Rektor dalam Bukber IKA-UNAIR, Ramadhan untuk Kesejahteraan Masyarakat Thursday, 31 May 2018 03:24

bukber ika

REKTOR Universitas Airlangga Prof. Moh Nasih ketika memberikan sambutan didepan peserta Buka Bersama IKA UNAIR, di kediaman Ketua Umum IKA-UA, Minggu (27/5). (Foto: Bambang Bes)

 

UNAIR NEWS – Keluarga besar Ikatan Alumni (IKA) Universitas Airlangga sukses melaksanakan acara silaturahmi buka puasa bersama, di kediaman Ketua Umum IKA UA Drs. Ec. Haryanto Basoeni, di kawasan Ketintang Baru Surabaya, Minggu (27/5).

Dalam kesempatan itu hadir ratusan alumni UNAIR. Diantara alumni itu adalah Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh Nasih, SE., MT., Ak., CMA., yang alumni FEB, Sekretaris Universitas Drs. Koko Srimulyo, M.Si alumni FISIP, Prof. Fasich, mantan Rektor yang juga alumni Fak Farmasi UNAIR. Diantara para alumni juga hadir Ustadz Ir.H. Misbahul Huda, MBA yang sekaligus memberikan ceramah agama.

Dalam suasana yang penuh keakraban dan kekeluargaan itu, Rektor UNAIR Prof. Moh Nasih memberikan sambutannya. Dikatakan jika semua umat muslim itu menjalankan syariah agamanya yang sebaik-baiknya, maka bisa dibayangkan negara ini akan bisa mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan masyarakatknya.

”Kalau semua umat muslim menjalankan rukun Islam dengan sebaik-baiknya, maka kita bayangkan negara yang damai sejahteran akan terwujud. Ke-fahsya-an dan kemungkaran akan terhindarkan. Ya semua saja, termasuk puasa di dalamnya,” kata Prof. Nasih.

Diterangkan oleh Prof. Nasih, puasa itu bukan hanya untuk kebutuhan “pribadi” kita, tetapi dengan puasa maka akan tercipta tatanan masyarakat yang saling membantu, saling perduli, saling memberi, yang kemudian saling berempati satu dengan yang lainnya. Artinya, dengan puasa, maka yang terpikir bukan hanya ego masing-masing.

”Egois (sikap) itu kita ganti dengan eco-is. Ego kita ganti dengan pemikiran kebutuhan masyarakat di sekeliling dan lingkungan kita. Dari ego menjadi eco (ekonomi), jadi dalam tatanan masyarakat dan yang kita lakukan sesungguhnya adalah membangun masyarakat bangsa dan negara yang adil makmur sejahtera bahagia dalam naungan Ridla Allah SWT. Orientasinya kesana,” kata Rektor UNAIR itu.

Dengan demikian, lanjutnya, sesungguhnya yang butuh Ramadhan dan puasa itu bukan hanya kita pribadi. Pemerintah pun membutuhkan semua itu sebagai program untuk mensejahterakan masyarakat, membangun masyarakat yang madani, masyarakat yang sejahtera, bahagia, dan adil.

bukber ika
USAI rangkaian acara buka bersama anggota IKA-UNAIR, diantara yang menyelesaikan hingga usai salat Tarawih berjamaan, berfoto bersama. (Foto: Bambang Bes)

Sedangkan Ustad Misbahul Huda dalam tausyahnya mengupas tentang “Puasa sebagai Spirit Hidup Sederhana”. Dikatakan, melaksanakan kata sederhana dalam kehidupan itu tidak semudah membalik telapak tangan. Banyak orang yang gagal menyelesaikan pesan amanah kehidupan karena tidak sederhana. Menghadapi tantangan kehidupan yang konon larinya kencang seperti deret ukur, sedang kompetensi kita untuk menghadapi tantangan itu jalannya lambat seperti deret hitung.

”Akibatnya banyak orang yang tertipu, pinter keblinger. Kalau pejabat ya banyak pejabat tersesat, atau keplecuk dalam sikap hidup,” kata Ust. Misbahul, seraya menunjuk beberapa contoh orang pintar yang professor doktor, tetapi tampak bodoh karena mati-matian membela orang salah. Juga mantan Guru Besar teladan yang terseret suatu mafia.

Artinya, katanya, boleh seseorang itu kuat secara fisik, cantik secara fisik, cerdas intelektual, kaya spiritual, dan matang secara emosional. Tetapi kalau tidak kuat dan cerdas finansial yang berbasis moral, maka akan sulit menghadapi tantangan kehidupan. Karena itu Ustad memuji tagline UNAIR yang Excellence with Morality itu sebagai hal yang luar biasa.

Dikatakan, orang Islam tidak berarti harus miskin. Untuk bisa berhaji itu maka harus kaya, kaya yang Islami dan tidak kedonyan (kebendaan). Dan, antara miskin dan sederhana itu diakui berbeda. Miskin itu kondisi hidup, sedangkan sederhana itu cara hidup. Karena itu banyak orang miskin tetapi tidak sederhana. Permintaannya macam-macam, dan itu jelas menyengsarakannya luar dalam. Tetapi juga tidak sedikit orang kaya yang tetap sederhana karena visinya demikian.

”Kaya yang Islami itu diletakkan di tangan, diterima dengan tangan, kalau pergi pun dilepas dengan tangan. Kalau menerima harta disyukuri alhamdulillah, hartanya pergi innalillah, jadi selesai masalah. Ini berbeda dengan orang yang materialistik: harta diterima dengan hati dan dilepas dengan hati. Dapat harta senangnya tak karuwan, kalau hartanya pergi susahnya gak karuan sampai ada yang terkena post power syndrome, dsb,” kata Ust Misbahul Huda.

Selesai menyantap buka bersama dengan sajian beragam menu makanan dan minuman, kemudian dilanjutnya salat Isya’ dan Tarawih bersama para anggota alumni UNAIR. Dalam salat tarawih ini dipimpin oleh imam Masjid Ulum ’Azmi, Ali Thamam.

 

Sumber: http://news.unair.ac.id/2018/05/30/rektor-dalam-bukber-ika-unair-ramadhan-untuk-kesejahteraan-masyarakat/ 

Tags :