UNAIR NEWS – Bakti kemanusiaan Rumah Sakit Terapung ”Ksatria Airlangga” (RST-KA) karya Alumni Universitas Airlangga ini, Minggu (30/9) dialihkan untuk korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulteng. Semula dari 14 pulau kecil di Indonesia Timur, baru dua yang terlayani yakni Nusa Penida dan Alor. Namun begitu bencana di Palu terjadi, RST-KA segera bertolak menuju Palu, dan di Makassar untuk melengkapi perlengkapan yang dibutuhkan.
Bersamaan dengan itu, Dr. Christriyogo Sumartono dr., Sp.An., Ketua Yayasan Ksatria Medika Airlangga (YKMA) menjelaskan dalam WhatsApp Grup Bhakti RST untuk Palu dan Donggala, mengirim sepuluh relawan kesehatan dari Surabaya untuk memperkuat RST-KA. Minggu malam relawan sudah tiba di Makassar untuk kemudian dengan pesawat Hercules menuju Palu.
Sepuluh relawan tersebut lima orang dokter FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo dan lima perawat. Mereka adalah Yoppie Prim Avidar, dr., SpAn, M. Hardian Basuki, dr., SpOT., Shohibul Hilmi, dr., SpOT., Wayan Dhea Agastya, dr., Yos Kowara, dr. Kemudian Djoko Winarno, Ns., Gozali Asparin, Ns., Randy Yusuf Pratama Putra, Ns., dan Lejar Gumawang, Ns, Anang Wijaya, Amd.Kep.
Direktur RST-KA, Agus Harianto, dr., Sp.B menjelaskan pengalihan baksos RST ini karena korban bencana di Palu dan Donggala lebih membutuhkan penanganan, sehingga kapalnya diputuskan untuk putar haluan menuju Donggala. Kapal RST-KA ini berangkat dari pelabuhan Alor.
Seperti diberitakan, sesuai agenda RST, dari Alor kapal akan menuju Maluku Barat Daya, untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat yang tinggal di kawasan pulau-pulau kecil dekat perbatasan di kawasan Indonesia Timur. Namun dengan adanya bencana di Palu maka dialihkan ke Donggala.
Sekretaris Yayasan KMA Suwaspodo Henri Wibowo, dr., Ap.An., MARS., kepada unair.newsmenjelaskan, sesuai agenda RST-KA sudah disusun rencana kegiatan baksos sejak 19 September hingga 3 Nopember 2018. Sebanyak 14 pulau sasaran baksos itu meliputi Pulau Nusa Penida, Alor, Lakor, Kisar, Lirang, Wetar, Leti, Moa, Luang Barat, Luang Timur, Sermata, Babar, Banda, dan terakhir di Wakatobi.
”Dari sederet agenda di pulau-pulau tadi, yang sudah dilakukan dengan lancar dan inshaAllah bermanfaat baru di Nusa Penida dan Alor, karena itu kapal RST-KA bertolak dari Alor,” kata dr. Henri, sapaan akrabnya.
Dr. Agus Harianto menambahkan, jarak yang harus ditempuh dalam perjalanan laut dari Alor menuju Donggala sekitar 730 mil, yang diperkirakan butuh waktu tempuh sekitar 3-4 hari pelayaran. Tetapi kapal RST akan singgah dahulu di Makassar, yang diperkirakan merapat di pelabuhan Sukarno-Hatta.
Almudatsir, Kapten Kapal RST-KA membenarkan, kapal akan singgah di pelabuhan Makasar. Hal ini setidaknya untuk memenuhi saran Dr. Pudjo Hartono dr., Sp.OG, Ketua IKA-FK UNAIR yang mengingatkan bahwa di Palu untuk mencari bahan bakar kapal juga masih bermasalah, sehingga disarankan membeli stok di Makasar. Sedang di Palu kemungkinan kapal akan merapat di pelabuhan Pantoloan.
Dr. Henri juga sependapat akan lebih mudah merapat di Makasar dibandingkan di Galengsong, tempat kapal RST-KA ini dibuat. Sebab di Makasar selain akan mengisi bahan bakar juga akan memasukkan barang-barang bantuan medis dan non medis. Seperti obat-obatan, kateter, kain pembalut (perban), dan perlengkapan lain yang dirasa kurang.
Juga menginformasikan bahwa sebenarnya dimana pun kapal RST akan berlabuh, sudah memperoleh bantuan kemudahan dari Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub. Hal itu sesuai dengan Surat Telegram Dirjen Hubla Nomor TX-21/IX/DN-18 tanggal 24 September 2018.
Dalam surat telegram tersebut dinyatakan dan diinstruksikan kepada para Syahbandar UPT Ditjen Perhubungan Laut yang disinggahi kapal RST Ksatria Airlangga sebagai kapal pemberian pertolongan, agar diberikan kemudahan dan kelancaran terhadap penerbitan SPB dan pengangkutan barang yang diangkut.