Klub Literasi Anak Ciptakan Kelas Menulis Anak Wednesday, 10 January 2018 06:22

 

Klub Literasi Anak, begitu Nina dan kedua temannya memberi sebutan kelas menulis sosiopreneurnya, bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk membuka kelas menulis di luar jam pelajaran. Klub Literasi Anak mengajak anak-anak untuk menyukai kegiatan menulis. Nina berharap dengan adanya kelas menulis maka mampu memberi edukasi anak untuk menyukai kegiatan membaca dan menulis.

Pada awalnya, ketiga wanita pendiri KLA ini dipertemukan dalam sebuah acara workshop di Surabaya. Workshop tersebut membicarakan isu-isu literasi di Indonesia. Ketiganya lantas bertukar nomor ponsel. Selanjutnya, mereka sepakat melakukan kopi darat. “Kami pun bertemu, sharing satu sama lain,” tutur Nina. Dari pertemuan itulah ketiganya memulai untuk menggagas sebuah kelas menulis. Berasal dari latar belakang studi yang berbeda-beda, ketiga wanita ini sepakat mendirikan Klub Literasi Anak pada tahun 2015. Nina dan Maya dari Manajemen, hingga Watiek Ido dari Psikologi.

Nina Dwi Kristanti memang sudah berkecimpung di dalam dunia menulis. Menjadi bagian dari Nulisbuku.com membuat Nina, Maya dan Watiek bertekad membangun sebuah kelas literasi bernama Klub Literasi Anak. Dengan bertemu Nindia Nurmayasari dan Watiek Ido, mereka membuka kelas menulis literasi khusus untuk anak-anak. Nulisbuku.com merupakan sebuah penerbit self publishing dimana semua orang yang memiliki naskah bisa diterbitkan oleh Nulisbuku tanpa harus melewati seleksi mebel. Permintaan diadakan workshop kepenulisan dari kalangan anak muda khususnya untuk orang dewasa cukup banyak peminatnya. Namun tidak sedikit pula permintaan yang diajukan dari kalangan anak-anak. Dari situ Nina, Watiek dan Maya mulai berinovasi dari bidang menulis. Nina dan kedua temannya berpikir, mengapa tidak diadakan saja kelas menulis untuk memperkenalkan sebuah karya tulis? Dimulai dari sanalah Nina dan kedua temannya membuka kelas menulis bagi anak SD mulai dari usia 7 sampai 11 tahun.

Kelas menulis yang dilakukan oleh Nina, Maya dan Watiek bukan kelas yang hanya duduk dan mendengarkan di kelas atau ruangan. Pendidikan informal yang mereka lakukan adalah mengajak murid-muridnya belajar mengenal lingkungan sekitar. Metode yang diajarkan seperti mendongeng, membaca buku, dan menulis cerita. Mereka sempat mengajak para muridnya ke Museum Uang Bank Indonesia bersama-sama. Dengan suasana dan lingkungan yang baru, Nina, Maya dan Watiek memberikan pembelajaran yang baru kepada murid-muridnya untuk peka terhadap lingkungan. Antusias yang diberikan oleh murid-muridnya pun sangat mengejutkan. Ada muridnya yang awalnya tidak ingin ikut, ketika mengikuti sekali ia justru senang. Dengan basis ilmu yang dipelajari oleh ketiga wanita ini, Klub Literasi Anak dikelola sebaik mungkin sesuai dengan kontribusi ilmu yang telah mereka dapat semasa kuliah di Universitas Airlangga.

KLA sering mengikuti komunitas Anak Surabaya Literasi yang diadakan oleh Dharma Wanita Pemkot Surabaya. Baginya, bergerak di sosiopreneurship sangat menyenangkan karena selain melakukan kegiatan sosial bersama masyarakat sekitar, juga menjalin kerja sama antar pemerintah dengan masyarakat. Usaha tidak hanya sebatas keinginan, jangan hanya dicoba saja. Lakukan agar kita bisa mengukur kemampuan kita dalam berusaha,” ujar Nina menanggapi motivasi untuk berwirausaha. Hingga saat ini, KLA telah membuka kelas tidak hanya di Surabaya tetapi juga di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. (tak)

 

Sumber: Jejak Entrepreneur Universitas Airlangga

Tags :