Belum Pernah Pakai Ijazah untuk Melamar Pekerjaan Friday, 21 July 2023 14:39


"Terus melayani kesejahteraan masyarakatnya hingga menjadi negara yang penuh kebaikan dan ampunan. Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofuur"

Berkarir tidak mesti saklek sesuai jurusan kuliah. Seseorang bisa mengembangkan karir meski bertolak belakang dengan jurusan. Faktanya, banyak orang yang justru meraih sukses, karir gemilang, di luar jurusan kuliahnya. Keahlian itu bisa diasah seiring berjalannya waktu. Seperti halnya yang dijalani oleh salah seorang ksatria airlangga, beliau adalah Budi Hartoyo.

 

Alumnus Program Studi Matematika, Fakultas Sains Teknologi (FST) Universitas Airlangga. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, Budi aktif dalam berbagai gerakan sosial dan saat ini disibukkan dengan yayasan yang ia dirikan bernama Bilyatimi Peduli Nusantara.

 

Seimbangkan Kuliah dan Organisasi

Tahun 1999 Budi memulai kuliah di Prodi Matematika UNAIR dan lulus pada 2004. Semasa kuliah Budi aktif di Himatika sebagai Divisi Riset yang memberikan pengalaman untuk selalu kritis dan rasa ingin tahu hal-hal yang baru di lingkungan. Selain itu ia turut aktif di Kerohanian Islam yang memberikan keseimbangan dan ketenangan.

“Diantara yang berkesan adalah membangun pertemanan dan persahabatan lintas jurusan. di sela-sela kuliah saya bersama rekan matematika dan rekan jurusan lain Biologi, Fisika dan Kimia berusaha menjalankan pengabdian masyarakat. Diantaranya memberikan bimbingan belajar untuk anak-anak terlantar di Liponsos Keputih,” papar Budi.

Dari situlah, lanjut Budi, mulai belajar membangun komunitas dan sebagian sahabatnya masih terhubung sampai sekarang. “Dari sisi ilmu matematika di Skripsi saya yang melanjutkan penelitian orang Jepang tentang Matching Multipartit Weighted Graph bimbingan Ibu Lilik memberikan inspirasi tentang keterhubungan setiap individu dan komunitas yang disimpulkan dalam garis dan titik itu,” jelas Budi.

 

Menyebrang dari Jurusan Kuliah

“Setelah lulus dari UNAIR saya termasuk orang yang menyeberang dari kebiasaan. Ijazah saya dan legalisir yang diberikan sejak itu belum pernah saya pakai untuk melamar pekerjaan. Saya banyak menekuni apa yang ada di sekitar dan akhirnya lebih banyak berkecimpung di dunia sosial,” jelas Budi.

Budi menyebut dalam berkarir bukan karirnya saja yang berharga, karena semuanya akan hilang seiring berjalannya waktu. Baginya keluarga dan sahabat sejati dalam perjalanan yang akan memberikan pengalaman berharga sepanjang masa.

 

Bilyatimi Peduli Nusantara

Bilyatimi Peduli Nusantara merupakan "jalan tengah” dari perjalanan 20 tahun Budi menggeluti dunia sosial dan komunitas. Budi menjelaskan secara legalitas dunia sosial terbagi dalam dua bentuk, yayasan dan perkumpulan. Yayasan lebih bersifat privat karena kebijakan tertinggi ada di Pembina, sedangkan — Perkumpulan — kebijakan tertinggi ada di rapat anggota. Bilyatimi Peduli berusaha mengkombinasikan itu di tingkat kebijakan maupun praktis

 

Budi mengungkapkan bahwa sifat rasa ingin tahu dan mencoba hal yang baru tentu banyak resiko yang dihadapi. Sebelum mendirikan Bilyatimi, Budi aktif dalam berbagai yayasan dan perkumpulan, Yayasan Himmatun Ayat, Yayasan Wakaf Pendidikan Yatim ASEAN, Yayasan Peduli Pendidikan Kota Pahlawan, Perkumpulan FKPAIS, Perkumpulan Forum Yatim ASEAN,

“Hingga saat ini menekuni di Perkumpulan Forum LKS atau Lembaga Kesejahteraan Sosial dan Bilyatimi Peduli Nusantara,” ujar Budi.

Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa suka duka yang dialaminya sangat beragam mulai meyakinkan team untuk mencoba hal yang baru di dunia sosial. Dari sisi area sasaran, Budi memberikan tantangan untuk meluaskan dari kebiasaan yang ada, dari sisi kebijakan saya memberikan “kebebasan” untuk berkreasi yang tentunya beresiko besar jika kontrolnya kurang kuat.

“Dari sisi kelembagaan Bilyatimi harus lebih kuat karena untuk peduli harus kuat, hanya baja yang bisa menempa besi, hanya yang kuat yang bisa menguatkan,” pungkasnya.

 

Sumber :  Jejak Langkah Ksatria Airlangga Edisi VI

Tags :