Ranking UNAIR harus Terus Naik Thursday, 11 April 2019 07:36

Dr. Mochammad Agus Salim, SH, MH. masuk di Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH UNAIR) pada 1981. Selama empat tahun saya kuliah. Pada 1985, saya lulus. Tapi, diwisuda pada 1986. Sebab, kala itu wisuda hanya digelar satu kali dalam setahun”, tutur Agus Salim.

Menurut dia, kuliah di UNAIR mebanggakan. Banyak kesan positif maupun negatif. Tentu, kesan itu menjadi pengalaman dan modal dalam menjajaki dunia kerja. Salah satunya, dinamika di UNAIR waktu itu cukup menarik.

Agus Salim mengaku selama kuliah FH UNAIR ia sempat menjadi ketua komisariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) UNAIR. Organisasi yang tergolong minoritas di kampus tersebut. “Fasilitas di FH UNAIR terbatas, namun tidak menyurutkan para aktivis. Saya dan rekan-rekan tetap aktif berproses,” cerita Agus tentang masa lalunya di FH UNAIR.   

Menurut dia semangat membawanya bisa survive dan tetap mewarnai lingkungan kampus. “Saya harus pandai bersilaturahmi, menjaga hubungan dengan rekan-rekan di kampus. Itu semua kami lakukan agar HMI tetap eksis di internal kampus,” katanya.

 

UNAIR Sempat tak Dikenal di Jakarta

Agus Salim menceritakan pengalaman selama menjadi mahasiswa terbawa saat menjajaki dunia kerja. Kala itu, UNAIR belum dikenal seperti sekarang. “Saya sempat mendapat pertanyaan dari seorang rekan tentang UNAIR. Dia bertanya di mana lokasi UNAIR,” ujarnya.

Mendapat pertanyaan seperti itu Agus Salim mengaku terkejut. UNAIR di Jawa Timur dan Indonesia Timur cukup di kenal. Tapi di Jakarta, ada orang yang bertanya di mana UNAIR berada. “Tetapi saya tetap berpikir positif. Pertanyaan itu menjadi cambuk sekaligus masukan bagi saya,” jelasnya.

UNAIR berbeda dengan UI, ITB, atau UGM. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tersebut cukup dikenal. Alumni mereka sangat solid. Mereka bersatu dalam satu organisasi yang cukup aktif. Utamanya di kelembagaan kementerian. Wajar jika PTN tersebut sangat dikenal dibanding UNAIR.

“Saya memahami itu. Dulu, kekerabatan alumni UNAIR tidak seperti sekarang. Masing-masing masih bersikap individu. Pengalaman mendapat pertanyaan itu membuat saya berusaha mengeratkan jaringan alumni tersebut. Kebetulan, saya pernah menjadi ketua Ikatan Alumni (IKA) UNAIR,” tutur hakim yang pernah bertugas di PN Banjarmasin itu.

 

IKA UNAIR harus Kuat

Kekerabatan alumni ternyata bisa menjembatani lulusan dalam menghadapi dunia kerja. Para alumni bisa mengantarkan mereka ke bidang pekerjaan yang tepat. Karena itu, kerja sama UNAIR dengan IKA UNAIR sangat penting.

Agus Salim juga menilai kerja sama dengan IKA UNAIR sangat penting. IKA UNAIR memiliki peran untuk mengantar lulusan ke dunia kerja. Dengan begitu, alumni memiliki kesempatan untuk beraktualisasi di dunia kerja.

Meski demikian Agus Salim mengaku tetap bangga pada UNAIR. Sekarang UNAIR sudah beda. Peremajaan fisik dan penambahan fasilitas cukup bagus. Tapi itu saja tidak cukup. Ada elemen lain yang perlu diperhatikan. Yakni sumber daya manusia (SDM) pengajar dan hasil riset kampus tersebut.

UNAIR perlu menjaga kualitas dan kuantitas dua elemen tersebut. Dulu fasilitas masih terbatas. Literatur dan jurnal minim. Tapi semangat mahasiswa di masa itu luar biasa. “Saya dan rekan-rekan sering ngalor-ngidul (ke sana kemari) untuk mendapatkan berbagai literasi”, kenangnya.

Apalagi, literatur dalam bentuk soft copy sangat banyak. Idealnya, prestasi mahasiswa sekarang lebih maju dibanding dulu. Posisi UNAIR yang berada di ranking 7-8 perguruan tinggi di Indonesia, seharusnya lebih meningkat. UNAIR memiliki modal untuk menjadi yang terbaik.

Ke depan, Agus Salim berharap UNAIR lebih memaksimalkan peran. Saat ini PTN di Indonesia memiliki banyak tantangan. Banyak Perguruan Tinggi Asing (PTA) berusaha masuk. UNAIR dituntut mampu menjawab persaingan global itu.

Agus Salim mengatakan sering berkomunikasi dengan rektor maupun dosen UNAIR untuk mempersiapkan hal itu. Beruntung, pemerintah masih memperlambat atau menahan arus masuknya PTA ke Indonesia. Tapi, itu tidak menjadi jaminan. Suatu saat PTA bakal masuk ke Indonesia.

Elemen penting pada perguruan tinggi harus ditingkatkan. Yakni SDM pengajar dan riset. Sebenarnya, elemen lain masih ada, tapi dua hal itu yang harus ditekankan. Peringkat UNAIR yang masih 7-8 harus ditingkatkan. Saat ini, UNAIR sudah menjalin kerja sama dengan beberapa negara. Salah satunya Jepang. “Saya berharap, UNAIR harus memaksimalkan kesempatan itu. Kerja sama itu merupakan modal untuk membangun UNAIR menjadi lebih baik”, sarannya ke UNAIR.

 

Profil Singkat

Nama               :           Dr. Mochammad Agus Salim, SH, MH.

Pekerjaan         :           Hakim Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)

 

Pendidikan:

Fakultas Hukum Universitas Airlangga (S1 lulus 1986)

 

Pengalaman Organisasi Mahasiswa

-    Intra kampus UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam) di UNAIR

-    Ekstra kampus HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

Tags :