Pendiri Yayasan Cinderella From Indonesia Center Berbuah Batik Girl Wednesday, 17 January 2018 04:48

 

Berwirausaha sekaligus melakukan kegiatan sosial dalam masyarakat bukan berarti tidak memiliki hasil dan tujuan. Lusia Efriani Kiroyan, alumni dari Sastra Inggris membuktikan bahwa sosiopreneur juga dapat meraih kesuksesan. Lusia berinovasi di bidang fashion yang memproduksi baju untuk boneka yang bercorak batik, warisan budaya dari Indonesia. Ikon Indonesia yang sudah mendunia ini dipilih oleh Lusia untuk menjadi fokus dari usahanya sehingga mampu membawanya sampai tingkat nasional. Batik Girl merupakan salah satu sociopreneur yang ditekuni Lusia. Ia memberdayakan warga binaan yang berasal dari Rutan Batam, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Barelang, dan Rutan Pondok Bambu untuk membuat pakaian boneka. Ide pemberdayaan warga binaan napi perempuan ini berawal dari kebiasaan Lusia kerap menjenguk dan memberikan motivasi. Namun ia merasa ada yang kurang jika hanya memberi motivasi saja. Akhirnya ia bergerak dan membuat napi perempuan untuk maju dengan keterampilan yang diajarkan. Hingga akhirnya, Lusia berhasil bekerja sama dengan pihak lembaga pemasyarakatan untuk memperkerjakan para napi perempuan membuat boneke Batil Girl.

Para napi dan tahanan itu selama ini diberi upah Rp 10 ribu–Rp 12 ribu per boneka oleh Lusia. Sedangkan boneka karya mereka di pasaran internasional dijual dengan harga USD 10 hingga USD 15. Sementara untuk dalam negeri, Lusia hanya membanderol Rp 100 ribu.

”Keuntungan penjualan Batik Girl ini saya gunakan kembali untuk mendanai kegiatan sosial lainnya,” ujar Lusia ketika dilansir dalam Batam Pos. Kepala Rutan Batam S. David H. Gultom juga menyebut kegiatan yang digagas Lusia itu turut membantu pembinaan para narapidana dan tahanan.

Lusia mulai menjalankan usahanya sejak tahun 2013 dengan memproduksi boneka barbie dengan pakaian batik. Berawal dari mendirikan Yayasan Cinderella from Indonesia Center (CFIC) di Batam pada tahun 2012 yang menyantuni para ibu dan orang tua tunggal, ia memulai bisnisnya bersama orang-orang yang berlatar belakang dari ibu tunggal, anak-anak panti asuhan, anak jalanan dan para penyandang cacat tubuh.

Sebelum usahanya naik ke ranah internasional, Lusia berusaha mencari dana dan mengikuti sejumlah kompetisi hibah seperti dari US Embassy di Jakarta 2014, lalu sampailah ia kembali mendapatkan hibah dari pemerintah Amerika Serikat pada tahun 2015. Perjuangannya dalam menjalankan kegiatan sosial didukung pula oleh pemerintah Australia pada tahun 2016.

Bagi Lusia, dengan memberikan keterampilan dan gaji, ia berkeinginan untuk memotivasi para napi dan tahanan bahwa mereka juga bisa berbuat sesuatu yang berarti untuk orang lain. Kegiatan sosialnya ini membawa sejumlah prestasi yang gemilang di ranah internasional. Tidak hanya melakukan kegiatan sosial, Lusia juga membawa nama baik Batik khas Indonesia ke dunia internasional. 

 

Sumber: Jejak Entrepreneur Universitas Airlangga

Tags :