkeluarga. Bisa dikatakan jika produk yang dijual oleh Dede merupakan produk premium dan memang bukan ditujukan untuk anak-anak. Harga minimal dari Tamiya yang dijual Dede adalah Rp 200.000. Tentunya untuk mainan Tamiya anak-anak harga berkisar Rp 200.000 merupakan harga yang cukup tinggi. Berbeda lagi jika para konsumennya merupakan para kolektor mainan, tentu hal ini menjadi sesuatu yang sangat murah.

Dari hasil menjual Tamiya ini rata-rata Dede meraih omset mencapai 2,5 juta-15 juta per bulan. Dede menyadari jika bisnis seperti ini bukan tanpa resiko atau terima enaknya saja. Persaingan dari pemain besar pun harus dihadapi dalam pasar mainan ini. Melihat persaingan yang semakin ketat,

Dede menggunakan metode promosi yang berbeda yaitu dengan mempromosikan produk dengan harga yang kompetitif untuk memperoleh konsumen yang loyal. Terlebih lagi kualitas dan produk yang dijual adalah produk limited (terbatas). Tentu keunikan ini menjadi modal untuk mengalahkan pesaing-pesaing yang lebih besar. Berbagai strategi pun dilakukan dede untuk melancarkan bisnisnya ini. Salah satu strategi yang diterapkan Dede adalah dengan menerapkan sistem DP. Mengingat produknya merupakan produk limited orang-orang bisa men-DP atas barang yang diinginkan. Akan tetapi sistem ini berjalan bukan tanpa masalah, acap kali pemesan yang sudah memberikan DP tidak segera melunasi sisa pembayaran.

Otomatis hal ini akan menghambat arus perputaran kas. Banyak pembeli yang sudah menjadi pelanggan loyal Tamiya diantaranya berasal dari Jabodetabek, Bandung, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi serta Maluku. Tawaran pembeli dari luar negeri pun sempat mampir ke lapak Dede akan tetapi Dede masih ingin fokus pemasaran di dalam negeri.

Selain fokus di bisnis online Tamiya, ternyata Dede bersama dengan 2 orang temannya tengah merintis usaha kreatif. Di bawah bendera D’Branchco, Dede dan timnya mngembangkan usaha berupa barang dekorasi dari daur ulang limbah ranting pohon. Berawal dari kepedulian akan kondisi bumi yang semakin panas, Dede mencoba melihat peluang dari ranting pohon yang biasanya hanya menjadi sampah.

Omset yang didapatkan dari D’Branchco rata-rata mencapai 2,5 juta-3 juta per bulan. Dimulai sejak Januari 2015 Dede memulai ide ini dengan mencoba merealisasikannya melalui lomba business plan. Dengan inovasi produk ini Dede berhasil meraih juara 3 di Jakarta. Tak berhenti sampai disana, melihat animo masyarakat yang banyak tertarik dengan produk ini maka tekad untuk mewujudkan menjadi sesuatu yang lebih serius. Beberapa prestasi yang berhasil diraih D’Branchco adalah Juara 2 di ITS, Juara 4 di Bandung dan berhasil meraih peringkat satu dan berhasil mendapat dana pengembangan usaha sebesar 20 juta dari Dinas Koperasi Jawa Timur.

Berasal dari keluarga yang tidak memiliki latar belakang wirausaha, bukan menjadi halangan bagi Dede untuk ingin menjadi seorang wirausahawan. Program studi manajemen pun dipilih untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Tak terbatas sampai di situ saja bergabung dengan salah satu unit kegiatan mahasiswa tingkat fakultas yang fokus ke arah wirausaha pun dijalaninya.

Motivasi dan ilmu yang didapat menjadi salah satu modal untuk berani menjadi seorang wirausaha. Target untuk mengembangkan usaha pun menjadi acuan semangat untuk berkembangnya usaha ini. Salah satunya adalah keinginan untuk memiliki outlet Tamiya di Kediri yang akan segera diwujudkan. Selain itu target untuk menjual 1 produk per hari menjadi salah satu target utama yang diterapkan oleh D’Branchco.

Semua usaha ini tentu tidak lepas dari PPKK sebagai lembaga yang memang akrab dengan para mahasiswa yang berwirausaha. Modal awal usaha diperoleh Dede dari PPKK melalui kompetisi tahunan, PMW. Selain itu koneksi ekspedisi yang terpercaya pun diberikan oleh PPKK. Bukan hanya dari segi finansial PPKK juga berperan dalam memonitoring atas usaha yang dilakukan oleh Dede. Bahkan PPKK selalu memberikan tawaran untuk mengikuti pameran yang diadakan baik internal Universitas Airlangga maupun di luar Universitas Airlangga.

Sedikit pesan yang disampaikan Dede untuk para mahasiswa Unair yang ingin menjadi seorang wirausaha: “Jangan takut untuk mencoba terus. Mungkin persepsi kita, wirausaha dimulai dengan modal besar akan tetapi kalau menurut saya sendiri bisa memulai dari diri kita dengan jualan sekecil pun itu bisa membangun kita menjadi seorang yang besar. Jadi dengan jualan atau reseller dari sana kita mampu mendapatkan berbagai ilmunya, konsep dasar berbisnis dan membentuk karakter wirausaha.”

Sumber : Buku Jejak Entrepreneur Universitas Airlangga

Tags :