Sosok Pendidik Sejati Monday, 30 October 2017 07:36

Pagi itu kurang lebih pukul 09.30. Prof. Kuntoro, dr., MPH, Ph.D. sudah stand by di ruang kerja sederhana. Kursi dan meja kerja guru besar 68 tahun itu berhadapan dengan meja kolega guru besar yang lain.

Saat itu beberapa mahasiswa bimbingan keluar masuk ruang kerja Kuntoro. sebagian langsung masuk. Tetapi, ada pula yang minta izin masuk dari luar ruangan dengan mengetuk pintu. “Ya seperti inilah keseharian guru,” kata Kuntoro merendah tanpa embel-embel guru besar.

Prof. Kuntoro sejatinya lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Unair. Di FK (dulu) dia mengajar pada program studi ilmu kesehatan masyarakat.

Ketika prodi ini “hijrah” menjadi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), beberapa dosen yang mengajar prodi kesehatan masyarakat ikut bedol desa. ”Ya, ramai-ramai pindah ke FKM,” tuturnya.

Sejak itu, termasuk studi-studi lanjutan ke mancanegara yang dijalani Kuntoro sudah atas nama FKM. tidak lagi atas nama FK unair. ”saya full menjadi tenaga pengajar di FKM,” ujarnya.

Saat ini Kuntoro juga menjadi tenaga pengajar biostatistik di Mahidol University, di Nakhonsawan, Thailand. ”Tidak rutin. Biasanya satu tahun sekali,” tuturnya.

Dosen Harus Produktif Menulis Buku

Prof. Kuntoro adalah sosok tenaga pendidik sejati. Dia hanya mengajar, membimbing mahasiswa, dan menulis buku. Menurut dia, dosen di mana pun dan siapa pun harus produk menulis buku. ”sampai saat ini saya sudah nulis 15 buku,” jelas suami Ny Budi Pratiwi ini.

Selain itu, untuk memperluang wawasan networking, dosen –termasuk dosen unair– harus banyak berkecimpung di organisasi profesi tekait keilmuan yang ditekuni.

Kuntoro tidak hanya bicara. Dia sudah menunjukkan aktif di berbagai organisasi internasional keilmuan. Misalnya, aktif di American Statistical Association. ”Saya juga aktif di International Biometric Society. Juga di International Union for Scientific Study of Population,” katanya.

Datangkan Pengajar S-3 dari Luar Negeri

Kuntoro sangat setuju dengan ikhtiar pimpinan Unair untuk mengantarkan universitas tertua di Jawa Timur masuk 500 perguruan tinggi kelas dunia.

Menurut dia, upaya itu bisa terwujud jika rektor Unair istikamah dengan program untuk mencapainya. “Juga harus ada dukungan dana yang sangat kuat.” Jelasnya.

Beberapa saran Kuntoro agar Unair bisa masuk 500 perguruan tinggi kelas dunia, antara lain, dukungan dana agar dosen-dosen Unair produktif menulis di scopus.

Dia juga minta agar beberapa tenaga pengajar untuk program pascasarjana, khususnya S-3, berasal dari guru besar terkenal dari perguruan tinggi ternama di luar negeri. “Misalnya ada tenaga pengajar S3 Unair dari Harvard atau Califonia Berkeley untuk studi ekonomi,” kata bapak dari dua anak, achmad Hilmy, S.T. dan Drg. Rahmi Hapsari.

Sumber : Buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga

Tags :