Dari Makassar Ke Pengawas Pemilu Thursday, 30 November 2017 06:29

Prof. Dr. Muhammad, SIP, M.Si. sejatinya merupakan dosen Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. Namun, dia juga tercatat sebagai alumnus program Pascasarjana Unair. Ketua Bawaslu RI itu menyelesaikan studi S-3 di Unair.

”Setelah lulus program doktor di Unair 2007, saya menjadi ketua Jurusan Ilmu Politik Fisip Unhas dari 2008 hingga 2010,” kata Muhammad.

Keterlibatan Muhammad dalam institusi pengawasan pemilu dimulai pada 2009. Saat itu dia terpilih sebagai ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi Sulawesi Selatan. ”Sejak 2012 saya terpilih menjadi ketua Bawaslu Republik Indonesia hingga sekarang,” katanya.

Seperti halnya profesional atau praktisi lain, Muhammad juga meniti karir dengan visi dan filosofi pribadi. Baginya, setiap tugas dan tanggung jawab yang diemban merupakan amanah mulia. Karena itu, amanah harus dirawat dengan baik. Apalagi, tidak setiap orang mendapat kesempatan yang sama untuk mengembang amanah tersebut.

Di luar tugasnya sebagai pimpinan Bawaslu, sebagai warga negara, Muhammad melihat masalah bangsa Indonesia saat ini ialah kurangnnya orang yang mampu mengendalikan diri dalam bersikap. ”Kita juga kekurangan orang yang memiliki prinsip dan menjunjung etika,” katanya. Karena itu, ke depan lembaga pendidikan harus bisa menanamkan prinsip dan nilai etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bangsa Indonesia tidak kekurangan orang pintar dalam segala bidang kehidupan. Tetapi, yang dibutuhkan adalah pribadi yang mampu bersikap dengan prinsip dan nilai etika.

Buah Manis dari Studi S-3 Unair

Ketika menyiapkan naskah dan penelitian untuk disertasi, Muhammad mengaku mendapat tantangan sangat besar dari promotor. Konsultasi yang panjang dijalani dengan penuh suka duka.

Mulai pengajuan masalah hingga ujian proposal S-3, pria 45 tahun ini menempuh kurang lebih satu tahun. ”Namun, setelah itu saya memperoleh manfaat. Yakni, sikap promotor saya untuk mematangkan emosi dan intelektual saya sebagai mahasiswa doktor,” ujar Muhammad mengenang masa studi S-3 di Unair.

Multilink Modal Utama 500 Dunia

Prof. Muhammad mengapresiasi ambisi Unair masuk 500 perguruan tinggi kelas dunia. Menurut dia, ambisi diperlukan untuk memicu dan memacu semangat civitas akademika dan alumni Unair untuk agar target tersebut tercapai.

Meski demikian, Unair sampai saat ini masih memiliki kelemahan untuk menjadi world class university. Misalnya, Unair belum optimal membangun dan mengembangkan link dan kerja sama dengan perguruan tinggi maju yang ada di Asia dan Eropa.

Sumber : Buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga

Tags :