UNAIR NEWS – Tetap lakukan yang terbaik untuk bangsamu meskipun tidak ada yang membangunkan momentum atas perjuanganmu. Nasihat itulah yang selalu dr Amira Abdat SpOG tanamkan dalam setiap langkah pengabdiannya di FakFak, Papua. Sebagai alumnus Universitas Airlangga (UNAIR) yang membanggakan, Amira baru saja meraih penghargaan bergengsi di bidang kesehatan dari Liputan6 Awards SCTV pada Senin (28/10/2024).
Menerima langsung penghargaan dari Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, Amira menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya yang mendalam. Amira Mengungkapkan bahwa penghargaan tersebut ia dedikasikan sebagai apresiasi untuk seluruh tenaga kesehatan yang juga berjuang di daerah terpencil. Ia berharap penghargaan tersebut dapat memotivasi para generasi muda untuk turut mengabdi di daerah terpencil.
“Karena sebaik-baiknya apresiasi itu hanya boleh datang dari Allah SWT. Jadi sebetulnya ini adalah bentuk apresiasi dari Allah yang Ia titipkan melalui Liputan 6 SCTV dan melalui tangannya Pak Wapres (Wakil Presiden Gibran, red). Kalau kita memang bekerja niatnya tulus dan ikhlas, Allah akan memberikan kemudahan dalam segala hal,” tuturnya.
Dalam kesehariannya di FakFak, Amira menjalani peran sebagai dokter kandungan di salah satu rumah sakit umum daerah Fakfak. Ia memiliki kewajiban untuk memeriksa pasien hamil hingga melakukan tindakan operasi. Selain itu, Amira juga berperan sebagai ketua tim program Gerakan Jemput Bola.
Gerakan Jemput Bola merupakan kegiatan sukarela yang melibatkan para perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Setiap akhir pekan, Amira dan timnya mendatangi rumah para warga di kampung-kampung terpencil di Fakfak yang sulit untuk mendapatkan akses fasilitas kesehatan.
“Tujuannya adalah agar tidak ada lagi pasien yang datang dalam kondisi darurat, yang tentunya situasi tersebut dapat meningkatkanangka kematian ibu dan bayi. Gerakan Jemput Bola inilah yang akhirnya mengantarkan kami untuk meraih penghargaan Liputan6,” ujar alumnus Universitas Airlangga, tepatnya pada Pendidikan Spesialis FK itu.
Bekerja di lingkungan dengan keterbatasan tentu membuat Amira sering menghadapi momen kelelahan. Namun, hal itu tidak meredupkan semangatnya. Berbekal nasihat dari para gurunya dan senantiasa mengingat motto UNAIR, excellent with morality, Amira mampu terus berjuang untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat sekitar.
“Yang paling penting adalah jadi dokter baik, maka sukses dan rejeki akan mengikuti sendiri. Jadi kalau kita punya etika moral, pasti kita akan selalu berprinsip bahwa semua yang kita lakukan ini adalah untuk orang lain. Jadi, jangan pernah mengeluh atau merasa kurang. Kita harus bersyukur justru dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita untuk bisa bermanfaat bagi sesama,” jelasnya.
Amira juga menyampaikan pesan kepada para dokter dan tenaga medis muda yang tertarik mengabdikan diri di wilayah terpencil. “Jadi, ini panggilan jiwa bukan sekadar perniagaan. Materi memang penting, karena hidup membutuhkan itu. Namun, materi tidak selalu berupa finansial. Kesehatan, kebahagiaan, banyaknya teman, relasi, serta kemudahan akses adalah bentuk rezeki yang patut disyukuri,” tegasnya.
Ia menambahkan, modal utama untuk mempersiapkan diri saat ingin mengabdi adalah mental dan niat kuat mengabdikan diri untuk bangsa dan negara. “Karena sebetulnya pengabdian itu adalah milik kita bersama serta sebuah wujud cinta tanah air. Di dalam pengabdian itu ada rasa tanggung jawab, komitmen, ikatan batin, dan ikatan cinta untuk sesama. Jadi, rasa untuk mengabdi itu seharusnya dimiliki oleh setiap orang yang sudah menempuh pendidikan perkuliahan.,” pungkasnya.
Penulis: Nadia Azahrah Putri
Editor: Yulia Rohmawati
Sumber : https://unair.ac.id/dedikasi-pada-dunia-kesehatan-bawa-alumnus-unair-raih-penghargaan-liputan6-awards/