BOYKE Soebhali dikenal sebagai sa lah satu dokter ahli (spesialis) urologi di Samarinda. Dengan pembawaan-nya yang santai dan ramah, pria berka-camata itu dengan santai menceritakan perjalanannya sejak kuliah kedokteran hingga menjadi ahli urologi.
“Saya sebenarnya enggak pernah ke pikiran untuk jadi dokter. Ibu yang mau saya jadi dokter. Awal kuliah di kedokter-an enggak suka. Tapi, lama-lama ternyata asyik juga,” ujar putra dari Soemeli dan
Masnida itu.
Universitas Airlangga Surbaya (Unair) jadi pilihan Boyke untuk belajar ilmu kedokteran. Dia masuk Unair pada 1994 dan lulus pada 2001. “Citra yang saya dengar dan rasakan saat masih jadi anak SMA adalah dokter lulus an Unair itu pasti bagus. Makanya saya pilih Unair saat itu,” beber dia.
Setelah lulus kedokteran pada 2001, Boyke pun langsung melanjutkan pendidikan spesialisnya di universitas yang sama di FK Unair. Dia mengam-bil spesialisasi di bidang urologi dan lulus pada 2008.
“Saya lanjut di Unair karena memang nyaman. Tertarik di bidang urologi, sebab dalam pengobatan pasien sudah didukung peralatan canggih. Men-dalami ilmu tersebut bagaikan bermain video game,” sebutnya.
Sempat Shok
dr Boyke mengaku, pertama kali masuk FK Unair sempat shok dengan persaingan belajar di sana. Kaget dengan suasana belajar kampus yang menurutnya gila-gilaan.
“Saya asli Samarinda. Tanpa bermaksud merendahkan, tapi persaingan belajar di Samarinda lebih longgar. Selama dua tahun saya berusaha meng ikuti ritme belajar di Unair. Selama itu juga nilai saya pas-pasan,” ucapnya seraya tersenyum lebar.
Masa-masa saat kuliah, sambung dia, tentu sangat menarik. Apalagi pada zamannya, untuk membayar biaya kuliah sangat dimudahkan, karena banyaknya beasiswa yang bisa didapatkan.
“Malah bisa dibilang saya kuliahnya gratis. Per bulan saya dapat beasiswa Rp 60 ribu dan per semester membayar Rp 180 ribu. Begitu pun ketika saya melanjutkan pendidikan spesialis,” ungkap dia.
Bikin Website FK Unair dan Kursus Komputer
Menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran (FK) Unair, Boyke juga bergabung dan aktif di kegiatan yang ada di Graha Masyarakat Ilmiah Ke-dokteran (Gramik) Unair.
Ketika itu, pada 1997 fasilitas berupa komputer dan internet belum bisa dinikmati semudah sekarang. Dari Gramik itu, Boyke dan teman-temannya mendapat dukungan penuh dari dosen, untuk pertama kalinya membuka laboratorium komputer. Banyak pihak pula yang membantu dana dan sum-bangan.
“Kami juga membuat website FK Unair. Juga waktu itu kita bikin kursus komputer bagi rekan lain yang belum bisa menggunakannya. Sebab, masa itu komputer merupakan barang mewah. Mereka cukup bayar Rp 5000 su-paya temen temen yang datang bener- bener niat kursus, ngga asal asalan. Kalo ada bayarannya meski dikit kan akan lebih niat,” tutur Boyke.
Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis pada Januari 2008, Boyke memilih pulang untuk mengabdikan diri di Samarinda. Pada 1 April 2008 dia bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda. Sejak tahun pertama menjalankan tugasnya, Boyke selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik.
“Saya selalu punya target. Awalnya, yang ada di kepala saya, jangan sam-pai kalah dengan ahli urologi yang ada di Pulau Jawa. Kemudian, target sela-lu saya naikkan lagi agar tak kalah saing dengan ahli urologi di Eropa. Sebab itu, saat ada kesempatan saya berusaha belajar lagi,” kata dia.
Urulogi Rekonstruksi di Mesir dan Rekonstruksi Urtera di New Orleans
Pada 2012, Boyke mengambil pendidikan lanjutan di bidang urologi rekonstruksi di Mansoura, Mesir. Lalu pada 2015 Boyke melanjutkan pendi-dikan seksologi intensif di Surabaya dan rekonstruksi urtera di New Orleans. “Update ilmu itu penting, supaya pasien enggak lari. Misalnya lari ke rumah sakit luar kota atau negeri,” tegasnya.
Berharap Orang Indonesia tak Perlu Berobat ke Luar Negeri
Saat ini selain bekerja di RSUD AWS Samarinda dan Rumah Sakit Dirga-hayu Samarinda Boyke juga menjadi pengajar (dosen) di Fakultas Kedok-teran (FK) Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda.
Boyke berharap Indonesia bisa menjadi negara yang bisa mengakomo-dir semua kebutuhan warga negara, tanpa memandang ras atau suku. Teru-tama di bidang kesehatan, berharap Indonesia bisa memberikan pelayanan kesehatan lebih baik lagi. Sehingga pasien tak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk berobat.
Soal pelayanan, sambung dia, permasalahannya adalah jumlah dokter yang tak sebanding dengan pasien. Di Indonesia hanya ada sekitar 450 ahli urologi untuk 260 juta penduduk. Itu pun sepertiganya ada di Jakarta-Bo-gor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
“Namun, sebagai dokter kami tetap selalu berusaha sebaiknya untuk pasien. Walaupun, ketidakpuasan pasti selalu ada. Di Kaltim, saya dan beber-apa ahli urologi lain saling bekerja sama, tidak menganggap musuh. Kami adalah mitra untuk melayani pasien,” tuturnya.
Profil Singkat
Nama : dr. Boyke Soebhali, SpU
Pekerjaan : Department of Surgery School of Medicine, Mulawarman University Abdul Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda.
Pendidikan:
Pendidikan:
Pendidikan Lanjutan :
Organisasi Profesi:
Minat Khusus :