Passion and Patient, Kunci Kesuksesan Membangun Bisnis Takoyaki Wednesday, 10 January 2018 03:51

Berawal dari hobi yang suka menjelajahi kuliner, Agung Prabowo memulai usahanya dengan berbisnis makanan khas Jepang, takoyaki. Agung melanjutkan studinya di Manajemen berkat prestasinya sebagai atlet baseball semasa SMA. Keseharian Agung tidak seperti mahasiswa seperti biasa yang mengejar IP tinggi, Agung hanya menjalankan apa yang ada. Agung mengaku ia memiliki kesulitan untuk bangun pagi sehingga kelas yang ia ikuti pun banyak yang tidak lulus karena absensi yang tidak terpenuhi. Namun, dengan kemalasannya bangun pagi, Agung telah memulai untuk berwirausaha. Usaha pertamanya yaitu bisnis lobster air tawar. Namun, teman-teman kuliah yang juga berbisnis sepertinya menawarkan beberapa bisnis yang menurut Agung menarik. Ia pun meninggalkan bisnis lobster air tawar dengan bisnis-bisnis lain. Terhitung sudah Agung berganti bisnis sebanyak 6 kali dan Takoyaki adalah bisnis terakhirnya.

Agung menganalisa, banyak penjual makanan takoyaki di mall, dengan harga yang cukup tinggi tampak tidak sesuai dengan rasa yang dijual. Dengan permasalahan tersebut, Agung akhirnya bereksperimen dan mencoba untuk membuat takoyaki yang lebih enak dan terjangkau. Setelah siap untuk memasarkan produknya, Agung mulai menjual takoyaki. Agung bergantian dengan bengkel tersebut karena pagi hari bengkel tersebut beroperasi, sementara sore hingga malam hari digunakan untuk Agung berjualan.

Berlatar belakang dari keluarga yang menuntut untuk bekerja di perkantoran, sempat ada penolakan dari keluarga karena Agung berjualan dengan menggunakan gerobak, memakai celana pendek dan berjualan di area bengkel. “Keluarga lebih senang dan menginginkan saya untuk menjadi pekerja kantoran. Memakai baju yang rapi, menggunakan sepatu bagus, dan bekerja di kantor,” begitu ujar Agung ketika bercerita pengalamannya bekerja di kantor Konsultan Pajak. Keluarganya lebih mementingkan bagaimana Agung berpenampilan saat bekerja karena ayahnya sebagai dosen, maka Agung harus bisa lebih dari ayahnya. Namun Agung merasa tidak cocok menjadi pekerja kantoran. Ia merasa tidak berkontribusi apa-apa di kantornya. Agung lebih nyaman menjadi wirausahawan daripada pekerja kantoran. Akhirnya Agung kembali melanjutkan usahanya meski ia berpenampilan seadanya ketika berjualan. Ia berusaha membuktikan bahwa berwirausaha bisa mengangkat status sosialnya.

Pertentangan yang ia alami mulai pudar karena Agung berhasil meraih prestasi. Agung berhasil masuk koran Jawa Pos di kolom nasional dimana koran tersebut membahas mengenai bisnis takoyaki yang sedang ia jalankan. Dari sanalah keluarga Agung merasa bangga dan mendukung penuh apa yang digeluti Agung.

Tidak berhenti sampai disitu, Agung telah membuka cabang di Surabaya, Lamongan, Sidoarjo, dan Malang. Setelah berbisnis membangun takoyaki, Agung pun mengembangkan bisnis baru dengan cita rasa yang sama khas Jepang, Chirashi Sushi. Dengan pengalaman yang ada, Agung membuka Chirashi Sushi dengan persiapan yang matang. Menurut pengakuan Agung, bisnis Chirashi Sushi lebih terstruktur dan omset yang dihasilkan pun juga meningkat dan stabil. Hanya saja Agung merasa sedikit repot mengurus pegawai yang keluar masuk.

“Untuk menjadi wirausaha, menurut saya kudu nekad. Segala rintangan dan halangan harus terus dihadapi dengan bijak dan sabar. Semua pasti ada jalan keluarnya,” begitu jelas Agung. Agung menyimpulkan, untuk menjadi wirausaha itu butuh passion and patient. Menjadi wirausaha adalah pilihan, kenyamanan. Setelah itu, kesabaran juga terus mengiringi seseorang yang berwirausaha karena inovasi yang dihadirkan tidak selalu berjalan mulus. Oleh karena itu, dengan karakter diri yang tidak suka terikat bekerja dengan orang, tidak bisa bangun pagi, satu-satunya jalan adalah berwirausaha.

“Saya menikmati proses pendewasaan yang telah saya lalui, karena saya tidak akan begini jika tidak mengalami hal-hal ini.” Agung Prabowo, seorang pebisnis kuliner Jepang yang gigih dengan perjuangannya. (tak)

 

Sumber: Jejak Entrepreneur Universitas Airlangga 

Tags :