Laksanakan Misi Kemanusiaan, RSTKA Beri Pelayanan Kesehatan di Pulau Masalembu Wednesday, 20 November 2024 15:13

UNAIR NEWS – Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) kembali berikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Kali ini, Pulau Masalembu, sebuah pulau kecil di tengah Laut Jawa, menjadi jujugan misi kemanusiaan RSTKA. Pulau berpenghuni 22.599 ini hanya dapat terjangkau dengan dua kapal, yaitu Kapal Motor (KM) Sabuk Nusantara I dan KM Sabuk Nusantara II. Masing

masing hanya berlayar satu kali dalam dua minggu untuk bisa keluar masuk pulau ini.

 

Kondisi Masalembu

Soal pelayanan kesehatan, selama ini masyarakat di pulau tersebut hanya bisa mengandalkan Puskesmas Masalembu. Apabila mereka ingin mendapatkan pelayanan dokter spesialis atau pelayanan rumah sakit, maka mereka harus pergi berlayar ke Sumenep atau ke Surabaya. Jarak dari Masalembu ke Pelabuhan Kalianget di Sumenep adalah 115 mil laut dan dengan KM Sabuk Nusantara

membutuhkan waktu pelayaran selama 14 jam. Sementara itu, jarak ke Surabaya sepanjang 160 mil laut, di mana mereka harus berlayar selama 16 – 18 jam.

Sangat tidak mudah bagi pasien ibu hamil misalnya yang membutuhkan pelayanan operasi Sectio Caesarean, harus menempuh perjalanan selama itu. Apabila ini terjadi pada musim angin barat pada bulan Desember sampai bulan Maret, rujukan ke rumah sakit bisa lebih parah lagi. Karena kapal Sabuk Nusantara yang menjadi andalan masyarakat Masalembu tidak akan berlayar bila

gelombang pada musim barat terlalu besar.

Kondisi tersebut menjadi alasan RSTKA untuk selalu berupaya mengirimkan tim medis ke Masalembu. Tim medis RSTKA kali ini terdiri dari empat dokter umum dan dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di bidang ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu penyakit mata, ilmu penyakit dalam, ilmu bedah dan ilmu penyakit paru. Kehadiran para calon dokter spesialis ini memungkinkan diagnosis dan perawatan yang lebih tepat. Mereka juga membawa peralatan medis dan obat-obatan untuk memastikan setiap pasien mendapatkan penanganan yang standar.

 

Pendekatan Pentahelix

Seperti halnya misi pelayanan di Pulau Kangean dan Kepulauan Sapeken, tema pelayanan kali ini adalah Menuju Pulau Bebas TBC. Program ini adalah untuk mendukung upaya pemerintah menurunkan incident rate TBC. Indonesia hingga saat ini belum mampu menuntaskan penanganan TBC. Bahkan untuk urusan TBC, saat ini Indonesia menempati rangking dua dunia, sebab selama ini

penangangan TBC hanya mengandalkan tenaga medis saja.

Yohanes, dokter yang memimpin misi Menuju Pulau Bebas TBC mengatakan bahwa pendekatan yang RSTKA lakukan adalah dengan optimasi pentahelix. Pentahelix yang terdiri dari aparat pemerintah yaitu camat, komandan rayon militer (danramil), kepala kepolisian sektor (kapolsek), tenaga kesehatan, guru, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama, pengusaha, aktivis lembaga swadaya

masyarakat (LSM), jurnalis lokal, dan lain-lain. “Mereka akan diundang berdiskusi bagaimana mereka bisa berpartispasi membebaskan pulau mereka dari TBC,” ungkapnya.

Layanan kesehatan terlaksana dengan sistem posyandu, di mana pasien mendapatkan pelayanan oleh dokter umum dan dokter PPDS sesuai dengan keahliannya. Dari pelayanan kesehatan rame-rame ini harapannya bisa menemukan lebih banyak pasien TBC. Selanjutnya bersama-sama agen pentahelix akan melakukan kunjungan rumah pasien dan intensified case finding (ICF) dengan melakukan pemeriksaan secara fisik dan laboratorium pada 10-15 orang dengan riwayat kontak erat dengan pasien tersebut. “Semakin banyak pasien baru ditemukan, akan semakin cepat penuntasan TBC di kepulauan,” jelasnya.

Misi pelayanan di Masalembu mendapat dukungan penuh dari Bupati Sumenep, Universitas Airlangga (UNAIR), RSUD Dr. Soetomo, Pertamina, PT Pelindo, YBM PLN Jawa Timur, Protelindo, IDI Cabang Surabaya, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Timur, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Timur, dan sebagainya.

“Kami memang sangat mengandalkan pelibatan pentahelix setempat untuk percepatan eliminasi TBC di kepulauan. Apabila pendekatan ini menunjukkan hasil yang positif, maka ini akan dijadikan model bagi upaya percepatan eliminasi TBC di Kepulauan di Indonesia Timur pada pelayaran tahun 2025,” pungkas dr Yohanes. Masalembu, ini kami datang lagi!

 

Penulis: Team RSTKA

Editor: Yulia Rohmawati

Sumber : https://unair.ac.id/laksanakan-misi-kemanusiaan-rstka-beri-pelayanan-kesehatan-di-pulau-masalembu/

Tags :