Human Development Index sebagai Parameter Kesiapan SDM Indonesia Thursday, 29 August 2019 05:53

Adib Khumaidi masuk Fakultas Kedokteran Unair pada tahun 1992 melalui jalur UMPTN. Saat membaca pengumuman bahwa dia diterima di FK Unair, Adib Khumaidi sempat galau luar biasa. Saat itu, Adib dihadapkan pada pilihan lain karena juga diterima di Jurusan Teknik Telekomunikasi STT Telkom yang otomatis mendapatkan beasiswa Telkom. Namun, akhirnya dia memutuskan pilihan untuk menjadi dokter yang merupakan keinginan dari orang tua.

Awal menjadi mahasiswa kedokteran, Adib sempat sulit beradaptasi dengan pola belajar di FK Unair. Banyak materi yang harus dihafalkan. Beban pelajaran juga banyak dan berat, apalagi dia berasal dari jurusan fisika saat SMA.

Adib mengaku sebenarnya ia bercita-cita menjadi insinyur teknik. Meski begitu, pola belajarnya perlahan-lahan mulai terbentuk seiring berjalannya waktu. Teman-teman dari satu angkatan atau senior juga sering membantu. Suasana belajar-mengajar yang sangat mendukung menjadi penyemangat sekaligus memotivasinya untuk meningkatkan prestasi.

Dukungan dosen, buku-buku perpustakaan, serta pinjaman buku atau catatan kuliah dari para senior pun menjadi motivasi yang kuat. Akhirnya, Adib lulus dari FK Unair pada 1999 dan menjadi dokter.

 

Praktikum Terasa Berat

Adib menuturkan beban SKS (Satuan Kredit Semester), jadwal kuliah, dan praktikum yang padat menjadi beban berat, terutama saat masih kuliah pre klinik. Namun, saat mulai masuk ko-ass (Kepaniteraan Klinik) di rumah sakit (RS), mahasiswa kedokteran mendapatkan banyak nilai positif. Dasar teori yang didapatkan saat kuliah pre klinik mulai dipraktikkan.

Mahasiswa juga dihadapkan langsung pada problematika penyakit di rumah sakit. Selain menerapkan ilmu kedokteran, mereka belajar rasa empati serta melatih komunikasi efektif yang menjadi modal utama saat menjadi dokter dan terjun langsung ke masyarakat.

Para mahasiswa kedokteran juga mendapatkan pengalaman positif saat manjalani tugas public health (kesehatan masyarakat) melalui program PPKM (Pelatihan Program Kreativitas Mahasiswa).

Kegiatan tersebut merupakan bagian tugas pendidikan saat preklinik dan kepaniteraan klinik. Jiwa sosial otomatis tertanam saat itu. Pola pelayanan kesehatan yang mengedepankan upaya preventif dan promotif serta komunikasi massa ditanamkan dalam PPKM.

 

Aktivis Majalah Lingua FK Unair

Selain fokus di bidang akademik, Adib aktif di Forum Ilmiah dan Studi Mahasiswa (FORISMA), majalah Lingua di FK Unair. Dia pernah mengikuti jujitsu di kampus B Unair. Dia pun aktif di Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan Senat Mahasiswa FK Unair serta di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Kedokteran Unair.

Setelah lulus pada 1999, Adib langsung ke Jakarta karena aktivitas di kemahasiswaan. Dia bekerja di klinik 24 jam di Jakarta sekaligus sebagai aktivis HMI yakni Bakornas Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI).

Pada tahun 2000, dia diterima sebagai PTT Brigade Siaga Bencana (BSB) di Departemen Kesehatan dan berkantor di RSCM. Perjalanan awal masuk BSB itu menjadi fondasi utama dalam membentuk jejaring sekaligus masa depan selanjutnya. Di sana, dia sering berinteraksi dengan pegawai dan pejabat Depkes di UGD RSCM.

Adib juga menghabiskan banyak waktunya untuk beraktivitas di bidang kegawatdaruratan dan bencana. Saat ini, dia praktik di RSUD Cengkareng dan RS Sari Asih Karawaci sebagai dokter SpOT. Dia juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia) PB IDI untuk masa bakti tahun 2015-2018.

 

HDI Parameter Generasi Emas

Adib mengatakan ke depan Indonesia harus memprioritaskan kesiapan SDM. Jika bicara tentang kemajuan bangsa, HDI (Human Development Index) menjadi salah satu parameternya. Kesehatan dan pendidikan merupakan dasar utama untuk meningkatkan HDI yang berimplikasi pada pembentu-kan SDM yang berkualitas.

Generasi emas dapat diwujudkan jika pemerintah memprioritaskan dan memberikan porsi anggaran yang besar untuk pendidikan dan kesehatan. Dengan begitu, mereka akan mampu berkompetisi pada era pasar bebas dan digitalisasi informasi dalam era industri 4.0.

 

Profil Singkat

Nama                                   : Adib Khumaidi

Tempat, Tanggal Lahir        : Lamongan, 28 Juni 1974

 

Pendidikan:

  • Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (1992-1999)
  • Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi (Sp.OT)
  • Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (lulus tahun 2011)
  • Mahasiswa Program Doktor (S-3) FK Unhas (2018-sekarang)

 

Karir dan Pengalaman Kerja:

  • Dokter umum di klinik 24 jam di Jakarta (1999-2001)
  • Dokter PTT di Brigade Siaga Bencana (BSB) Depkes RI (2001-2004)
  • Dokter Puskesmas Kepulauan Seribu (April-Juni 2002)
  • Dokter IGD RSU Sari Asih Tangerang (September 2001-2007)
  • Dosen tidak tetap mata kuliah kegawatdaruratan medis di program D-3 Jurusan Perumahsakitan dan Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2003-2005)
  • Dokter Umum di Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) (November 2004-Januari 2005)
  • Instruktur MFR, BLS, dan BTCLS AGD 118 (2002-sekarang)
  • Instruktur MFR – Program PEER USAID (2002-sekarang)
  • Konsultan HWS Project – World Bank (2005-2007)
  • Dosen Tetap Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) Universitas Muhammadiyah Jakarta (2006-sekarang)
  • Dokter SpOT RSUD Cengkareng Jakarta Barat (2011-sekarang)
  • Dokter SpOT RSU Sari Asih Karawaci Tangerang (2011-sekarang)
  • Kabid Kurikulum MEU FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta (2013-2015)
  • Anggota Senat Fakultas FKK UMJ (2013-2017)
  • Anggota Komite Internship Dokter Indonesia (KIDI) Pusat (2014-2017)
  • Wakil Dekan III FKK UMJ (2015-2016)
  • Sekjen PB IDI (2015-2018)
Tags :